Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sejak Santoso alias Abu Wardah tewas diterjang timah panas pada operasi gabungan aparat TNI Polri Satgas Tinombala, pimpinan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) diteruskan oleh Ali Ahmad alias Ali Kalora.
ADVERTISEMENT
Selama kepemimpinan Ali Kalora ini, aparat TNI Polri terus melakukan pengejaran terhadap Ali Kalora beserta anggota-anggotanya dalam Operasi Tinombala. Namun, keberadaan kelompok ini cukup sulit dideteksi oleh aparat gabungan TNI Polri.
Berikut rangkuman yang berhasil dihimpun PaluPoso mengenai sepak terjang Ali Kalora beserta anggota-anggotanya yang kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
13 Terduga Teroris MIT Poso Masih Buron
Operasi Tinombala atau operasi pengejaran terhadap sisa kelompok terorisme Muhajidin Indonesia Timur (MIT) di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, yang kini dipimpin Ali Kalora, terus ditingkatkan Polri.
Kelompok MIT Poso tercatat 15 orang hingga akhir Februari 2019. Kemudian, Satgas Tinombala atau satgas khusus yang melakukan pengejaran kepada kelompok MIT Poso berhasil melumpuhkan dua kelompok MIT Poso setelah terjadi aksi baku tembak, pada Minggu (3/3).
ADVERTISEMENT
Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Lukman Wahyu Haryanto, membenarkan dua orang sisa kelompok MIT Poso berhasil dilumpuhkan pasukan Satgas Tinombala di pegunungan Padopi Dusun Maros, Desa Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara (PPU), Kabupaten Poso, pada Minggu petang (3/3).
"Pastinya, kita akan tetap mengejar untuk menangkap mereka (DPO) yang ada di atas gunung," ujar Lukman di Poso, Senin sore (4/3).
Menurut Kapolda Lukman Wahyu, kontak tembak itu berawal dari masuknya informasi masyarakat ke Pos Satgas sekitar pukul 09.30 WITA, yang mengaku melihat sekitar 5 orang DPO MIT sedang beristirahat di sebuah pondok perkebunan warga.
Akibat kontak tembak tersebut, satu DPO atas nama Basir alias Romzi asal Bima NTB tewas, dan satu DPO lainnya atas nama Adtya alias Idad menyerahkan diri dan ditangkap hidup-hidup.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan kepolisian, Romzi merupakan anggota MIT Poso senior yang bergabung masuk ke kelompok teroris Poso sekitar 6-7 tahun lalu. Romzi ada di MIT Poso sejak mendiang Santoso alias Abu Wardah masih hidup, dan keduanya gabung berada di hutan.
"Untuk Adtya alias Idad masih baru. Karena baru bergabung di kelompok MIT Poso Maret 2018," kata Lukman Wahyu.
Kapolda menambahkan, dengan tewasnya Romzi dan tertangkapnya Idad, maka sisa jumlah DPO MIT Poso yang bersembunyi dan sedang terus diburu Satgas Tinombala di hutan Poso, Parigi Moutong, dan sekitarnya ada sekitar 13 orang. Termasuk Ali Kalora yang saat ini menjadi pimpinan MIT Poso setelah pimpinan mereka, sebelumnya Santoso tewas dilumpuhkan Tim Satgas Tinombala.
ADVERTISEMENT
Data PaluPoso, sepeninggalnya pimpinan MIT Poso sebelumnya yakni Santoso, anggota kelompok MIT yang bertahan di hutan Poso sampai dengan akhir 2018 tersisa tujuh orang yakni, Ahmad Ali alias Ali Kalora yang disebut-sebut kini memimpin kelompok MIT. Kemudian Basri alias Romzi Katar alias Farel alias Anas; Askar alias Jaid alias Pak Guru; Nae alias Galuh alias Muhlas; Abu Alim alias Ambo; Moh Faisal alias Namnung.
Beberapa bulan kemudian Polres Poso mempublikasikan kelompok MIT kembali bertambah menjadi 10 orang, yakni Alhaji Kaliki alias Ibrohim DPO asal Ambon, Rajif Gandi Sabban alias Rajes DPO Ambon, dan Adtya alias Kuasa DPO Ambon.
Pasca penembakan dua polisi yang hendak mengevakuasi korban pembunuhan sadis dengan cara dimutilasi di Desa Salubanga, Sausu, Kabupaten Parigi Moutong yang diduga merupakan kelompok MIT. Polda Sulteng kembali merilis kelompok MIT terus bertambah menjadi 14 orang dengan DPO baru dari Ambon, Banten, dan Makassar.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya melalui Humas Polda Sulteng yang saat itu dijabat AKBP Hery Murwono Rabu 9 Januari 2019 dalam keterangan persnya di Polda Sulteng menyebutkan, kelompok MIT Poso ada tambahan kelompok baru yang merupakan DPO dari luar Sulteng yakni DPO Ambon, DPO Banten, dan DPO Makassar.
DPO baru lanjut Hery, di antaranya Alhaji Kaliki alias Ibrohim DPO asal Ambon; Rajif Gandi Sabban alias Rajes DPO Ambon; Adtya alias Kuasa DPO Ambon; Alvin alias Adam DPO Banten; Jaka Ramadhan alias Ikrima DPO Banten; Alqindi Mutaqien alias Muaz DPO Banten; dan Andi Muhammd alias Abdulah DPO Makassar.
Kemudian pada operasi pengejaran lanjutan kelompok MIT Poso, tim Satgas Tinombala selang beberapa hari pasca penyerangan dua anggota Polri yang hendak mengevakuasi seorang pria korban mutilasi di Desa Salumbanga, Kabupaten Parigi Moutong, yang diduga kuat juga korban kekerasan kelompok MIT Poso, 31 Desember 2018.
ADVERTISEMENT
Tim gabungan TNI-Polri sekitar 1.000 pasukan diturunkan. Polri menurunkan BKO dari Brimob Kelapa dua dan TNI menurunkan tim elitnya dari beberapa kesatuan, di antaranya Kopassus dan Rider.
Saat ini, kelompok MIT Poso tersisa 13 orang yang terus diburu tim Satgas Tinombala.
Berdasarkan catatan PaluPoso yang dihimpun dari beberapa sumber, Mujahidin Indonesia Timur diperkirakan terbentuk pada akhir 2012 atau awal 2013, kelompok tersebut didirikan oleh Santoso atau Abu Wardah di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
MIT berhasil merekrut sejumlah pengikutnya bahkan sering melakukan pelatihan militer di pegunungan Poso. Sejumlah aksi teror dan serangan terhadap aparat kepolisian kerap disebut dan diduga didalangi kelompok ini.
Selain mendirikan MIT, Santoso juga merupakan pemimpin MIT. Pergerakannya di kelompok radikal dimulai dengan bergabungnya Santoso dengan kelompok Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) di wilayah Sulawesi Tengah. Bekal di JAT tersebut yang dijadikan modal bagi Santoso untuk mendirikan MIT.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pada 2016 melalui sebuah rekaman video, kelompok MIT menyatakan berbaiat kepada Negara Islam Irak Suriah atau ISIS.
Setelah diburu sejak 2012, Kepolisian RI memastikan jika salah satu korban yang tewas dalam baku tembak operasi Tinombala pada Juli 2016 adalah Santoso, pimpinan MIT Poso. Santoso tewas setelah pergerakan MIT dipersempit melalui tim Satgas Operasi Tinombala dan beberapa anggota MIT juga dilumpuhkan bahkan ada menyerahkan diri.
Menantu Santoso Bergabung ke MIT Poso
Operasi pengejaran terhadap sisa kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, hingga saat ini masih terus dilakukan.
Sebelumnya, Polisi Daerah Sulawesi Tengah merilis jumlah Daftar Pencarian Orang (DPO) teroris Poso berjumlah 14 orang. Namun belakangan diketahui anggota MIT Poso tersebut bertambah satu orang, yaitu menantu dari pemimpin kelompok teroris Poso, yakni Santoso. Ia adalah Khoirul Amin alias Irul, warga Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso.
ADVERTISEMENT
Sedangkan wajah baru lainnya di antara 14 teroris adalah Alvin alias Adam alias Musab; Jaka Ramadan alias lkrima; Al Qindi Mutaqien alias Muaz, ketiganya berasal dari Banten, serta Andi Muhamad alias Abdulah dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Dari hasil pengembangan yang dilakukan petugas keamanan gabungan TNI Polri-Satgas I Tinombala 2019, Irul dan anggota teroris lainnya diketahui telah bergabung dengan kelompok teroris Ali Kalora, pimpinan MIT Poso saat ini.
“Informasinya Irul sudah bergabung di gunung, sama kelompok Ali,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya kepada PaluPoso, Senin (11/2).
Sumber yang juga merupakan warga Desa Kalora, mengatakan, selama ini Irul dikenal sebagai orang yang rajin beribadah. Namun, tak mengetahui alasan kenapa menantu Santoso yang baru beberapa bulan menikah tersebut sudah bergabung ke kelompok yang saat ini diburu aparat keamanan.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kata dia, foto Irul yang sedang menenteng senjata di salah satu lokasi hutan belantara pun sudah tersebar.
Diketahui, Irul merupakan suami dari Wardahtul Janah, anak Santoso alias Abu Wardah. Mereka menikah pada November 2018, dan dikabarkan telah bergabung dengan kelompok Ali Kalora pada akhir 2018.
“Untuk DPO masih mengacu 14 orang, yang telah dirilis resmi, kalaupun ada perkembangan lain terkait DPO akan diinformasikan lebih lanjut,” ujar AKBP Bogiek Sugiyarto, Kapolres Poso saat dihubungi, Selasa (12/2).
Polda Sulawesi Tengah kembali menggelar Operasi Tinombala mulai 7 Januari hingga 6 April 2019 guna memburu sisa DPO kasus terorisme yang masih bersembunyi di hutan-hutan Kabupaten Poso, Sigi dan Parigi Moutong.
Seorang Anggota Kelompok Teroris di Poso Tewas
Kontak tembak terjadi antara petugas Satuan Tugas Tinombala yang terdiri dari polisi dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan 5 orang yang masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) dari kelompok teroris Muhajidin Indonesia Timur (MIT) POSO. Peristiwa tersebut terjadi di wilayah perkebunan Padopi Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, sekitar pukul 17.15 WITA, Minggu (3/3).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi yang dihimpun PaluPoso, pada pukul 09.30 WITA, Tim Satgas Tinombala yang dipimpin oleh Mayor Infanteri Aryudha, menerima informasi dari masyarakat bahwa terdapat kurang lebih 5 orang DPO MIT Poso beristirahat di pondok milik salah satu warga.
Lalu, mereka berangkat menuju Desa Padopi untuk menangkap kelima orang DPO tersebut, pada pukul 11.39 WITA. Kemudian, terjadilah kontak tembak antara Satgas Tinombala dengan 5 orang kelompok teroris tersebut, pada pukul 17.15 WITA.
Dari hasil kontak tembak tersebut, petugas menemukan satu orang DPO MIT tewas dan satu lainnya masih hidup. Selain itu, petugas menyita satu pucuk senjata M 16.
Selanjutnya, evakuasi jenazah akan dilakukan besok pagi pada 4 Maret 2019 pukul 07.00 WITA. Saat dikonfirmasi, Kepala Subdirektorat Penmas Humas Polda Sulawesi Tengah, Kompol Sugeng Lestari, belum bersedia memberikan keterangan.
ADVERTISEMENT
"Besok saja saat selesai pelantikan di Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara sebaiknya langsung doorstop saja dengan Kapolda. Supaya lebih jelas," ujarnya, Minggu (3/3).
Informasi yang didapatkan dari lapangan menyebutkan bahwa korban tewas diduga Basir alias Romzi, warga Bima, NTB, DPO Teroris Poso.
Sementara anggota MIT yang berhasil diamankan aparat Satgas Tinombala atas nama Adtya alias Idad, warga Ambon.
3 Terduga Teroris Poso Tewas usai Baku Tembak di Parimo
Kontak tembak kembali terjadi antara gabungan TNI-Polri dengan terduga teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Marete, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Kamis sore (21/3).
Informasi yang dihimpun Palu Poso, kontak tembak terjadi pukul 16.50 WITA, di wilayah Dusun Air Teh, Desa Marete, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong.
ADVERTISEMENT
Dari enam anggota MIT Poso, anak buah dari DPO Qatar, tiga di antaranya dikabarkan tewas saat baku tembak dengan tim gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala Tim Petir (Gabungan Anggota Kostrad dan Anggota SGI) yang dipimpin oleh Lettu TNI Infanteri Handarwoko.
Ketiga anggota MIT yang diduga tewas adalah Andi Muhammad alias Abdullah (asal Makassar), Jaka Ramadan alias Ikrima (asal Banten), dan Alhaji Kaliki alias Ibrohim (asal Ambon).
Kapolres Parigi, Moutong AKBP Zulham Efendi Lubis, mengatakan belum mendapat laporan lengkap, namun akan disampaikan secepatnya.
“Saya juga belum mendapatkan info A1 karena baru saja sore tadi. Insya Allah, saya info bila sudah dapat datanya, ya. Sabar,” kata Kapolres Zulham, Kamis malam (21/3).
ADVERTISEMENT
3 Terduga Teroris Tertangkap di Kota Palu
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap tiga terduga teroris di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa malam (3/9). Dari tangan ketiga terduga teroris itu disita sejumlah barang bukti berupa dokumen dan persenjataan.
Kapolda Sulteng, Brigjen Lukman Wahyu Harianto, membenarkan adanya penangkapan tiga terduga teroris. Namun, Lukman belum membeberkan identitas tiga terduga teroris itu dan kronologi penangkapannya.
"Iya, memang semalam telah diamankan dua warga Palu yang diduga kelompok teroris, namun keterlibatannya masih perlu pendalaman," ujar Lukman, Rabu (4/9).
Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun Palu Poso, ada tiga terduga teroris yang ditangkap tim Densus 88 sekitar pukul 12.00 WIB, Selasa (3/9).
Ketiga terduga tersebut ditangkap di dua lokasi berbeda di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Salah satu lokasi penangkapan adalah di Lorong Malaya, Jalan Towua, Kecamatan Palu Selatan.
ADVERTISEMENT
Terduga Teroris MIT di Poso Ditangkap
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri kembali mengamankan salah seorang terduga anggota kelompok jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) berinisial AW.
Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Didik Supranoto, Senin (14/10) di ruang kerjanya mengatakan, AW diamankan langsung oleh Tim Densus 88 pada Minggu (13/10) sekitar pukul 10.29 WITA. Lelaki berumur 25 tahun dan merupakan warga Jalan Wajo Baru Kelurahan Ueralu, Kecamatan Poso Pesisir ini diamankan anggota Tim Densus ketika sedang mengendarai sepeda motor menuju arah Poso Pesisir, tepatnya di Jalan Pulau Batam Kelurahan Moengko Lama. Saat itu, AW langsung dicegat dan dilakukan penangkapan oleh Tim Densus 88.
"Saat dilakukan penggeledahan, ditemukan beberapa barang bukti, di antaranya kartu nama Tour Travel Law Indah Magetan, kartu identitas dan beberapa surat- surat kendaraan," kata Didik.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, menurut Didik, dilakukan lagi penggeledahan di rumah terduga AW ini dan Tim Densus menemukan beberapa barang bukti lainnya seperti 10 batang pipa yang sudah terpotong- potong.
Kemudian dilakukan pengembangan dan pendalaman oleh Tim Densus 88 dan langsung menuju rumah salah satu sahabatnya AW berinisial AZ (24).
"AZ ini diketahui merupakan warga Jalan Lampe ll, Kelurahan Lampe, Kecamatan Ranasanea Timur, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat," ujarnya.
Dari hasil penggeledahan di rumah AZ, Tim Densus 88 berhasil mengamankan barang bukti berupa 9 buah busur sekaligus pemantiknya berupa besi yang dibengkokkan menyerupai huruf Y, 3 buah botol plastik berisikan cairan kimia H2O2, kemudian sebuah pedang Samurai.
Berdasarkan hasil penggeledahan di rumah AZ lanjutnya, juga ditemukan barang bukti berupa 3 kotak Tupperware yang berisikan campuran bahan kimia, gelas kimia ukuran 500 mililiter, dua buah penanak nasi, 9 bungkus plastik HNO3 Santgro, 8 botol sirup, satu botol air aki, kemudian 1 dos peluru pcp (peluru senapan angin), 1 ikat karet pentil, 1 ikat sumbu kompor, kaca pecahan botol, satu jerigen kosong dan sebuah alat suntik tanpa jarum.
ADVERTISEMENT
Didik menjelaskan dari hasil pendalaman pemeriksaan diketahui peran mereka ini adalah memberikan bantuan kepada kelompok MIT dan kemungkinan mereka ini akan merakit sebuah bom dari bahan- bahan yang ditemukan tersebut.
" Sementara temannya berinisial AZ itu masih dalam pencarian oleh tim Densus 88 karena tidak ditemukan di rumahnya saat dilakukan penggeledahan," ujarnya.
Adapun keterlibatan terduga AW dan AZ ini dengan penangkapan terduga teroris di Kabupaten Morowali beberapa pekan lalu, hingga kini belum diketahui dengan jelas karena masih dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Ali Kalora Belum Tertangkap
Keberadaan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, pimpinan Ali Kalora cs yang belum diketahui dan belum berhasil tertangkap, membuat Operasi Tinombala 2019 kembali diperpanjang hingga Desember 2019.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya, Operasi Tinombala 2019 berakhir sejak 3 Oktober 2019, tetapi untuk kepentingan negara, maka kini diperpanjang hingga Desember 2019 nanti," kata Kapolda Sulteng, Brigjen Lukman Wahyu Harianto, usai melaksanakan upacara HUT ke-74 TNI di Batalyon 711, Sabtu (5/10).
Ia mengatakan, meski Polri memperpanjang pelaksanaan Operasi Tinombala namun kini diminimalisir anggaran dan jumlah personelnya yang siaga di daerah Poso dan sekitarnya. Dari 800 personel yang disiagakan, kini yang terlibat langsung tersisa 600 personel gabungan TNI maupun Polri.
Namun pastinya, kata Kapolda, upaya pengejaran terhadap sisa kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di bawah pimpinan Ali Kalora itu masih terus dilakukan, sembari mempersempit ruang gerak kelompoknya.
Pengejaran itu dilakukan oleh pihak Brimob, Kopassus, Polres Poso, dan Kodim, khususnya Babinsa dan Binmas semuanya bermain sesuai fungsinya.
ADVERTISEMENT
"Insya Allah, kami secepatnya menangkap para DPO sisa kelompok MIT ini yakni Ali Kalora cs, namun kami akan melakukan langkah- langkah berbeda dengan sebelumnya dan melakukan langkah preventif," katanya.
Kontak Tembak di Parigi Moutong, Sulteng, 1 Personel Brimob Tewas
Lima orang yang masuk dalam daftar pencarian (DPO) dari Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Jumat siang (13/12), menyerang warga dan personel Operasi Tinombala di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Penyerangan tersebut terjadi usai salat jumat di musala Desa Salubanga, tepatnya sekitar 50 meter dari Pos Sekat Alfa 16.
Informasi yang diperoleh di lapangan menyebutkan, usai penyerangan tersebut, lima orang anggota MIT tersebut lantas berpencar, masing-masing tiga orang ke arah SD Salubanga dan dua orang lagi ke arah belakang musala.
ADVERTISEMENT
Beberapa menit kemudian, terjadi kembali penyerangan dengan menembak ke arah Pos Sekat Alfa 16 dan sempat menyandera warga serta anggota Pos Sekat yang pulang dari salat jumat. Namun, anggota Pos Sekat sempat melarikan diri dan warga yang disandera belum diketahui keadaannya.
Sekitar pukul 13.30 WITA, satu regu dari pasukan kejar yang dipimpin oleh Danki Kejar Ipda Richar, telah menuju lokasi kejadian untuk memberikan bantuan dikarenakan Pos Sekat Salubanga saat ini terus memanggil untuk meminta bantuan melalui handy talky (HT).
Dalam peristiwa penyerangan tersebut, seorang personel Brimobda Polda Sulteng, Baratu Saiful, dilaporkan tewas.
2019, Satgas Tinombala Masih Buru 10 DPO MIT Poso
Menutup tahun 2019, Polda Sulawesi Tengah melakukan rilis akhir tahun 2019 yang dipimpin langsung Kapolda Sulteng Irjen Polisi Syafril Nursal di Rupatama Polda Sulteng, Selasa (31/12), di hadapan beberapa media di Sulteng.
ADVERTISEMENT
Kapolda Sulteng mengatakan penanganan tindak pidana terorisme di Poso, Sulawesi Tengah, dengan menggelar Operasi Tinombala selama 2019 masih menyisakan sepuluh orang daftar pencarian orang (DPO) Kelompok Mujahidin Indonesia Timur.
Mereka itu adalah Ali ahmad alias Ali Kalora selaku pimpinan kelompok, Qatar alias Farel alias Anas, Askar alias Jaid alias Pak Guru, Abu Alim alias Ambo, dan Nae alias Galuh alias Mukhlas
Selanjutnya Moh. Faisal alias Namnung, Rajif Gandi Sabban alias Rajes, Alvin alias Adam alias Mus’ab, Jaka Ramadhan alias Ikrima, serta Khoirul alias Irul.
Syafril Nursal berharap agar kepada oknum yang identitasnya sebagaimana DPO untuk sebaiknya menyerahkan diri, kembali ke NKRI dan berani mempertanggung jawabkan perbuatan yang telah dilakukan di depan hukum.
ADVERTISEMENT
"Dengan menyerahkan diri maka kami akan jamin keselamatannya dan diproses sesuai prosedur yang berlaku seadil-adilnya,” kata mantan Kasespimma ini.