Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Refleksi Setahun Bencana Sulteng, Tolitoli Gelar Pentas Seni
29 September 2019 13:02 WIB
ADVERTISEMENT
Para pencinta seni di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, menggelar refleksi setahun mengenang kembali tragedi bencana gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami yang memporakporandakan Palu, Sigi, dan Donggala (Pasigala) pada 28 September 2018 silam.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tersebut dikemas dengan beragam kegiatan mulai dari pembacaan puisi, kesenian, serta pemutaran film seputar terjadinya bencana alam.
Refleksi yang digelar di salah satu warung kopi ternama di daerah penghasil cengkeh terbesar di Sulteng itu, untuk mengingatkan masyarakat yang ada di Sulawesi Tengah pada umumnya dan Kabupaten Tolitoli khususnya, betapa dahsyatnya bencana alam hingga ribuan nyawa melayang dan sebagian korban tidak diketahui keberadaannya. Bencana tersebut juga merusak berbagai fasilitas umum, serta beberapa warga kehilangan tempat tinggalnya.
Ketua panitia refleksi satu tahun Pasigala, Ryan, mengatakan, tujuan pelaksanaan kegiatan ini sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan yang mendalam bagi warga Pasigala yang terdampak langsung musibah bencana alam yang terjadi pada 28 September 2018 silam, yang dibangun oleh seluruh elemen di daerah ini.
ADVERTISEMENT
"Kegiatan ini juga kami lakukan karena kami prihatin adanya sebagian masyarakat Kabupaten Tolitoli yang secara tidak langsung menjadi korban musibah saat mereka berada di kota Palu," kata Ryan kepada PaluPoso, Minggu, (29/9).
Menurutnya, jika direnungkan lebih dalam, bencana di Palu, Sigi, Donggala merupakan bencana nasional yang menyita perhatian banyak pihak termasuk dunia internasional.
"Diharapkan dengan refleksi bencana alam yang terjadi di Pasigala, hendaknya kami selaku penyelenggara kegiatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dikarenakan segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini merupakan kehendaknya," ujarnya.
Kontributor: Moh Sabran