David Beckham dan Millie Brown Bicara Anak di PBB

Raka Pamungkas
Diplomat muda yang ingin mapan, bebas dan bahagia - Sesdilu Angkatan 75 aka SA75ET
Konten dari Pengguna
22 September 2023 11:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raka Pamungkas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pagi itu, langit kota New York terlihat redup dan cenderung berawan dengan suhu udara mulai mendekati suhu 7° C. Tanpa terasa, tangan ini mulai membeku ketika saya turun dari bus di persimpangan 2nd Avenue dan 42nd Street.
Suasana Pintu Gerbang United Nations Headquarters saat Musim Dingin
Tak ingin dikuasai dingin berkepanjangan, saya mulai berjalan sedikit lebih cepat, agar segera tiba di United Nations Headquarters. Maklum, si anak tropis ini tetap tak terbiasa dengan membekunya New York di musim dingin.
ADVERTISEMENT
Rasa beku itu seketika sirna dan berubah menjadi hangat, ketika saya menginjakan kaki ke dalam General Assembly Hall. Ruangan yang biasanya terkesan serius itu mendadak tampak ceria dan gemerlap. Padahal, jam tangan saya masih menunjukkan pukul delapan pagi. Masih terlalu dini untuk memulai sidang PBB.
Lampu kerlap-kerlip dan dekorasi warna-warni telah dipasang di atas panggung. Langit-langit setinggi 23 meter itu pun disulap dengan lampu sorot yang terlihat kian megah bercahaya.
General Assembly Hall seperti bertransformasi menjadi kelas raksasa untuk siswa-siswi SMP dan SMA. Haruskah saya memutar lagu Anak Sekolah-nya Chrisye sekarang? Mungkin lain waktu.
Untuk sepersekian detik, saya merasa seperti salah masuk ruangan. Namun, kalendar di ponsel saya tertulis jelas agenda pagi itu: “World Children's Day 2019”. Saya berada di ruangan yang benar, kok. Suasananya saja yang kali ini berbeda dari biasanya.
ADVERTISEMENT
Ketika saya duduk di kursi delegasi Indonesia, teman baik saya, yang merupakan seorang Diplomat dari Prancis, menghampiri dan mengatakan, “Hey, ada kejutan dari UNICEF. David Beckham dan Millie Brown akan bicara di podium pagi ini”.
David Beckham berpidato saat World Children's Day 2019
Ini jelas kesempatan langka. Dua sosok UNICEF Goodwill Ambassadors akan menyampaikan isi kepalanya tentang perlindungan anak kepada para diplomat dari 193 negara di dunia. Inilah catatan pelajaran saya di kelas raksasa hari itu.
David Beckham memulai pidatonya dengan mimpi seluruh anak di berbagai negara untuk mempunyai masa depan yang lebih baik. “Seperti anak-anak di Indonesia yang memimpikan sekolah tanpa perundungan,” tegasnya. Kalimat itu seperti petir yang menyambar pikiran saya. Malu tapi tak sanggup membantah. Memang masih ada anak-anak sekolah di Indonesia yang mengalami perundungan.
ADVERTISEMENT
Solusi pun ditawarkan oleh mantan pemain tim nasional sepak bola Inggris tersebut. Sebagai manusia, kita semua harus bekerja lebih keras untuk melindungi anak-anak kita dan semua mimpinya.
“Karena masa depan bukan lagi milik kita orang dewasa. Masa depan adalah untuk anak-anak kita,” tutup David Beckham. Sebuah kalimat yang tak hanya bisa dimaknai dengan tepuk tangan semata, melainkan harus diamalkan dengan kebijakan yang nyata.
Belum selesai saya merenungkan semua yang diutarakan sang legenda bola, Millie Brown pun langsung membuka mata saya dengan pidatonya, “Kita sudah terlalu sering mendengarkan pendapat orang dewasa. Sekarang saatnya mereka yang mendengarkan pendapat kita sebagai anak-anak”.
Millie Brown berpidato saat World Children's Day 2019
Sekali lagi, ini benar dan memang menjadi realita di masyarakat. Anak-anak seolah tak punya suara untuk berkontribusi bagi dunia. “Padahal, perubahan yang besar harus dimulai dari sesuatu yang kecil. Bersama, kita dapat mengubah dunia,” ungkap pemeran Eleven di serial Netflix, Stranger Things, itu.
ADVERTISEMENT
Bagi saya pribadi, pesan keduanya luar biasa inspiratif. Ringan tapi berbobot. Seringkali, sebagai orang dewasa, kita jarang mau mendengarkan apa yang menjadi keresahan dan kebahagiaan anak-anak di sekitar kita. Padahal nantinya, tongkat estafet masa depan dunia ada di tangan mereka.
Kuncinya adalah berkolaborasi, bukan berkompetisi. Tidak masalah siapa yang lebih tua atau lebih muda. Semuanya dapat bersinergi untuk menjamin perlindungan hak-hak anak di seluruh dunia.
Penulis saat menghadiri World Children's Day 2019 di General Assembly Hall
Itulah catatan pelajaran saya dari World Children’s Day tahun 2019 di PBB kota New York, Amerika Serikat.