Tombouat, Kuliner Khas asal Tolitoli yang Menggugah Selera

Konten Media Partner
6 Agustus 2019 14:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makanan khas tradisional Tolitoli Tombouat, ketika sudah matang dan siap untuk dikonsumsi. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Makanan khas tradisional Tolitoli Tombouat, ketika sudah matang dan siap untuk dikonsumsi. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Tombouat adalah kuliner khas daerah Tolitoli, Sulawesi Tengah. Kuliner ini terbuat dari sagu sebagai bahan dasar dicampur dengan lemak kulit ayam serta daging ayam.
ADVERTISEMENT
Untuk proses masaknyapun terbilang cukup mudah. Sagu sebagai bahan dasar utama kuliner tradisional Tolitoli ini, terlebih dahulu direndam di air. Selanjutnya, lemak ayam diiris kecil-kecil lalu dicampur bumbu masakan, di antaranya bawang putih, bawang merah dan jahe merah. Untuk menambah cita rasa masakan Tombouat ini, biasanya ditambahkan cabai.
Saat seluruh rempahnya telah bercampur dan air yang menjadi wadah memasak sagu sudah mendidih, kemudian dicampur menjadi satu lalu diaduk hingga sagunya mengeras. Selanjutnya dibungkus dengan menggunakan daun pisang.
Makanan khas tradisional Tolitoli Tombouat, ketika sudah matang dan siap untuk dikonsumsi. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
Tombouat ini sangat digandrungi oleh masyarakat Kabupaten Tolitoli. Kuliner ini sebelumnya hanya jadi primadona bagi kalangan menengah ke bawah. Seiring berjalannya waktu, kuliner ini juga mulai jadi makanan favorit bagi setiap kalangan masyarakat di daerah Tolitoli tanpa memandang latar belakang ekonomi.
ADVERTISEMENT
Saking digandrunginya oleh para penikmat kuliner di daerah ini, untuk mendapatkannya saja harus terlebih dahulu memasannya agar tidak keburu kehabisan. Terlebih lagi, penjaja makanan khas wilayah utara Provinsi Sulawesi Tengah ini, masih bisa dihitung dengan jari.
Bagi Anda pencinta kuliner, untuk lebih mudah mendapatkan makanan khas Tolitoli ini, Anda bisa ke Jalan WR Supartaman, Kelurahan Baru, Kecamatan Baolan.
Setelah olahan mentah makanan khas Tolitoli Tombouat ini dibungkus dengan daun pisang selanjutnya dilakukan proses pembakaran. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
Salah satu pedagang makanan tradisional Tolitoli ini, Moh Ikram, kepada PaluPoso, Selasa (6/8), mengatakan awalnya dia menjajakan Tombouat ini bisa dibilang hanya coba-coba. Berangkat dari kebiasaan keluarganya memasak Tombouat setiap akhir pekan, kemudian terbetik gagasan untuk memulai usaha kuliner kecil-kecilan dengan menjajakan Tombouat.
Setelah olahan mentah makanan khas Tolitoli Tombouat ini dibungkus dengan daun pisang selanjutnya dilakukan proses pembakaran. Foto: Moh Sabran/PaluPoso
Setelah sepekan menjual Tombouat kata pria kelahiran 28 tahun silam ini, ternyata makanan tradisional ini laris manis dan banyak dicari oleh para penikmat kuliner di daerah ini. Padahal porsi yang dia siapkan sangat terbatas.
ADVERTISEMENT
"Awalnya saya coba berdagang makanan Tombouat meski saya khawatir tidak laku, namun setelah saya jalani rupanya mendapat respon yang cukup banyak terutama bagi kalangan menengah ke bawah ," kata Ikram.
Pedagang makanan tradisional Tolitoli, Tombouat, tengah mempersiapkan untuk proses pembakaran, dimana kebanyakan merupakan pesanan pelanggan setianya. Foto: Moh. Sabran/PaluPoso
Ia mengungkapkan, satu bungkus Tombouat dia jual dengan harga lima ribu rupiah. Setiap harinya, dia mampu menjual hingga 30 bungkus. “Sebenarnya berapa bungkuspun yang tersedia, Insyaallah bakal laku karena biasanya masih banyak yang mau memeasan tapi sudah habis persediaan,” ujarnya. Lokasi
Omzet penjualan yang diperoleh dari usaha kuliner kecil-kecilan ini, kata Ikram, bisa mencapai Rp 4,5 juta per bulan. Setelah dikeluarkan biaya pengadaan bahan baku dan gaji karyawan, menurut Ikram, keluarganya bisa meraup keuntungan Rp3 juta per bulan. “Alhamdulillah, untuk tambah-tambah biaya hidup sehari-hari,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ikram berkeinginan, usaha kulinernya ini akan dia perluas dengan membuka cabang di Kota Palu. Sehingga, warga ibukota Provinsi Sulawesi Tengah itu bisa menikmati makanan khas tradisional asal kabupaten penghasil cengkeh terbesar di Sulteng tersebut.
Kontributor: Moh. Sabran (Tolitoli)