Konten dari Pengguna

145 Tahun Cekok 'Jampi Asli', Memaksa Balita Minum Jamu Empon-empon

Pandangan Jogja Com
email: pandanganjogja@gmail.com
9 Maret 2020 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cekok adalah metoda memaksa bayi meminum jamu ramuan empon-empon dengan menggunakan kain yang diperaskan langsung di mulut bayi. Foto : Widi Erha Pradana
zoom-in-whitePerbesar
Cekok adalah metoda memaksa bayi meminum jamu ramuan empon-empon dengan menggunakan kain yang diperaskan langsung di mulut bayi. Foto : Widi Erha Pradana
ADVERTISEMENT
Tangisan bayi yang memilukan terdengar dari sebuah lorong sempit di Jalan Brigjen Katamso, Mergangsan, Yogyakarta. Lorong sempit memanjang ke belakang itu menyerupai gang sempit di antara dua bangunan gedung. Di sanalah warung jamu tertua di Yogyakarta berada, Jampi Asli namanya.
ADVERTISEMENT
Tangis bayi itu bukanlah tangis kesakitan. Tangis bayi itu pecah karena si bayi sedang dipaksa minum jamu. Ya, benar, dipaksa. Metode pemaksaan itu dikenal dengan cekokan.
“Lagi pilek, jadi nafsu makannya kurang. Makanya tak bawa ke sini,” kata Rusmadi, ayah bayi yang sedang dicekok jamu itu, Minggu (8/3).
Rusmadi jauh-jauh datang dari Piyungan, Bantul, supaya sang anak yang usianya belum genap dua tahun itu bisa dicekok. Meski sudah membawa sang anak ke dokter, namun masih susah untuk makan.
Baru sekali ini anak keduanya dibawa ke Jampi Asli untuk dicekok. Namun anak pertamanya dulu berkali-kali di bawa ke sini.
Ada yang rumahnya lebih jauh ketimbang Rusmadi, yakni Isus. Dia datang dari Patuk, Gunungkidul dengan tujuan sama, mencekok sang buah hati dengan jamu untuk meningkatkan nafsu makannya. Sudah beberapa hari ini sang anak yang berusia dua tahun ini susah makan, sehingga dia merelakan waktunya demi nafsu makan sang anak pulih lagi.
ADVERTISEMENT
“Untuk kesehatan, sama buat ningkatin nafsu makan,” ujarnya.
Sudah berkali-kali Isus membawa sang anak ke warung jamu Jampi Asli ini. Setiap sang anak kurang sehat, dia hampir selalu membawanya ke warung jamu tertua di Yogyakarta ini.
“Anak pertama juga dulu sering, karena terbukti ampuh (meningkatkan nafsu makan). Jadi anak kedua ini juga saya bawa ke sini,” lanjut Isus.
Dibuat dari Empon-empon
Joni Wijarnako, generasi kelima pendiri Jampi Asli. Foto : Widi Erha Pradana
Saya berkesempatan untuk ngobrol langsung dengan Joni Wijarnako, generasi kelima pendiri Jampi Asli yang kini menjadi penerus usaha jamu keluarga itu. Bersama Joni, saya diajak ke tempat produksi jamu miliknya.
Di ruang produksi yang tidak terlalu luas itu, terdapat empon-empon yang merupakan bahan pembuatan jamu. Ada temulawak, temu hitam, temu giring, puyang, kunyit, jahe, kencur, dan sejumlah empon-empon lainnya. Biasanya, Joni mendapatkan bahan-bahan jamu ini dari Pasar Beringharjo.
ADVERTISEMENT
“Untuk penambah nafsu makan itu ada temulawak, terus ada puyang, ada temu ireng, temu giring, kemudian daun papaya,” kata Joni menjelaskan bahan utama jamu untuk menambah nafsu makan anak.
Jika anak mengalami masalah kesehatan lain seperti cacingan, batuk, masuk angin, dan sebagainya, akan ada tambahan bahan lain untuk membantu proses penyembuhan. Untuk mengobati masuk angin misalnya, maka ramuan akan ditambah dengan cabai jamu dan jahe.
“Kalau agak batuk dikit nanti ditambah ingguh-ingguh, itu semacam getah pohon,” lanjutnya.
Selain bahan-bahan pembuatan jamu, di tempat produksi itu juga terdapat beberapa peralatan produksi. Tak terlalu banyak peralatan yang dipakai, karena masih mempertahankan cara produksi secara tradisional, mesin-mesin otomatis juga tidak terlihat di ruang produksi itu.
ADVERTISEMENT
Peralatan utama yang digunakan adalah lumpang berbahan batu kali dan alu yang digunakan untuk menumbuk bahan jamu. Ada tiga alat penumbuk, yakni lumpang penumbuk bahan basah, penumbuk bahan kering, serta sebuah alat semacam penggiling dari batu juga untuk menghaluskan hasil tumbukan.
Ada juga beberapa panci dan tungku dari tanah liat yang digunakan untuk merebus empon-empon yang telah ditumbuk. Tidak menggunakan gas, Joni memilih menggunakan arang untuk memasak bahan-bahan jamunya.
Lumpang yang dipakai sejak pertama juga ada, sejak 1875, tapi sudah tidak kami pakai, karena monumental, bersejarah,” ujar Joni.
Sejak 1875
Ramuan empon-empon disiapkan sebelum dimasukkan ke dalam kain untuk diperaskan di mulut bayi. Foto : Widi Erha Pradana
Sejak 1875, atau nyaris satu setengah abad (145 tahun) warung jamu Jampi Asli ini berdiri dan menjadi warung jamu cekokan pertama di Yogyakarta. Di papan namanya tertera, “Jamu Cekok Lama/Pertama Kali”, menjadi sebuah pengukuhan kalau Jampi Lama adalah sang pemula jamu cekok di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Jampi itu dari bahasa krama inggil, artinya itu jamu. Jadi bukan jampi-jampi,” jelas Joni berseloroh.
Metoda memaksa atau cekokan digunakan karena bayi atau balita masih sulit jika disuruh minum jamu menggunakan gelas. Cara meminumkannya adalah dengan membungkus jamu dengan kain, lalu kain itu dimasukkan ke mulut mungil bayi. Jika kain berisi jamu itu sudah masuk seluruhnya ke mulut bayi, kain itu tinggal diperas, sehingga jamu yang ada di dalamnya akan keluar dan tertelan oleh bayi.
“Sebenarnya namanya kan jamu penambah nafsu makan. Tapi yang dikenal malah cara ngasihnya, jadi orang-orang nyebutnya ya jamu cekokan,” lanjutnya.
Bayi yang akan dicekok minimal berusia delapan bulan, jika kurang dari itu maka Joni atau pegawainya akan menyarankan supaya jamunya diminum sang ibu. Sehingga, sang anak akan mendapatkan khasiat jamu dari ASI yang diminumnya.
ADVERTISEMENT
Anak yang sudah berusia dua tahun biasanya juga sudah tidak dicekok, karena sudah bisa minum jamu menggunakan gelas. Selain itu, anak usia dua tahun biasanya giginya juga sudah tumbuh, sehingga bahaya buat yang mencekokinya. Bisa-bisa jarinya kegigit oleh gigi-gigi mungil si bayi.
Ketika akan dicekoki, perut si kecil juga harus dalam keadaan kosong. Jika baru saja diberi makan atau ASI, biasanya akan diminta menunggu sekitar sejam atau dua jam.
“Kalau enggak gitu, nanti makanannya keluar, jadi muntah dia. Jadi harus sebelum makan kalau mau minum jamu itu,” jelas Joni.
Dipercaya Turun-temurun
Dalam sehari rata-rata ada 30 bayi yang dicekoki di Jampi Asli. Foto : Widi Erha Pradana
Dalam sehari, rata-rata ada 30 bayi yang dibawa ke Jampi Asli untuk dicekoki jamu penambah nafsu makan. Bahkan ketika sedang ramai, misalnya hari Minggu, bayi yang dicekok di Jampi Asli bisa mencapai 50 anak.
ADVERTISEMENT
“Dikasih tahu sama ibu saya, di situ (Jampi Asli) lho kalau meu nyekokin anak biar nafsu makan,” kata Rusmadi.
Kebanyakan, pelanggan Jampi Asli memang datang karena informasi turun temurun dari orangtuanya. Begitu juga dengan Isus, pertama kali dia juga datang ke Jampi Asli karena direkomendasikan oleh ibunya.
“Ternyata manjur, jadi setiap anak ndak enak badan atau susah makan, langsung dibawa ke sini,” kata dia.
Senada, Joni juga mengakui hal itu. Meski nyaris tak pernah melakukan promosi, namun yang datang ke warung jamunya selalu ramai. Informasi turun temurun dan dari mulut ke mulut adalah penyebab utama warung jamunya sampai kini terus ramai.
Bahkan sesekali Joni juga mendengarkan pengakuan dari konsumennya yang dia sendiri heran dengan hal itu. Misal kejadian dua bulan silam, ada seorang konsumen yang datang ke warung jamunya untuk mengobati anak perempuannya yang belum bisa jalan, padahal di usianya seharusnya sudah bisa jalan.
ADVERTISEMENT
Konsumennya itu mengaku dapat petunjuk dari seorang yang dituakan di sana untuk membawa anaknya ke warung jamu Jampi Asli dengan membawa lima ekor belut sebagai syarat.
“Jadi belutnya itu disabetkan ke kakinya, terus anaknya dicekok. Jadi banyak cerita-cerita yang kami sendiri heran,” jelasnya.
Sebenarnya jamu yang dijual di Jampi Asli tak hanya untuk anak-anak, jamu untuk dewasa juga ada. Ada jamu untuk pegal-pegal, mengusir rasa capek, masalah pencernaan, sampai masalah kewanitaan seperti nyeri haid. Namun karena kuatnya merek cekokan yang melekat, banyak orang yang tahunya Jampi Asli hanya menjual jamu cekokan untuk anak-anak.
Warung jamunya buka setiap hari dari pukul 06.00 WIB sampai 19.30 WIB. Harga jamu cekok untuk anak-anak Rp 5 ribu, sedangkan untuk dewasa Rp 6 ribu. Jauh lebih murah ketimbang secangkir kopi atau segelas thai tea yang biasa kita minum di kafe.
ADVERTISEMENT
Joni optimis, akan selalu ada orang-orang yang setia minum jamu. Jika kopi dan teh saja banyak yang suka, kenapa jamu tidak? Padahal jamu sudah jelas khasiatnya, rasanya pun lebih variatif.
“Ada yang manis, ada yang agak sengir, ada yang pahit, lebih banyak rasanya kan jamu,” lanjutnya.
Dalam waktu dekat, dia juga berencana untuk membuat produk jamu segar botolan agar lebih menarik. Tak hanya itu, Joni juga akan mendaftarkan warung jamunya ke aplikasi ojek online, sehingga orang-orang jadi lebih mudah kalau mau beli jamu di tempatnya.
“Pasti akan selalu ada segmen-nya ya. Syukur-syukur kalau nanti jamu bisa menjadi gaya hidup masyarakat. Saya juga kepingin bikin semacam kafe, cuman tenaganya belum ada,” ujar Joni. (Widi Erha Pradana/ YK-1)
Seorang anak meminum racikan jamu cekok Krekop. Foto: Fanny Wardhani/kumparan
ADVERTISEMENT