Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kala Desa Valentino Disulap Jadi Lokasi Wisata Mangrove
2 Desember 2019 15:11 WIB

ADVERTISEMENT
Valentino (20), pemuda asal Desa Lemo Utara, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah itu merasa takjub. Tempat menunggu ikan segar yang habis dipancing nelayan itu, kini disulap menjadi lokasi Wisata Bakau (Mangrove).
ADVERTISEMENT
"Ini dulunya hanya tempat batunggu ikan. Situasi di sini juga sunyi tidak seperti sekarang," katanya, Senin (2/12).
Valentino kini bangga wajah desanya itu mulai berubah seiring masuknya proyek Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), melalui pembangunan talud pantai, wisata bakau dan jalan kantong produksi di tahun 2019.
Valentino senang karena berkat proyek pembangunan tersebut, di tempatnya berdiri wisata bakau. Hal itu membuat ia dan teman-temannya bisa berkreasi, seperti membangun papan-papan kata yang unik untuk menambah daya tarik tempat tersebut.
"Itu baru rencana. Kami juga ingin membangun komunitas pecinta alam yang aktivitasnya terpusat di sini. Paling kalau lokasi ini sudah diresmikan, warga sudah mulai ada warga menjual. Tempat ini juga akan semakin ramai," ujarnya.
Saat PaluPoso mengunjungi lokasi wisata tersebut, belum terdapat papan nama sebagai penanda lokasi wisata. Pembangunan wisata juga belum rampung secara keseluruhan. Lewat Valentino, diketahui hari-hari biasanya tempat ini ditutup dengan palang karena pembangunannya belum selesai sebab kayu-kayunya mulai rusak, tepatnya pada bagian ujung jembatan. Anak-anak di desa setempat sering menjadikannya pijakan saat akan terjun ke laut.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan makin bertambahnya pengunjung, palang di lokasi wisata tersebut dibuka. Warga pun leluasa masuk ke dalam untuk mengambil foto atau berjalan-jalan melewati jembatannya.
Jembatan yang dibangun mengarah ke laut, dibuat dengan tinggi sekitar dua meter dari permukaan tanah sehingga dibutuhkan tangga untuk menaikinya. Tangga yang tersedia masih berupa tangga darurat yang dibuat ala kadarnya. Mungkin karena proyek pembangunan belum selesai, kayu-kayu jembatannya juga belum semuanya dicat. Panjang jembatan hingga sampai ke laut kurang lebih 300 meter.
Di ujung jembatan terdapat tiang-tiang kayu yang pembangunannya tampak belum selesai dibuat. Dari situ, pemandangannya cukup menarik.
Dari jauh sebelah kiri dan kanan kita akan melihat rimbunan pohon bakau. Pohon baku di lokasi wisata tersebut cukup tinggi, hal itu mungkin yang menjadikan jembatan yang dibuat juga memiliki ketinggian di atas rata-rata.
ADVERTISEMENT
Dalam lokasi tersebut, tidak hanya dibangun jembatan, tetapi juga dibangun gazebo-gazebo. Tingginya juga hampir serupa dengan tinggi jembatan penghubung pohon mangrove. Gazebo-gazebo itu juga belum memiliki tangga, sehingga warga berinisiatif sendiri menyediakan tangga darurat.
Lokasi wisata nampak luas, tetapi sebagian masih berupa semak dan rerumputan. Jalan menuju lokasi tersebut juga belum beraspal masih berupa jalan bebatuan dan lokasinya cukup jauh dari jalan utama yakni Jalan Trans Sulawesi. Pengunjung perlu menempuh 2 kilometer dengan masuk melalui lorong. Untuk masuk ke tempat itu gratis tidak dipungut biaya.