Sejarah Raja Tombolotutu: Dari Sejengkal Tanah hingga Emas Tidak untuk Belanda

Konten Media Partner
20 Agustus 2021 20:53 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kedatangan Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando di Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, Kamis 19 Agustus 2021. Foto: Diskominfo Parimo
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kedatangan Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando di Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, Kamis 19 Agustus 2021. Foto: Diskominfo Parimo
ADVERTISEMENT
Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, mengatakan Raja Tombolotutu salah satu raja yang mempunyai komitmen tinggi dalam menumpas penjajah Belanda.
ADVERTISEMENT
Menurut Syarif, ada satu pesan moral yang akan menjadi tantangan sangat berat apabila Presiden Joko Widodo menyetujui Tombolotutu menjadi Pahlawan Nasional, yaitu komitmen dari sang Raja Tombolotutu yang menentang perjanjian dengan Belanda.
Tombolotutu kata Syarif, tidak akan memberikan satu jengkal tanah dan satu gram tambang emas yang ada di Sulawesi Tengah untuk penjajah Belanda demi untuk masyarakatnya.
"Kita beruntung dipimpin oleh turunan Raja Tombolotutu, beliau selaku Bupati Parigi Moutong adalah Raja Samsurizal Tombolotutu. Sehingga tugas kami baik dari tim pengkaji gelar pahlawan daerah maupun dari pusat adalah memastikan bahwa setiap orang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional memang adalah orang-orang yang telah berjuang pada masanya," kata Ketua Tim Pengkajian Pengusulan Gelar Pahlawan (TP2GP) Nasional itu, saat memberikan sambutan pada acara verifikasi lapangan calon Pahlawan Nasional di Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah, Kamis (19/8).
ADVERTISEMENT
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan lanjutnya, pertama adalah filosofi Undang Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar Pahlawan Nasional, menjadi sangat penting saat ini.
Karena untuk menumbuhkan rasa Nasionalisme, untuk menumbuhkan perjuangan dan untuk betul-betul memastikan bahwa persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak ada yang berani mencubit.
Dan, garda terdepannya katanya adalah TNI dan Polri serta kekuatannya adalah seluruh masyarakat.
Kedua kata Syarif, 120 tahun yang lalu Raja Tombolotutu mati dalam medan perang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1901, yang kemudian pada 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka.
Maka, sudah menjadi hal yang penting dan wajar kata Syarif, Tombolotutu menjadi Pahlawan Nasional karena berjasa untuk Negara Indonesia, mati di medan perang melawan penjajah Belanda.
ADVERTISEMENT
"Momentum kehadiran kami juga di sini untuk mengenang jasa pahlawan kita, ini bertepatan dengan hari kematiannya, dan sebuah perjuangan yang sangat heroik bahwa beliau Tombolotutu mati dalam perang melawan penjajah Belanda," ujarnya.