Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Cerita Julita Mahasiswi Hubei China yang Dinyatakan Negatif Virus Corona
17 Februari 2020 20:50 WIB
ADVERTISEMENT
Obrolan antara Julita bersama orangtuanya yang menceritakan pengalamannya selama 14 hari diobservasi di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, sejenak terhenti saat PaluPoso bertandang di kediamannya di Dusun Satu, Desa Ogomoli, Kecamatan Galang, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Ditemani oleh kedua orangtuanya, Julita kemudian menceritakan awal mulanya bisa kuliah di Negeri China . Saat duduk di kelas 12 di SMA Negeri 2 Tolitoli kata Julita, perwakilan salah satu lembaga mendatangi sekolahnya menawarkan untuk melanjutkan studi di universitas luar negeri, yakni di Negeri Tirai Bambu.
Universitas tersebut telah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Indonesia untuk memberikan peluang kepada para calon mahasiswa dari berbagai daerah.
Usai lulus dari bangku sekolah, Julita pun lantas bertekad melanjutkan studinya ke luar negeri. Berbekal izin dari kedua orangtuanya, ia menuju Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mengikuti seleksi penerimaan kuliah di luar negeri. Alhasil, nasib baik berpihak ke Julita. Ia dinyatakan lulus dan berpeluang untuk mengikuti studi di Negara China selama 6 tahun.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah setelah mengikuti seleksi penerimaan kuliah di luar negeri, saya diterima dan sekitar bulan Nopember 2019, kami diberangkatkan menuju Tiongkok," kata Julita.
Sesampainya di Negeri Tirai Bambu, ia pun dipertemukan mahasiswa dari berbagai negara seperti dari Asia, Afrika, Amerika, serta Eropa dan wajib beradaptasi dengan kondisi cuaca dan juga makanan yang tidak sama seperti di kampung halamannya sendiri.
Sejak mulai mendapat kabar mengenai merebaknya wabah Virus Corona di Wuhan pada awal Desember 2019, ia bersama mahasiswi yang notabene didominasi sebagian besar perempuan dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia, menganggap virus yang sudah menghantui ibukota di Provinsi Hubei itu dianggap hal yang biasa. Pasalnya, mereka tidak pernah mengkonsumsi hewan yang dianggap membawa malapetaka virus yang mematikan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Pihak kampus sendiri memberitahukan ke kami agar setiap melakukan aktivitas di luar kampus wajib menggunakan masker," ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai dihinggapi perasaan was-was karena mendengar informasi jika wabah virus Corona sudah banyak menelan korban jiwa.
Bertepatan saat itu juga, pihak Kedutaan Besar Indonesia di China mulai melakukan evakuasi besar- besaran terhadap para mahasiswa yang ada di China, terutama di Wuhan . Kondisi tersebut membuatnya sempat kaget.
Namun, atas perintah Kedubes RI untuk segera meninggalkan Xiniang, ia bersama rekan- rekannya dievakuasi menuju Bandara Wuhan.
"Jarak antara Xianing tempat tinggal saya dengan ibukota Wuhan itu, kalau kita naik bus kurang lebih membutuhkan waktu satu jam, namun kalau menggunakan kereta cepat membutuhkan waktu 10 menit," urainya.
ADVERTISEMENT
Saat tiba di Bandara Wuhan , ia bersama rekannya harus menunggu para mahasiswa dari provinsi lain yang ada di China.
Setelah seluruhnya terkumpul, selanjutnya secara bersama-sama berangkat dengan menumpang pesawat Batik Air menuju Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Keresahan pun kembali melanda dimana tim medis bandara sudah bersiaga menunggu ia dan ratusan rekannya untuk dilakukan observasi selama 14 hari guna mengetahui apakah diantara ratusan mahasiswa tersebut ada yang positif terpapar virus Covid 19.
"Alhamdulillah, setelah kami di Natuna selama 14 hari, setelah menjalani proses observasi tak satu pun terpapar virus corona," ujarnya.
Ia bertekad untuk kembali ke Xianing untuk melanjutkan studinya di Hubei University of Science and Technology China , sambil menunggu informasi lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT