Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Mengunjungi Baho Pombine Bagai Berjalan di Atas Pelangi
3 November 2019 10:08 WIB

ADVERTISEMENT
Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, selama ini lebih dikenal sebagai daerah industri. Satu-satunya perusahaan nikel terbesar di Asia Tenggara berdiri di daerah ini. Tidak heran, setiap tahun Morowali menjadi tujuan pencari kerja di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kerusakan alam tidak luput dari daerah itu. Adanya industri, ditenggarai memicu kerusakan alam. Namun, di tengah persoalan tersebut pariwisata Morowali juga mulai menggeliat. Adalah destinasi wisata alam Baho Pombine yang terletak di Desa Kolono, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali.
Destinasi wisata tersebut baru sekitar tiga bulan ini dibangun. Di lokasi wisata alam Baho Pombine ini menyajikan keindahan alam air payau, tanaman bakau (mangrove), pohon sagu (rumbia), dan Gunung Mateatina, serta dipermanis dengan jembatan kayu sebagai penghubung ke titik-titik lokasi.
Memang sangat mempesona. Wisata alam tersebut digagas oleh Ketua Karang Taruna Desa Kolono, Galip yang juga ditunjuk sebagai Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Kepada PaluPoso, ia menuturkan, bagaimana sampai ide pembentukan wisata alam tersebut tercetus.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya Bumdes di sini sudah berapa kali ganti pengurus. Saya dipercayakan untuk mengelolanya. Jadilah saya bertiga dengan teman mencetuskan ide ini," ujar Galip, Minggu (3/11).
Galip dan tiga kawannya yang baru saja menyelesaikan kuliah ini, lalu melirik Baho Pombine untuk dijadikan lokasi wisata. Berbekal dana Bumdes sebesar Rp 70 juta, terbentuklah jalur penghubung jembatan bagi pengunjung, tidak lupa papan-papannya dicat warna-warni untuk mempercantik penampilan jembatan.
Pihaknya juga kata Galip membuat gazebo sebagai tempat beristirahat bagi pengunjung yang ingin bersantai atau sambil tiduran.
Rencananya gazebo-gazebo itu akan ditambah menjadi empat unit dan juga akan dibangun aula. Semuanya berdiri di atas air. "Ini akan membuat makin mempesona pemandangan di lokasi wisata alam ini," katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Galip, hal itu dilakukan untuk menambah daya tarik tempat tersebut.
Saat ini, baru satu Gazebo yang dibangun. Gazebo tersebut dimanfaatkan pengunjung wisata untuk menyantap bekalnya dan berganti pakaian lepas mandi di air payau.
Di seputaran lokasi wisata ini belum terdapat lapak pedagang. Pihak Bumdes pun berencana membangun area lapak pedagang agar memudahkan warga beristirahat sambil menyantap kuliner setempat.
Karena lokasinya yang indah dan cantik, banyak pengunjung menghabiskan waktu di lokasi tersebut untuk berswafoto atau berfoto beramai- ramai. Tidak sedikit pula yang menghabiskan waktunya duduk bersantai beratapkan langit memandang kejernihan air atau berenang.
Ketika PaluPoso bertandang untuk pertamakalinya ke tempat tersebut, kesan pertama yang muncul sangat sederhana.
Dari kejauhan, wisata Baho Pombine hanya nampak seperti jembatan kayu, terlihat biasa saja. Mungkin karena belum diramaikan para pedagang kuliner serta penataannya belum begitu signifikan.
ADVERTISEMENT
Tetapi kesan itu akan berubah seketika saat menginjakkan kaki dan berjalan di atas jembatan kayu halus yang berwarna-warni, serta diapit oleh air payau yang berarus lembut. Sangat unik, bagai berada di atas perahu dan di atas pelangi.
Kesan hijau dan tenteram juga akan makin terasa manakala kaki terus melangkah menuju ujung jembatan. Di situlah letak gazebo. Dan, di situ pulalah sensasi seakan berada di hutan mulai terasa karena pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan hutan khas pohon-pohon mangrove. Sinar matahari juga tidak nampak karena terhalang oleh deretan pohon mangrove sehingga mengundang rasa ingin beristirahat sejenak.
Untuk masuk ke tempat itu, pengunjung harus membayar Rp 5000.
Menurut penjaga pintu masuk wisata, Ma'ruf, saat usaha tersebut baru pertamakali dibuka oleh Bumdes Kolono, sudah dapat meraih keuntungan cukup besar, yakni Rp 17 juta.
ADVERTISEMENT
Hadirnya wisata itu pun menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga lokal. Seperti Ma'ruf dan adiknya. Mereka berdua secara bergiliran menjaga pintu masuk wisata.
Jika ingin berkunjung ke tempat itu, dibutuhkan waktu sekitar setengah jam dengan jarak tempuh 31 kilometer dari Bungku Tengah, Kabupaten Morowali.
Tidak sulit mencari lokasi wisata Baho Pombine. Tempatnya sangat strategis, berada tepat berdampingan dengan ruas jalan trans. Bagi yang belum tahu lokasi itu, sebaiknya menggunakan aplikasi google map untuk mencari Desa Kolono.
Hanya saja harus sedikit jeli karena bisa kehilangan arah, sebab belum ada papan pengumuman Wisata Baho Pombine di pajang di depan jalan. Tetapi jangan khawatir, dengan bantuan masyarakat sebagai penunjuk lokasi, mudah sekali menemukan tempat itu.
ADVERTISEMENT
Nama Baho Pombine diambil dari sejarah lahirnya tempat permandian tersebut. Diceritakan, dahulu kala seorang nenek berilmu sering mandi di tempat tersebut, sehingga dinamakan Baho Pombine. Baho artinya air dan Pombine artinya seorang nenek yang sering mencuci di tempat itu.
Kontributor: Intan