Gempa Susulan di Palu Jadi Hoaks Paling Berdampak di Indonesia

Konten Media Partner
8 Januari 2020 14:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (KIPS) Provinsi Sulawesi Tengah. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (KIPS) Provinsi Sulawesi Tengah. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isu adanya gempa susulan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, masuk dalam konten hoaks paling berdampak di Indonesia khususnya bagi masyarakat di Palu pascabencana.
ADVERTISEMENT
“Sepanjang tahun 2019 berita akan adanya gempa susulan dan berpotensi tsunami tidak pernah berhenti bahkan berhasil meresahkan masyarakat khususnya bagi korban yang terdampak bencana,” kata Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (KIPS) Provinsi Sulawesi Tengah, Faridah Lamarauna, Rabu (8/1) .
Informasi mengenai gempa susulan itu katanya, beredar pertama kali di media sosial WhatsApp dan kemudian disebarkan di Facebook dan Instagram.
Bahkan Farida menyebutkan hoax tentang isu adanya gempa susulan di Palu ini masuk dalam data Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai konten urutan ke-2 penyebaran hoaks paling berdampak di Indonesia.
“Informasi ini seakan-akan dibuat resmi oleh BMKG dan disebarkan padahal kita ketahui bersama bahwa gempa tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Info ini cukup mengganggu masyarakat khususnya yang masih mengalami trauma pascabencana itu,” kata Faridah.
ADVERTISEMENT
Selain berita tentang adanya gempa susulan di Palu, salah satu berita bohong yang dibagikan di media sosial yakni berkaitan dengan konten politik jelang pemilihan kepala daerah.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (KIPS) Provinsi Sulawesi Tengah, Faridah Lamarauna. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
Konten yang paling banyak menghipnotis masyarakat khususnya bagi usia pemula adalah golput.
“Dua konten ini yang paling sering kami temukan beredar dan berdampak bagi masyarakat, bisa dibilang dua konten ini yang hangat di Sulteng,” kata Faridah.
Lanjutnya, sepanjang tahun 2019 penyebar hoax dengan macam-macam konten belum begitu banyak.
Mengantisipasi kembali penyebarluasan hoaks, Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (KIPS) Provinsi Sulawesi Tengah melakukan sosialisasi dengan sasaran utama adalah generasi milenial sebagai pengguna media sosial paling besar.
Berusaha menjadi orang pertama menyebarkan berita adalah salah satu penyebab kaum milenial tergiur membagikan konten tanpa memastikan informasi tersebut benar atau tidak.
ADVERTISEMENT
“Tahun 2020 ini kami akan fokus pada peningkatan sosialisasi bagi masyarakat khususnya kaum milenial untuk cerdas dalam menggunakan media sosial dan mebagikan informasi,” ujar Faridah.
Tidak hanya itu, sosialisasi juga akan ditingkatkan di wilayah kabupaten mengingat hoaks paling banyak juga berdampak pada masyarakat yang tinggal di kabupaten.
“Ketidaktahuan masyarakat jadi alasan kami untuk meningkatkan sosialisasi,” ujarnya.
Mohammad Khairil, Pengamat Komunikasi dan Informatika Universitas Tadulako. Foto: Kristina Natalia/PaluPoso
Sementara itu, menurut Pengamat Komunikasi dan Informatika Universitas Tadulako, Mohammad Khairil, media sosial menjadi salah satu tempat penyebaran hoaks dengan cepat.
Salah satu upaya menghentikan penyebaran berita bohong adalah dengan sepakat memerangi informasi yang tidak jelas asal usulnya dan sepakat tidak menyebarkannya.
“Informasi yang masuk jangan langsung disebar, sebaiknya dicari tahu kebenarannya. Di sinilah penggunaan android harus cerdas, banyak sumber yang bisa kita kunjungi untuk mendapat informasi lengkap tentang info yang baru kita terima,” kata Khairil.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, Khairil juga mendukung jika pemerintah ingin meningkatkan sosialisasi dengan sasaran kaum milenial. Cara ini akan menambah pengetahuan sekaligus pemahaman kepada kaum milenial tentang dampak negatif jika menyebarkan hoax.