Konten Media Partner

Mengabdi Sejak 2005, Guru Honorer di Sulteng Hanya Digaji Rp 200 Ribu

2 April 2019 10:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selvianti, warga Desa Bangga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, merupakan satu dari puluhan guru di Kabupaten Sigi yang masih mengabdi dengan gaji Rp 200 Ribu per bulan. Foto: PaluPoso/Siturwijaya
zoom-in-whitePerbesar
Selvianti, warga Desa Bangga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, merupakan satu dari puluhan guru di Kabupaten Sigi yang masih mengabdi dengan gaji Rp 200 Ribu per bulan. Foto: PaluPoso/Siturwijaya
ADVERTISEMENT
Selvianti, warga Desa Bangga, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, merupakan satu dari puluhan guru di Kabupaten Sigi yang tidak pernah lelah mengabdi untuk memajukan generasi bangsa. Guru yang bergelar Sarjana Pendidikan Islam ini setia mengabdi, meski gajinya hanya Rp 200 ribu per bulan.
ADVERTISEMENT
“Gaji saya terima tiap triwulan (tiga bulan) sekali,” kata Selvianti, saat dijumpai di tempatnya mengajar di SDN 1 Bangga, Selasa (2/4).
Dengan nilai gaji yang jauh dari cukup untuk menghidupi keluarganya, perempuan kelahiran 1978 itu tidak pernah putus harapan untuk selalu ikut terlibat dalam mencerdaskan generasi bangsa.
“Menjadi guru merupakan pilihan saya, tidak dapat amal di dunia tapi di akhirat InsyaAllah,” kata Selvi panggilan akrabnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dengan dua anaknya, Selvi juga berjualan kue-kue basah di depan rumahnya. Menurutnya, omzet dari jualan kecil-kecilannya itu hanya sekitar Rp 30 ribu saja sebulan.
“Janji 2018 mau diangkat (jadi Pegawai Negeri Sipil), sampai sekarang tidak ada juga. Agak kecewa sih dengan presiden sekarang yang tidak memperhatikan nasib guru honorer,” ujarnya dengan nada sedih.
ADVERTISEMENT
Saat berbincang bersama media PaluPoso selama kurang lebih dua jam, guru jebolan Institut Agama Islam Negri (IAIN) Kota Palu itu tak kuasa menahan air mata, meratapi nasibnya sebagai guru honorer yang terkesan kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat.
“Seakan terkucil dari perhatian pemerintah nasib kami. InsyaAllah presiden ke depan bisa memperhatikan nasib kami selanjutnya,” ujarnya dengan meneteskan air mata.
“Jiwa guru, jiwa mengajar saya tinggi, tidak digaji pun saya tetap bertahan menjalankan tugas saya mencerdaskan umat,” katanya lagi.
Suasana belajar mengajar di SDN 1 Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi. Foto: PaluPoso/Situr Wijaya
Pada tahun 2014, ia dan dua temannya di SDN 1 Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi pernah ikut tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
“Teman saya lulus karena dia ada orang dalam yang dikenal, saya tidak lulus, saya selalu merasa bersyukur atas nikmat dan rahmat Allah SWT. Mungkin belum rezeki,” katanya.
ADVERTISEMENT
Selvi mengenang saat pertama kali mengabdi sebagai guru honorer di SDN 1 Bangga. Usai menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), ia mulai mengajar di SDN 1 Bangga sejak 1 Januari 2005.
Agar bekal pengetahuan mendidik siswa bisa semakin banyak, ia melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan Ahli Muda Agama (AMD) sambil mengajar di sekolah itu.
“Kemudian setelah itu saya masuk daftar kuliah S1 dan tahun 2012 saya diwisuda (sebagai) Sarjana Pendidikan Islam,” ujarnya.
Ia juga mengenang saat masa kuliah sambil mengajar. Meski harus fokus di perkuliahan, dia juga tetap aktif setiap hari mengajar di SDN 1 Bangga.
“Pagi mengajar sore masuk kampus, kadang berangkat dari Bangga ke Palu yang berjarak tempuh 40 kilometer demi pengabdian saya dalam mengajar anak didik,” katanya.
ADVERTISEMENT
Selama menempuh kuliah, Selvi mengaku dibiayai oleh ayahnya yang hanya kerja serabutan. Jika hanya berharap dari honor mengajar, tidak akan mencukupi biaya kuliahnya itu.
“Ibu sudah meninggal, tinggal papa yang membiayai saya kuliah, kadang juga minta uang sama kakak saya yang sudah PNS untuk biaya kuliah,” ujarnya.
Kepala SDN 1 Bangga, Masiba, yang ikut mendengar perbincangan PaluPoso dengan Selvianti, menimpali pernyataan Selvi. Ia, pada prinsipnya, mengapresiasi semangat pengabdian salah seorang pengajar di sekolahnya itu.
“Dia (Selvi) orangnya gigih, pantang menyerah, loyal dan memang guru seperti Ibu Selvi ini kita sangat butuhkan, cerdas di bidang agama,” ujar Masiba.
Penulis: Situr Wijaya (Kontributor)