Eks Teroris Poso Bercerita: Kami Diajarkan Memerangi Negara Kafir

Konten Media Partner
15 April 2021 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi teroris. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teroris. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Moh. Irham (18), narapidana yang divonis terlibat kasus tindak pidana terorisme di Poso, Sulawesi Tengah, pada tahun 2019. Ia dihukum 2 tahun penjara.
ADVERTISEMENT
Pada 2021 ini, Irham dinyatakan bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Petobo, Kota Palu, setelah menjalani 2 tahun penjara.
Berpeci dan berbaju gamis abu-abu, Irham tampak santai berbincang dengan Tim Palu Poso. Ekspresinya biasa. Meski di sekelilingnya sejumlah pejabat Lapas mendampinginya.
"Saya terlibat kasus tindak pidana terorisme di Poso," katanya saat memulai perbincangan dengan Tim Palu Poso, Rabu (14/4).
Ia menceritakan awal mula terlibat aksi radikalisme hingga dijebloskan ke penjara atas perbuatannya itu.
Pada 2012, pertama ia mengenal adanya kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso. Kala itu dia ingin mengetahui, apa itu MIT. Ia mencoba mencari tahu. Melalui majelis ta'lim, ia menyusuri tempat-tempat yang menjadi lokasi perkumpulan anggota MIT itu.
ADVERTISEMENT
"Saya cari tokoh mereka, tokoh Daulah Islamiyah," ujarnya.
Dari situ, tahun itu juga ia pertama mendengar kabar bahwa negara Islam itu ada di Irak. Salah satu tokoh ISIS saat itu Abu Bakar Al Baghdadi, mengajak pengikut-pengikutnya mendeklarasikan diri ke ISIS.
"Mendengar itu saya terinspirasi. Kemudian saya mencobanya untuk mencari satu-satu tempat Daulah Islamiyah itu dan akhirnya mendapatkannya di Poso," ujarnya.
Moh. Irham (18), eks Napi terorisme. Foto: Tim Palu Poso
“Saat itu saya belajar agama di Poso dengan Ustad YS dengan Ustad SU. Selain itu belajar lewat chanel-chanel telegramnya. Saya belajar sejak tahun 2018,” katanya.
Irham mengatakan, dalam belajar itu ia banyak diajarkan tentang ilmu jihad. Di antaranya diajarkan untuk membenci dan memerangi negara-negara yang dianggap kafir. Kemudian menganggap Densus adalah musuh dalam perang. Sebab, Densus bagi mereka dianggap pernah membantai di Poso.
ADVERTISEMENT
"Kami diajarkan memerangi negara-negara yang dianggap kafir, walaupun kita mati atau membunuh mereka akan dijamin masuk surga,” ujarnya.
Napi teroris yang menjalani proses asimilasi ini, mengaku sebelumnya ia juga pernah ditahan karena kasus pembakaran gereja di Poso. Kemudian ditahan di Kabupaten Poso.
Saat itu katanya, ia sudah dikontak oleh rekan-rekannya yang memiliki satu pemahaman di Poso.
Keberadaan dirinya di Rutan dimanfaatkan untuk mengajak sesama napi untuk bergabung dalam aksi perjuangannya. Tapi, saat itu para napi tidak ada yang tertarik untuk mengikuti jejak perjuangannya. Sehingga, ia memberanikan diri berangkat ke Kabupaten Poso.
Irham juga mengakui pernah menelusuri hutan (gunung biru) yang menjadi tempat persembunyian kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso. Namun saat itu, ia tidak bertemu dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Ketertarikannya menuju lokasi persembunyian kelompok MIT Poso karena terinspirasi dari ajakan pimpinan MIT Poso Santoso alias Abu Wardah kala itu, bahwa mengikuti mereka adalah jalan yang benar untuk menuju surga.
"Jaminan surga dan bidadari. Dan, para ustad-ustad dari Jawa itu yang mengajarkan kami. Dan saya salah satu calon pengantin yang disiapkan untuk amaliyah di Morowali," katanya.