Jika Hanya Pendekatan Militeristik, Kasus MIT Poso Bisa Muncul Ali Kalora Baru

Konten Media Partner
22 September 2021 17:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ali Kalora, pemimpin Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Sumber: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Ali Kalora, pemimpin Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Sumber: Istimewa.
ADVERTISEMENT
PALU - Publik patut memberi apresiasi atas keberhasilan TNI dan Polri yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Madago Raya yang telah menembak mati dua anggota Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Akademisi Universitas Tadulako (Untad), Dr. Slamet Riyadi Cante kepada awak media, Senin (1/9).
Akademisi Universitas Tadulako (UNTAD), Dr. Slamet Riyadi Cante. Sumber: Istimewa.
Hanya saja dalam kerangka menuntas kelompok MIT dan teroris menurut Slamet Riyadi, tidak hanya dilakukan dengan pendekatan militeristik semata.
“Saya berpikir ketika hanya pendekatan militer semata cenderung kurang efektif karena bisa saja hari ini pimpinan kelompok MIT ditembak mati oleh aparat TNI dan Polri, mungkin besok lusa akan muncul Ali Kalora baru,” kata Slamet.
Ia beranggapan, dalam menyelesaikan kasus terorisme, termasuk menuntaskan kelompok MIT Poso, perlu juga secara simultan dilakukan pendekatan sosial ekonomi dan literasi moral agar mereka (anggota Kelompok MIT Poso) dapat menyadari betapa pentingnya membangun harmonisasi dan menghilangkan rasa kebencian di antara sesama manusia sebagai ciptaan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Sebab, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan munculnya kelompok radikal akibat terjadi kesenjangan sosial dan keterbatasan ekonomi.
Sebelumnya, Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Polisi Rudy Sufahriadi, mengatakan dua DPO teroris Poso berhasil ditangkap, satu di antaranya adalah Ali Ahmad alias Ali Kalora yang dikenal sebagai pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.
Di hadapan awak media, Minggu (19/9), Irjen Polisi Rudy Sufahriadi mengungkapkan, telah terjadi kontak tembak antara Satgas Madago Raya dengan DPO teroris Poso di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sabtu 18 September 2021 pukul 18.00 WITA.
“Akibat kontak tembak tersebut telah tertembak dua DPO teroris Poso atas nama Ali Ahmad alias Ali Kalora dan Ikrima alias Jaka Ramadhan alias Rama dalam kondisi meninggal dunia di TKP,” kata Rudy.
ADVERTISEMENT
Dengan ditangkapnya 2 DPO teroris Poso katanya, maka sisa DPO teroris Poso tinggal 4 orang.
Adapun 4 sisa DPO teroris Poso yang menjadi buruan Satgas Madago Raya saat ini adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
“Diharapkan kepada sisa DPO teroris Poso untuk segera menyerahkan diri sebelum dilakukan tindakan tegas terukur apabila bertemu di lapangan,” kata Kapolda Sulteng.
Mantan Kapolda Jawa Barat ini juga menerangkan, Satgas Madago Raya juga telah mengamankan barang bukti berupa satu pucuk senjata api laras panjang jenis M-16 diduga milik Ali Kalora, dua buah ransel, satu buah bom tarik, satu buah buah bom bakar, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT