Kisah Yeye, Perempuan Non Muslim yang Aktif di Komunitas Muslim

Konten Media Partner
8 Mei 2021 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Yeye, Perempuan Non Muslim yang Aktif di Komunitas Muslim. Foto: PaluPoso/Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kisah Yeye, Perempuan Non Muslim yang Aktif di Komunitas Muslim. Foto: PaluPoso/Istimewa
ADVERTISEMENT
Banyak cara untuk berbagi terutama membahagiakan orang-orang yang sangat membutuhkan tanpa pandang bulu, suku, agama dan golongan. Hal itu menjadi dasar pemikiran, Yeye Soputri (42), warga Kelurahan Boya, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng).
ADVERTISEMENT
Sudah hampir setahun Yeye atau yang akrab disapa Cece ini memilih aktif di Komunitas Sahabat Masjid Donggala, walaupun dia sendiri beragama Nasrani. Aktivitasnya itu mendapat dukungan oleh keluarganya terutama suaminya yang tak jarang ikut menyalurkan bantuan.
“Saya memilih aktif di komunitas itu walaupun berbeda keyakinan karena hati saya tergerak untuk membantu sesama tanpa melihat latar belakangnya,” ujar ibu dua anak ini, Sabtu (8/5).
Yeye, salah satu perempuan yang aktif dalam Komunitas Muslim di Donggala saat menyalurkan Al-quran ke warga. Foto: PaluPoso/Istimewa
Cece berasal dari keluarga yang tidak berada tapi punya keinginan kuat untuk membantu sesama. Dalam setahun itu, dia mampu menjadi donatur tetap di komunitas tersebut. Membagikan bantuan pada hari Jumat berkah bersama sesama anggota komunitas.
Banyak suka dan duka yang ia rasakan selama menjadi donatur dan turun ke masyarakat membagikan bantuan. Ia mengaku dirinya lebih bahagia, bahagia jika melihat senyum warga yang dibantu. Ada rasa puas tersendiri yang tidak bisa tergantikan.
ADVERTISEMENT
“Saya sadar bahwa di lingkungan saya banyak yang membutuhkan bantuan,” kata Cece.
Sebelumnya, ia hanya menjadi donatur pasif di komunitas tersebut. Dalam artian, cukup menitip bantuan ke komunitas, lalu membiarkan bantuan tersebut disalurkan oleh orang lain.
Yeye, perempuan non-Muslim (kanan) yang aktif menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada warga di Donggala, Sulawesi Tengah. Ia tergabung dalam Komunitas Muslim di Donggala saat ini. Foto: PaluPoso/Istimewa
Namun, akhirnya Cece ikut turun ke lapangan menyalurkan bantuan yang ia berikan. Dari situlah, hatinya terus terketuk untuk selalu turun ke lapangan bersama komunitas.
Ia juga aktif membantu warga, termasuk menggalang donasi bagi warga yang membutuhkan.
“Pengalaman saya yang paling sedih selama jadi donatur dan turun ke lapangan, saat saya berkunjung melihat Dion, anak penderita gizi buruk di Donggala. Di situ hati saya sedih sekali bahwa orang ini harus dibantu,” kenang Cece.
Selain menjadi donatur, ia juga tidak jarang menjadi penyalur bagi masyarakat yang ingin memberikan bantuannya. Apabila orang mempercayakan kepada dia. Cece percaya, berkat dari Tuhan itu ada, bila seseorang ikhlas saling memberi kepada orang-orang yang membutuhkan.
Yeye, perempuan non-Muslim (kiri) yang aktif menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada warga di Donggala, Sulawesi Tengah. Ia tergabung dalam Komunitas Muslim di Donggala saat ini. Foto: PaluPoso/Istimewa
“Berkat yang saya rasakan sangat luar biasa sekali. Banyak berkat tak terduga. Jika memudahkan orang lain, balasannya kita juga dimudahkan segala urusan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Memang, terkadang hal itu sulit diungkapkan. Apalagi bila memakai logika manusia, hal itu seperti di luar nalar. Tapi, Cece merasa selama ini Tuhan selalu mampukan dirinya lewat berbagai cara-Nya.
“Rezeki itu ada-ada saja. Misalnya tiba-tiba ada yang minta bantuan. Saya bingung pakai uang apa. Sedangkan kas di komunitas lagi kosong. Tiba-tiba teman WA. Tanya hai bagaimana kabar? Bagaimana komunitasmu. Saya titip yah,” kata Cece memperagakan ucapan temannya itu.
Ia berharap, makin banyak orang yang mau berbagi sesama. Ia juga berharap terus diberikan kesehatan dan rezeki untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Yeye, perempuan non-Muslim yang aktif menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada warga di Donggala, Sulawesi Tengah. Ia tergabung dalam Komunitas Muslim di Donggala saat ini. Foto: PaluPoso/Istimewa