Pilu Remaja di Donggala: Kulitnya Melepuh dan Tinggal Seorang Diri di Gubuk

Konten Media Partner
24 Juli 2020 21:39 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dion Saputra, remaja yang mengidap penyakit langka di Donggala, Sulteng. Foto: Tim PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Dion Saputra, remaja yang mengidap penyakit langka di Donggala, Sulteng. Foto: Tim PaluPoso
ADVERTISEMENT
Bicaranya terbata-bata karena menahan perih akibat luka di sekujur tubuhnya. Kulitnya melepuh seperti terbakar. Ia hanya bisa merintih menahan sakit.
ADVERTISEMENT
Begitulah gambaran sekilas Dion Saputra, remaja yang kini duduk di kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ketika PaluPoso bertandang ke kediaman Dion, selembar tikar jadi tempat ia membaringkan tubuhnya dan bantal tua yang lusuh jadi sandaran kepalanya.
Dion begitu sapaan anak 15 tahun ini sudah tiga bulan terbaring tak berdaya di sebuah gubuk berukuran 2x2 meter di Jalan Batu Putih, Kelurahan Ganti, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Sekujur tubuhnya dipenuhi luka melepuh. Ia sudah sangat kurus dan hampir tak terlihat daging lagi di tubuhnya yang tampak lemas itu. Kulit membungkus tulang membuat kondisi Dion semakin memperihatinkan.
“Sakit,” kata yang pertama kali dilontarkan Dion ketika PaluPoso bertandang ke gubuknya, Jumat (24/7).
ADVERTISEMENT
Dion tak bisa berbicara terlalu banyak meskipun ada banyak hal yang ingin ia sampaikan mengenai penyakitnya.
Riwayat penyakit yang diderita Dion, lebih banyak diperoleh dari penuturan Cici (47), yang merupakan tante Dion.
Menurut Cici, Dion menderita luka di sekujur tubuhnya sejak 2017, usai ayahnya meninggal. Anak laki-laki tiga bersaudara ini kini tinggal sendiri di gubuk kecil tak jauh dari kebun kelor milik Bupati Donggala, Kasman Lassa. Gubuk itu dibuatkan pamannya dari sisa-sisa kayu, khusus untuk Dion.
Keterbatasan ekonomi jadi alasan kenapa Dion tidak bisa dibuatkan pondok yang lebih layak. Gubuk tempat Dion tinggal, dibangun hanya berjarak beberapa meter dari kediaman Cici. Setiap hari Cici mengontrol kondisi Dion dan menyiapkan keperluan Dion.
ADVERTISEMENT
“Bukan supaya Dion jauh dari kami tapi karena saya di rumah sebagai pengasuh anak-anak usia satu tahun. Anak seperti itu kan rentan (terkena penyakit), jadi mengantisipasi. Kami pun tidak tega tapi tidak ada tempat lain lagi, di pondok juga Dion lebih mudah kalau buang air,” kata Cici.
Tampak sebuah gubuk yang ditempati Dion Saputra, di Jalan Batu Putih, Kelurahan Ganti, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Foto: Istimewa
Kini Dion hanya memiliki adik laki-laki yang usianya tak jauh berjarak dengannya. Ayah dan ibunya sudah meninggal dan hak asuh pun dipegang oleh Cici dan suaminya, Anton yang merupakan saudara kandung ibu Dion.
Menurut Cici, hingga saat ini pihak keluarga tidak mengetahui penyakit apa yang dialami Dion. Ia pernah membawa Dion ke puskesmas terdekat, namun lagi-lagi terkendala BPJS sehingga Cici tidak bisa melanjutkan pengobatan Dion.
ADVERTISEMENT
"Empat kali saja saya bawa ke puskesmas dan beli obat di apotek,” ujarnya.
Masih menurut Cici, ayah dan kakak Dion juga meninggal karena penyakit yang sama. Tubuhnya melepuh seperti terbakar. Dion akan merintih kesakitan ketika cuaca sedang panas. “Papanya sakitnya sama dengan Dion tapi kalau kakaknya tulitnya kuning semua tapi sama kalau panas rasa sakit muncul,” sebut Cici.
Cici punya keinginan besar membawa Dion kembali berobat, tapi dana lagi-lagi jadi kendala besar mengingat Dion tidak memiliki kartu keluarga sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh pengobatan gratis.
"Uang mau dapat dari mana, Dion ini dulu tinggal sama kami dan sudah kami anggap seperti anak sendiri tapi karena saya mengasuh banyak anak jadi dipindahkan tetapi tetap di kontrol. Kalau adiknya tetap tinggal sama kami,” kata Cici.
ADVERTISEMENT
Cici berharap suatu saat Dion bisa sembuh dan bisa bergaul dengan anak seusianya.
“Pemeriksaan di puskesmas waktu Dion diberi obat penghilang nyeri saja. Namanya juga puskesmas yah terbatas, tidak ditahu juga penyakitnya apa,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Donggala, Kasman Lassa yang dihubungi via telepon Jumat sore (24/7), mengaku belum mengetahui kondisi anak yang viral di media sosial itu. Meskipun begitu, ia mengaku pemerintah akan membantu.
“Belum ada laporan yang masuk ke saya soal itu, pemerintah tidak menutup mata soal yang begitu. Coba melapor saja dulu sesuai prosedur,” katanya.