Konten Media Partner

Foto: Setahun Usai Bencana Melanda, Membingkai Palu Hari Ini

28 September 2019 21:27 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keceriaan sejumlah anak di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Mereka sedang bermain burung Merpati balap di bekas lokasi likuefaksi Perumahan Balaroa. Foto: Arief/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Keceriaan sejumlah anak di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Mereka sedang bermain burung Merpati balap di bekas lokasi likuefaksi Perumahan Balaroa. Foto: Arief/PaluPoso
ADVERTISEMENT
28 September 2019. Tepat setahun sudah peristiwa bencana gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami melanda Kota Palu, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Ribuan jiwa melayang. Sekitar 55 ribu rumah terkena dampak bencana di Kota Palu: 11 ribu unit rusak berat dan 7 ribu unit hilang.
Setahun usai bencana itu berlalu, para penyintas tak lagi ingin berlarut dalam kesedihan. Kini, mereka telah bangkit.
Hal ini dibuktikan dengan telah lancarnya sejumlah aktivitas para penyintas bencana, seperti perekonomian, birokrasi pemerintahan, bahkan pendidikan pun telah kembali layaknya dan berjalan normal.
Belum 100 persen, tetapi semangat itu menyala.
Bermain burung Merpati balap adalah aktivitas sore favorit anak-anak. Mereka biasa bermain di lokasi bekas bencana. Foto: Arief/PaluPoso
Sekelompok warga Palu melakukan zikir bersama tepat di bawah patahan Jembatan Ponulele. Zikir ini merupakan kegiatan memperingati setahun tsunami di pinggiran Teluk Palu, Jalan Rajamoili, Kota Palu, Sabtu (28/9). Foto: Arief/PaluPoso
Zikir bersama. Memohon pertolongan, pengampunan, dan keberkahan dari Sang Pemilik Hayat. Foto: Arief/PaluPoso
Keakraban salah seorang anggota Polri dengan warga sekitar saat mengunjungi puing-puing Anjungan Nusantara Teluk Palu. Keluarga di foto ini hampir setiap akhir pekan berkunjung ke lokasi tersebut untuk menikmati pesona senja dan jajanan tradisional di Jalan Cut Mutia. Lokasi ini merupakan salah satu titik banyaknya penemuan mayat korban Tsunami 28 September 2018. Foto: Arief/PaluPoso
Anjungan Nusantara Talise, Teluk Palu, salah satu tempat kunjungan warga sekitar Kota Palu baik sebelum bencana maupun sesudah bencana tsunami. Meski tempat tersebut tinggal puing-puing, namun antusias warga yang ingin berpose dan menikmati keindahan Teluk Palu masih saja terlihat. Foto: Arief/PaluPoso
Senyum Sarmin (49), warga Kampung Lere, Kecamatan Pału Barat. Ia telah bangkit dan bertahan hidup dari bencana. Ia berjualan ikan asap atau biasa disebut Ikan Vuvu. Foto: Arief/ PaluPoso
Salah satu warga yang melintas dengan menggunakan sepeda di depan puing-puing bangunan bekas hantaman Tsunami 28 September 2018 di sekitar Jalan Rajamoili Palu, Kota Palu. Foto: Arief/ PaluPoso
Salah satu ikon Kota Palu yang masih bertahan hingga saat ini, padahal tugu yang diberi nama Tugu Gerhana Matahari (GMT) tersebut terletak tepat di bibir Pantai Talise, Teluk Palu. Tugu ini berdiri pada 16 Maret 2016. Foto: Arief/ PaluPoso
Reporter: Arief
Simak wawancara khusus PaluPoso dengan Wali Kota Palu pada dua stori di bawah ini.
ADVERTISEMENT