news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sejarah Batik Bomba Sulawesi Tengah yang Dipakai Elon Musk di Forum B20

Konten Media Partner
14 November 2022 16:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Elon Musk memakai batik Indonesia saat sesi pleno VIII B20 Summit Indonesia 2022 di BNDCC, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (14/11/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Elon Musk memakai batik Indonesia saat sesi pleno VIII B20 Summit Indonesia 2022 di BNDCC, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (14/11/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Chief Executive Officer (CEO) Tesla dan Twitter, Elon Musk mengenakan batik dalam perbincangan virtual dalam kegiatan B20 bersama Anindya Bakrie.
ADVERTISEMENT
Batik yang dikenakan itu merupakan batik asal Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang bernama batik Bomba.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Palu, Farid R Yotolembah mengatakan, asal muasal batik Bomba ini sebelumnya ditemukan oleh seorang perempuan yang bernama Marukakuli yang berada di Desa Nupabomba, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, dengan diberi nama Huya Bomba.
Sekitar abad ke-16, Huya Bomba belum menjadi sebuah batik melainkan menjadi sebuah sarung yang dipakai oleh masyarakat pada abad itu.
"Asalnya pertama itu sebenarnya bukan batik, pertama kali itu dibuat sebagai sarung diberi nama kain itu sebagai Huya Bomba atau sarung Bomba," kata Farid kepada media ini, Senin (14/11).
Menurut Farid, kain huya Bomba ini terbuat dari kulit daun bomba dengan motif daun bomba. Namun, saat ini sudah ada berbagai macam motif yang muncul.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Batik Bomba, Batik Sulawesi Tengah. Foto: Istimewa
"Dulu dari kulit daun bomba itu, yang dikembangkan jadi sarung, namun saat ini sudah banyak motif lain seperti sekarang ada motif kelor dan masih banyak lagi," jelasnya.
Farid mengatakan, waktu pembuatan huya bomba ini juga memerlukan waktu hingga 3 bulan dalam satu sarungnya serta susah untuk di cuci.
"Pembuatannya itu memakan waktu yang lama sampai 3 bulanan dan susah di cuci, cuma harus di kasih angin-angin saja," katanya.
Saat ini huya bomba sudah diproduksi menjadi batik dan pada hari-hari besar batik bomba menjadi pakaian yang wajib karena telah masuk dalam perwali.
"Kita pakai batik bomba itu kalau tidak salah pada bulan juni kemarin karena itu sudah masuk dalam perwali," tuturnya
ADVERTISEMENT
Kini tempat produksi huya bomba itu sudah punah, Namun sudah banyak dikembangkan daerah lain seperti di Kota Palu, Wani, Donggala dan lainnya.
"Tempat produksi pertamanya itu sudah tidak ada lagi, tapi banyak sudah yang mengembangkan. Contohnya di Palu juga ada di Wani juga ada," ujarnya. *(Rian)