Nilai Icor Indonesia Tinggi, Minat Investasi Rendah

Konten Media Partner
1 Desember 2019 8:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Dr. Ir. Hasanuddin Atjo, MP, Ketua Ispikani Sulawesi Tengah
Dr. Ir. Hasanuddin Atjo, MP. Foto: Dok. PaluPoso
Indonesia bukan menjadi tujuan utama investasi asing antara lain karena tingginya nilai ICOR (Incremental Capital Output Ratio). Tahun 2018 nilai ICOR Indonesia sebesar 6.6 dan tertinggi di ASEAN dibandingkan dengan Philipina 3.7, Thailand 4.4, Malaysia 4,5 dan Vietnam 4.6. Makna dari ICOR 6,6 bahwa penambahan 1 (satu ) unit output dibutuhkan input atau investasi sebesar 6.6 unit dengan kata lain nilai tambah investasi rendah. Karena itu Indonesia bukan menjadi tujuan Investasi asing yang populer dan menarik.
ADVERTISEMENT
Catatan menunjukkan bahwa di tahun 2017 terjadi 37 relokasi pabrik dari China keluar China dan tidak satupun mampir di Indonesia. Sebanyak 30 pabrik singgah di Vietnam dan sisanya ke Thailand, Malaysia, Philipina bahkan Kambodia. Bahkan di Indonesia terjadi sebaliknya yaitu relokasi pabrik ke Vietnam dan Malaysia seperti pabrik sepatu Nike dan Elektronik Sony. Tentunya situasi dan kondisi ini menjadi tantangan bagi pemimpin dan stakeholder negeri ini yang sedang berjuang meningkatkan pendapatan masyarakat, menekan angka kemiskinan dan pengangguran, menjaga stabilitas harga serta menurunkan angka stunting.
Nilai ICOR
ICOR dipengaruhi oleh sejumlah faktor internal antara lain suku bunga tinggi, lahan yang mahal, sejumlah regulasi daerah yang memberatkan, kecepatan pelayanan yang rendah, perilaku dan skill tenaga kerja yang kurang mendukung, serta biaya logistik yang mahal karena lemahnya dukungan infrastruktur. Karena itu upaya memperbaiki nilai ICOR negeri ini harus menjadi salah satu yang prioritas bagi Pemerintah Pusat dan Daerah.
ADVERTISEMENT
Visi Indonesia maju 2045 merupakan visi panjang yang ingin dicapai dengan target PDB saat itu sebesar 7 triliun dolar US ( 7 kali dari tahun 2018) dan menempatkan Indonesia di urutan ke 5 Negara berpendapatan tinggi. Pendapatan Perkapita saat itu diperkirakan sekitar 23 ribu dolar US per tahun atau bertambah sekitar 19 ribu dolar US dari tahun 2018.
Visi-Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Jokowi -Ma’ruf Amin 2019 -2024 merupakan upaya memperbaiki nilai ICOR yang tinggi agar minat Investasi ke Indonesia meningkat. Lima visi-misi itu adalah (1) melanjutkan pembangunan infrastruktur terutama yang menghubungkan dengan sentra produksi pangan, pariwisata dan kawasan ekonomi; (2) Pengembangan sumberdaya manusia mulai pra sekolah, dasar, menengah, tinggi dan luar sekolah; (3) penyederhanaan regulasi dengan memangkas aturan yang menghambat serta pemberian sejumlah kemudahan; (4) penyederhanaan birokrasi antara lain pengganti tugas jabatan eselon dengan Artificial Intelegencia atau kecerdasan buatan; dan (5) transformasi ekonomi yang tujuannya agar anggaran pemerintah lebih diprioritaskan kepada kesejahteraan masyarakat. Kesemuanya ini tentunya bertujuan meningkatkan Investasi dari Luar dan dalam negeri yang berujung kepada peningkatan pendapatan masyarakat, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran, menjaga stabilitas harga serta menekan angka stunting.
ADVERTISEMENT
Sulawesi Tengah
Nilai ICOR Sulawesi Tengah di tahun 2018 sebesar 7.14 di atas Nasional. Meskipun ICOR tinggi sejumlah investasi tetap masuk ke Sulteng. Ini lebih disebabkan oleh faktor keunggulan sumberdaya yang tidak dimiliki oleh wilayah lain seperti galian C di Palu dan Donggala, minyak dan gas di Banggai serta nikel di Morowali dan Morowali Utara. Namun investasi di sektor lainnya seperti industri pangan, pariwisata dan kreatif, industri jasa yang melibatkan banyak masyarakat kurang berkembang karena tingginya nilai ICOR. Fenomena ini dapat dilihat dari Nilai PDRB (perdapatan per kapita) Sulawesi Tengah tahun 2017 yang menunjukkan bahwa pendapatan perkapita yang dihitung bersama tambang sekitar 38 juta rupiah per tahun dan tidak bersama tambang sekitar 32 juta rupiah.
ADVERTISEMENT
Ada sejumlah keunggulan daerah ini yang sesungguhnya dapat dikelola bagi kesejahteraan masyarakat. Keunggulan itu antara lain posisi strategis Sulawesi Tengah terhadap Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan, karena berhadapan langsung dan dipisah oleh selat Makassar yang lebarnya sekitar 200 mil laut. Daerah ini dapat (1) menjadi penyanggah IKN terkait kebutuhan pangan, produk precast beton (pracetak-pratekan), baterai lithium, tenaga kerja terampil dan bersertifikat sampai kepada memanfaatkan sebagai destinasi wisata bagi IKN, (2) sebagai jembatan penghubung antara IKN dengan Kawasan Timur Indonesia dengan mengintegrasikan tol laut dengan tol darat Tambu-Kasimbar yang akan meningkatkan efisiensi logistik sampai 50 persen ke Maluku Utara, Maluku dan Papua dibanding harus berputar melalui Sulawesi Utara ataupun Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Visi Indonesia Maju 2045 yang menempatkan Indonesia berpendapatan tinggi nomor 5 di dunia, pindahnya Ibu Kota Baru ke Kalimantan, serta bonus demografi tahun 2030 tentunya menjadi peluang dan tantangan bagi daerah ini, yang sebentar lagi akan melaksanakan Pilkada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Harapannya pasangan kepala daerah yang terpilih adalah yang mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan itu. Kriteria pasangan yang dibutuhkan adalah yang mampu berpikir multi dimensi, mampu melihat dibalik bukit serta sebagai penerobos batas yang diharapkan melahirkan tiga kapasitas treepot yaitu Entepreuner, Birokrat, dan Politis sebagai modal melahirkan konteks dan kontent pembangunan daerah.
Pasangan Kepala Daerah yang memiliki kapasitas treepot akan mampu menghadapi badai dan tantangan serta cerdas memanfaatkan peluang membawa negerinya keluar dari ketertinggalan menuju kemajuan sebagaimana visi Indonesia Maju 2045. Namun ini kesemuanya berpulang dari komitmen dan kematangan berdemokrasi sang pemilik hak suara, partai pengusung serta lembaga penyelenggara Pilkada. Semua komponen harus berperan mengedukasi masyarakat membangun kematangan berdemokrasi untuk Indonesia Maju 2045. Pilkada tahun 2020 merupakan kereta perubahan yang terakhir dan sebahagian besar harus masuk ke dalam gerbong perubahan itu, menuju visi Indonesia Maju 2045 dan bila tidak, akan tertinggal di stasiun. Semoga
ADVERTISEMENT