Sumber Dana Kelompok Ali Kalora Diduga dari Satu Orang

Konten Media Partner
6 Desember 2020 14:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelompok MIT Poso, pimpinan Ali Kalora (tengah). Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kelompok MIT Poso, pimpinan Ali Kalora (tengah). Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) memberi batas waktu kepada TNI dan Polri sebelum natal dan tahun baru 2020, harus segera menangkap sisa DPO Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.
ADVERTISEMENT
Instruksi Menkopolhukam tersebut menyikapi aksi penyerangan dan pembunuhan yang dilakukan kelompok MIT Poso terhadap warga di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat (27/11).
Saat ini, pengejaran terhadap anggota kelompok MIT itu diperketat. Bahkan, baru-baru ini ada tambahan pasukan khusus yang dikirim untuk menambah kekuatan Satgas Tinombala dalam melakukan pengejaran.
Kini tersisa 11 orang anggota MIT Poso pimpinan Ali Kalora, dari sebelumnya 48 orang saat dipimpin oleh Santoso alias Abu Wardah (almarhum).
MIT di Poso pertama kali hadir setelah Santoso dan Daeng Koro mendeklarasikan MIT di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada 2012.
Kelompok MIT Poso, pimpinan Santoso alias Abu Wardah. Foto: Istimewa
Analis Utama Intelijen Densus 88, Brigjen Pol Ibnu Suhendra mengatakan, pada 2012 hingga 2016 Santoso dan Daeng Koro melakukan beberapa aksi terror. Bahkan, pada 2014 kelompok ISIS yang berada di Suriah berhasil masuk ke Kabupaten Poso.
ADVERTISEMENT
Terdata, ada 12 orang yang masuk ke Indonesia. Dua di antaranya bergabung dengan kelompok Santoso dan tiga di antaranya berhasil ditangkap di Kabupaten Parigi Moutong.
“Dari hasil penangkapan dan pengungkapan itu berarti teroris internasional berusaha masuk ke Indonesia namun berhasil ditangkap. Dari 12 orang itu, lima di antaranya meninggal dunia dan yang lainnya ditangkap di Batam, Bogor dan Bekasi,” kata Ibnu, Kamis (3/12).
Ibnu menjelaskan Operasi Tinombala dimulai pada 2016, berlanjut pada penangkapan Santoso dan Daeng Koro. Pada 2016 hingga 2020, sisa DPO Kelompok MIT tersisa 11 orang dengan pimpinan Ali Kalora dari sebelumnya 48 orang dengan pimpinan Santoso.
“Ini kesalahan kami sampai sekarang belum tertangkap, mohon doanya supaya TNI dan Polri kita segera menangkap pelaku ini,” katanya.
Ilustrasi Teroris. Foto: Shutter Stock

Kekuatan Persenjataan MIT Poso

Kekuatan MIT Poso saat ini pun semakin melemah dengan persenjataan sepucuk senjata panjang jenis M16, dua pucuk senjata rakitan dan bom lempar. Senjata yang dimiliki kelompok MIT berasal dari Filipina Selatan yang gagal dicegat dan berhasil masuk ke Poso.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi intelijen, diketahui bahwa pada Mei 2020 ada penyaluran logistik persenjataan berupa senjata api jenis M16 dan 50 butir peluru yang dikirim dari Filipina melalui kurir via jalur Kalimantan.
Pendanaan MIT Poso
Hasil identifikasi bahwa kelompok MIT Poso mendapat sokongan pendanaan dari hasil penggalangan dana dan donasi salah satu jamaah taklim yang diinisiasi oleh Sutomo alias Ustad Yasin. Bahkan Ustad Yasin merencanakan pembelian senjata dari Filipina.
Salah satu pengumpul sekaligus penyalur dana kepada Kelompok MIT menurut Ibnu, adalah Lasmi alias Ummu Syifa yang merupakan istri kedua Ali Kalora yang sudah ditangkap pada 28 Juli 2020.
Tidak hanya itu, berdasarkan data, kelompok MIT juga melakukan kerjasama dengan kelompok teror luar negeri. Salah satunya adalah Bangsa Moro Islamic Freedom Figther (BIFF) di Filipina, di mana mereka bertujuan menjadi basis kekuatan ISIS di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
“Dana-dana dari pengajian, sumbangan, ada beberapa dari antaranya dikirim ke kelompok Ali Kalora. Yang berhasil kita tangkap Ustad Yasin, dia menggalang dana untuk melakukan pendanaan terhadap kelompok Ali Kalora. Bahkan diduga yang support dana kelompok MIT dan sudah diaset freezing adalah Gerakan Sehari Seribu atau Gashibu, sama Taat Foundation,” sebutnya.
Serangan kelompok MIT Ali Kalora di Sigi, Sulteng. Foto: Istimewa
Serangan MIT Poso 2020
Kelompok Ali Kalora telah melakukan penyerangan dan aksi teror sejak 7 April sampai dengan 27 November 2020. DPO MIT Poso tersebut melakukan pembunuhan kepada aparat maupun kepada warga yang ada Parigi Moutong, Poso dan Sigi.
Teror terakhir yang dilakukan kelompok ini adalah penyerangan dan pembunuhan yang dilakukan di Dusun Lewono, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Sebanyak empat warga, seluruhnya berjenis kelamin laki-laki, di Desa Lembantongoa meninggal dunia. Selain itu, ada tujuh rumah yang dibakar. Empat di antaranya tinggal puing-puing.
Penangkapan Basri, anggota MIT Poso 2016. Foto: Istimewa
Penangkapan Simpatisan MIT Poso
Terhitung Januari hingga November 2020, ada 32 tersangka teroris yang ditangkap di beberapa daerah di Indonesia yang diduga terlibat dalam MIT Poso.
32 tersangka tersebut masing-masing, 10 orang dari Sulteng, 6 Sulbar, 15 orang dari Jakarta dan sekitarnya, seorang di Jawa Barat, seorang dari Kepulauan Riau. Dari 32 orang tersebut, 5 di antaranya meninggal dunia.
“Keterlibatannya ada 9 orang yang berencana bergabung dengan MIT tetapi berhasil kita gagalkan. Kita bisa bayangkan kalau yang 9 orang ini gagal kita tangkap, artinya bisa bergabung dengan Ali Kalora, jumlah mereka akan semakin banyak,” kata Ibnu.
ADVERTISEMENT
Pasukan yang Dikerahkan
Ada 48 DPO yang bergabung di MIT di bawah pimpinan Santoso. Dengan jumlah puluhan orang tersebut, hampir 2 ribu pasukan dikerahkan untuk mengepung daerah pegunungan dan perbukitan di Kabupaten Poso, Sigi dan Parigi Moutong.
Dengan jumlah DPO yang tersisa saat ini, terdata ada 850 pasukan yang dikerahkan untuk melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap sisa DPO yang dipimpin oleh Ali Kalora.
“Optimalisasi tim pemburu, kendala tim pemburu harus lebih fokus dan diperbanyak dan menutup dan memutus akses atau jalur logistik,” kata Ibnu.
Kekuatan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso diperkirakan melemah setelah dua anggotanya Wahid alias Aan alias Bojes dan Aziz tewas tertembak di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pada 17 November 2020. Kedua anggotanya itu tewas saat baku tembak dengan Satgas Tinombala di salah satu perkebunan warga di Desa Bolano Barat.
ADVERTISEMENT
Danrem 132 Tadulako, Brigjen TNI, Farid Makruf mengakui kekuatan Kelompok MIT Poso, pimpinan Ali Kalora itu kini semakin melemah karena tersisa 11 orang.
Dua anggotanya yakni, Bojes dan Aziz yang tewas tertembak, berperan sebagai kurir yang dilepas untuk mencari makan dan rute jalan pergerakan kelompok MIT.
“Begitu mereka mati tertembak, tentu saja berpengaruh pada pergerakan mereka,” kata Farid belum lama ini.
Menurutnya, usai penyerangan dan penganiayaan terhadap warga di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, diperkirakan DPO kelompok MIT Poso masih bersembunyi di pegunungan Kabupaten Sigi.
“Kami masih berkonsentrasi di Lembantongoa,” ujarnya.
Satgas TNI yang tergabung dalam Operasi Tinombala 2019 untuk membantu Polri dalam pengejaran terhadap kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di wilayah Pegunungan Poso, Parigi, dan Sigi, Sulawesi Tengah. Foto: Dok. PaluPoso