Lomba Perahu Mini Jadi Hiburan Penyintas Tsunami Palu

Konten Media Partner
9 April 2019 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah seorang penyintas Papa Oki yang ikut menginisiatif lomba perahu mini sebagai hiburan warga pengungsi terdampak tsunami di Kelurahan Lere, Kota Palu. Foto: PaluPoso/Andi Lena
Mengisi waktu sore hari dan hiburan bagi penyintas korban tsunami yang terjadi 28 September 2018, warga Kelurahan Lere, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah dengan membuat lomba perahu mini atau dalam bahasa daerah lokal suku Kaili disebut “Posilomba Sakaya Kodi”.
ADVERTISEMENT
Anak-anak maupun usia dewasa terlihat ramai berkumpul dan siap dengan masing-masing perahu mini mereka.
Ketika angin laut sekitar pukul 15.00 mulai terasa disitulah waktu yang tepat untuk memainkan perayu layar mini di sebuah genangan air yang mirip telaga yang terbentuk pasca gempa dan tsunami lalu. Dengan mengandalkan hembusan angin perahu-perahu mini dilepas dari arah utara ke timur.
Memanfaatkan genangan air yang membentuk telaga setelah terjadi tsunami sebagai tempat lomba perahu mini. Foto: PaluPoso/Andi Lena
Beberapa anak kecil membawa perahu mini di ujung telaga di Jalan Selayar tepatnya di belakang sebuah hotel ternama yang juga terkena dampak tsunami di Jalan Cumi-cumi, Kelurahan Lere, Kota Palu.
Salah seorang penyintas yang juga penghoby lomba perahu mini, Papa Oki (38) mengatakan, ide membuat lomba perahu mini adalah warga-warga di tenda pengungsian di dekat lokasi genangan air untuk mengisi waktu sore hari dan juga hiburan warga pengungsian.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kami buat lombanya secara mandiri saja, jadi pakai pendaftaran Rp 5 ribu per peserta atau kategori, jadi dari hasil pendaftaran itu kemudian dijadikan hadiah untuk pemenang,” ujarnya Selasa (9/4).
Seorang anak sedang menunggu perahunya melaju menuju garis finish. Foto: Andi Lena
Menurutnya, lomba perahu mini dilaksanakan biasanya waktu jelang akhir pekan, Jumat sore atau Sabtu sore, dimana warga penyintas bisa ramai-ramai mengikuti lomba yang tidak hanya diikuti anak-anak tapi juga orang dewasa.
“Yang ikut lomba semua umur bisa. Asalkan ada perahu sendiri,” katanya.
Lomba perahu mini sebenarnya kata Papa Oki yang enggan menyebutkan nama aslinya, merupakan permainan tradisonal yang sudah turun temurun dilakukan warga pesisir pantai khususnya warga sekitar Kelurahan Lere di Teluk Palu yang tinggal di dekat muara Sungai Palu. Hanya saja lomba perahu berukuran mini ini tidak lagi rutin dilaksanakan, karena hanya inisiatif warga sekitar belum menjadi agenda rutin atau mendapat perhatian dari pihak terkait.
ADVERTISEMENT
Pria yang mengaku membuat sendiri perahu-perahu mininya menuturkan, di zaman dia masih anak-anak orangtuanya bersama warga Kelurahan Lere lainnya sering menggelar lomba perahu mini di muara sungai Palu.
Perahu-perahu ini yang siap untuk diikutkan lomba di genangan air bekas terjangan tsunami di Kelurahan Lere, Kota Palu. Foto: PaluPoso/Andi Lena
Saat itu dia masih ditugaskan menangkap perahu di garis finish. Hanya saja lomba di muara sungai Palu dihentikan bersamaan sering munculnya beberapa buaya, yang dikhawatirkan akan menggigit warga yang bermain lomba perahu di muara sungai Palu.
“Dulu pernah dibuat lomba perahu ini dalam rangka Festival Teluk Palu. Cuma saya lupa tahun berapa. Sekarang sudah jarang, apalagi baru kena bencana, jadi ini cuma inisiatif kami warga sekitar Kelurahan Lere saja,” ujarnya.
Dia berharap, lomba-lomba tradisonal seperti lomba perahu mini bisa menjadi lomba rutin dilaksanakan di Kota Palu, selain menjadi hiburan warga juga ikut melestarikan lomba turun temurun dari orangtua sejak dulu.
ADVERTISEMENT
“Kalau ada yang sponsor lomba ini pasti lebih ramai. Apalagi kalau sudah dijadikan agenda rutin pasti akan menarik karena lomba tradisional yang perlu dilestarikan,” katanya.
Penulis: Andi Lena