Menengok Guma Raksasa di Bumi Tadulako, Sulawesi Tengah

Konten Media Partner
21 November 2021 18:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guma adalah senjata tradisional Sulawesi Tengah yang berbentuk pedang. Foto: PaluPoso/Miftahul
zoom-in-whitePerbesar
Guma adalah senjata tradisional Sulawesi Tengah yang berbentuk pedang. Foto: PaluPoso/Miftahul
ADVERTISEMENT
Guma merupakan senjata tradisional Suku Kaili dan sering dipakai oleh panglima perang atau disebut Tadulako. Pada umumnya ukuran Guma, panjangnya dari punggung sampai ujung jari si pengguna atau sekitar satu meter lebih.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Guma raksasa nampak berbeda dari ukuran biasanya. Guma ini memiliki panjang 7,7 meter dan berat sekitar 1 ton lebih. Guma raksasa ini kini dipajang di Museum Senjata Tradisional Guma Palu, Jalan Hasanuddin, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Penjaga Museum Senjata Tradisional Guma Palu, Ki Kumbang menyebutkan, gagasan pembuatan Guma raksasa ini dari angka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia di Tahun 2022. Sehingga, hal itu menjadi alasan ukuran Guma Raksasa sepanjang 7,7 meter.
Selain itu, Guma raksasa dibuat sebagai ikon Sulawesi Tengah. Agar supaya masyarakat lokal maupun luar daerah lebih mengenal senjata tradisional Suku Kaili tersebut.
“Berdasarkan pemikiran itu (Ulang Tahun Republik Indonesia Ke- 77) kemudian kita buat Guma raksasa sepanjang 7,7 meter. Jadi panjang 7,7 meter itu filosofi yang kita pakai untuk memperingati kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia nanti,” kata Ki Kumbang saat ditemui di Museum Senjata Tradisional Guma Palu, Minggu (21/11).
ADVERTISEMENT
Menurut Ki Kumbang, Guma tak hanya digunakan oleh Suku Kaili saja, tapi juga di Lembah Napu maupun Kota Palu dan Donggala, bahkan di daerah lain di Sulawesi Tengah. Hanya saja memiliki perbedaan dalam penyebutan namun punya bentuk yang hampir mirip.
“Para Tadulako itu tetap memakai Guma sebagai senjata perang sewaktu jaman kerajaan sampai pada masa melawan penjajahan Belanda,” ujarnya.
Danrem 132 Tadulako Brigjen TNI Farid Makruf saat memamerkan pusaka atau senjata tradisional Sulteng, di Halaman Makorem 132 Tadulako, Minggu (5/9). Foto: Penrem 132 Tadulako
Lebih lanjut, ia menerangkan, setiap Guma mempunyai perbedaan dari bentuk gagangnya. Model gagang yang dipakai pada Guma raksasa ini berbentuk seperti huruf K atau disebut Kalama. Sebab, Guma jenis inilah yang digunakan oleh para Tadulako.
Sementara komponen pada Guma raksasa itu sendiri dibuat dari material pilihan. Misalnya, pada gagang Guma raksasa terbuat dari kayu hitam, kemudian untuk kerangkanya atau sarung Guma terbuat dari kayu Kumeyabat. Dan bilahnya dari besi yang ditambahkan material 19 unsur yang terdapat pada Guma, seperti dalam penelitian Ki Kumbang di Laboratorium Metalurgy.
ADVERTISEMENT
Adapun 19 unsur material itu yakni, Carbon, Silicon, Sulfur, Phosporus, Manganese, Nickel, Chromium, Molybdenum, Vanadium, Chopper, Wolfram, Titanium, Tin, Alumunium, Plumbum, Antimony, Niobium, Zorconium, Zinc, Ferum/Iron. Hal ini juga yang membedakan antara pusaka dari Bumi Tadulako dan pusaka dari Pulau Jawa.
Tepat di antara gagang dan sarung Guma dililitkan kain berwarna kuning yang merupakan identitas status sosial kepemilikan Guma, khususnya bagi Suku Kaili. Bahwa, warna kuning kedudukan tertinggi seperti raja-raja. Olehnya, Guma raksasa dapat disimpulkan sebagai kepemilikan seorang raja besar.
Ki Kumbang juga mengungkapkan, dalam pembuatan Guma raksasa memakan waktu cukup lama. Sebab, kesulitan dalam pembuatannya adalah pengukiran gagang Guma.
“Pembuatan dalam jangka waktu 1 bulan lebih. Kesulitan dalam pembuatan Guma raksasa saat pembentukan handle karena ketika diamplas serbuknya pedis kena di wajah. Terlebih lagi kayu hitam tidak ada yang besar-besar, jadi itu kita sambung-sambung,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Kita akan percantik lagi ke rumah ini, terus direnovasi untuk lebih bagus,” tambahnya.
Guma raksasa tersebut diinisiasi oleh Komandan Korem 132 Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf, MA atas rasa kesadaran agar masyarakat Sulawesi Tengah lebih akrab dan mengetahui terkait sejarah Guma.