Konten Media Partner

Masih Ada Beberapa Titik Rawan Longsor di Teluk Palu

12 Oktober 2019 7:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana aktivitas warga nelayan Teluk Palu di Pantai Taman Ria, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Foto: Dok. PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Suasana aktivitas warga nelayan Teluk Palu di Pantai Taman Ria, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Foto: Dok. PaluPoso
ADVERTISEMENT
Informasi-informasi terdahulu melalui cerita-cerita dari para pendahulu orang Palu, tentang gempa di Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada masa lalu banyak diceritakan di daerah Pantai Barat Donggala. Untuk tsunami dulunya pernah diceritakan ada di wilayah Palu Utara tepatnya di Kelurahan Mamboro. Yang di Teluk Palu justru yang berkembang ceritanya, dikatakan aman dari tsunami karena jarang terjadi tsunami yang berada di wilayah teluk, biasa terjadi di laut lepas.
ADVERTISEMENT
Tapi berdasarkan gambar-gambar dan video yang diperlihatkan dari penelitian dalam paparannya, kenapa terjadi tsunami di beberapa titik pantai sampai di wilayah Teluk Palu. Tsunami terjadi di wilayah Teluk Palu justru terjadi karena patahan di tujuh titik.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Hidayat Lamakarate dalam penjelasannya di kegiatan Talkshow Likuefaksi dengan Tema “Mengenal Likuefaksi dan Menyelaraskan Kehidupan di atas potensi yang ada” yang digelar Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada Rabu (10/10) di Palu.
“Ada longsoran, sehingga tidak merata tsunami terjadi di Teluk Palu. Misalnya ke arah Donggala tidak semua wilayah terkena tsunami,” kata Hidayat.
Lanjut Hidayat, begitu melihat tampilan video hasil paparan, ternyata ada beberapa longsoran di sekitar kawasan Teluk Palu yang menyebabkan air laut tergerus ke dalam, menghempas keluar dan menciptakan gelombang tsunami di sekitar kawasan longsoran, hingga air masuk sampai ke permukiman masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Dari hasil penelitian dan paparan dari Badan Geologi itu kita sadar bahwa daerah kita ini di Palu, bahkan di Donggala memang ada potensi rawan tsunami,” ucapnya.
Suasana jalan di Palu Utara pasca-gempa berkekuatan 7,4 Magnitudo dan tsunami yang menghancurkan bangunan di wilayah tersebut. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Hidayat menambahkan, kemudian ada pesan lagi dan jadi perhatian. Masih adanya beberapa titik rawan lagi di Teluk Palu yang memiliki potensi bisa terjadi longsoran, amblas. Kalau itu terjadi akan ada kemungkinan terjadi tsunami lagi di kawasan-kawasan tertentu di tepian pantai.
“Untuk itu perlu ketegasan untuk menetapkan zona merah di wilayah pantai. Jangan sampai terjadi longsor kemudian menyebabkan lagi tsunami. Untuk itu masyarakat diharapkan tidak ada lagi di wilayah zona rawan tersebut,” harapnya.
Hidayat menceritakan, berdasarkan penuturan almarhum orangtuanya, Baso Lamakarate yang juga mantan Wali Kota Palu periode 2000-2004 bahwa untuk tidak membeli tanah di wilayah sekitar Polsek Palu Timur saat ini. Hal itu berdasarkan penuturan dari kakek dari almarhum Baso Lamakarate.
ADVERTISEMENT
Di seputaran Polsek Palu Timur itu namanya saja tanah runtuh. Jalan yang ada sekarang depan Polsek itu dulunya tidak ada. Karena dulunya merupakan bekas tanah amblas. “Makanya almarhum bapak saya membuat kebijakan untuk membuat jalan di daeah STQ (Jalan Sukarno-Hatta). Jalan itu dibuat jika terjadi apa-apa bisa merupakan jalan alternatif. Bahkan ada lagi satu jalan yang dibuat di atasnya,” terangnya.
Berdasarkan cerita-cerita terdahulu itu kata Hidayat beberapa kawasan lembah Palu itu dulunya adalah kawasan rawan bencana, rawan tsunami, tanah longsor yang sudah pernah terjadi.
Rangkaian kegiatan tersebut Badan Geologi juga meluncurkan Atlas Zona Kerentanan Likuefaksi Indonesia dan Provinsi Sulteng adalah penerima pertama dan diserahkan Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar kepada Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng, Hidayat Lamakarate.
ADVERTISEMENT
Pihak Badan Geologi mulai melakukan penyelidikan fenomena likuefaksi sejak tahun 1990-1994 di daerah Denpasar, Maumere dan Flores. Hingga 2018, sejumlah kota besar dan daerah lain turut pula dikaji dan diselidiki potensi dan fenomena likuefaksi yang terjadi di antaranya Kota Padang, Bengkulu, Pidie Jaya, Meulaboh, Yogyakarta, Banyuwangi, Denpasar, Lombok, Maumere, Palu, dan Gorontalo.
Tim