7 Berita Baik Tentang Satwa Liar di Tengah Berita Buruk Sepanjang 2020

Konten dari Pengguna
7 Desember 2020 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Setan tasmania. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Setan tasmania. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Tak ada yang akan menyangkal, bahwa 2020 adalah tahun yang sangat pelik. Virus corona telah memporakporandakan kehidupan manusia dan menewaskan lebih dari satu juta manusia di dunia.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya berat bagi manusia, sejumlah hewan di dunia juga tidak bernasib baik. Beberapa kabar tak enak tentang dunia satwa sepanjang 2020 di antaranya kabar Pemerintah China yang mempromosikan empedu beruang sebagai pengobatan COVID-19, melonjaknya perburuan liar selama lockdown, serta sejumlah satwa liar di penangkaran seperti harimau di Kebun Binatang Bronx dan cerpelai di peternakan bulu Denmark yang terinfeksi virus corona.
Aikibatnya, pemerintah Denmark memerintahkan untuk membunuh lebih dari 15 juta cerpelai yang hidup di peternakan bulu di negara itu dengan alasan untuk melindungi manusia dari infeksi virus corona yang ditemukan di cerpelai.
Meski terasa sangat berat, tapi 2020 tidak semuanya buruk. Mengutip artikel yang ditulis Rachel Fobar dan Dina Fine Maron dalam National Geographic, sejumlah kabar baik tentang satwa liar sepanjang 2020 di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Satwa Liar Memperoleh Manfaat dari Beberapa Perubahan Gaya Hidup yang Dipicu Pandemi
Virus corona yang berkaitan erat dengan pasar basah di Wuhan, menyebabkan banyak orang berpikir ulang bagaimana manusia mesti berinteraksi dengan satwa liar. Pada Februari, pemerintah China mengeluarkan aturan untuk mengkriminalkan penggunaan satwa liar sebagai makanan.
Dengan memaksa orang untuk tinggal di rumah, pandemi telah mendorong hubungan kembali dengan alam. Situs web sains warga, yang mendorong non-ilmuwan untuk mengamati dan melaporkan lingkungannya, telah melihat adanya peningkatan data dan memberikan wawasan berhatga untuk proyek konservasi.
Misalnya SciStarter, yang telah menghubungkan ilmuwan warga dengan proyek penelitian aktif dan telah melihat peningkatan kontribusi data sebesar 480 persen sejak 2019. Sumber daya ini dapat bermanfaat bagi para peneliti, terutama bagi mereka yang harus menghentikan kerja lapangannya selama pandemi.
ADVERTISEMENT
Pada Maret dan April di AS, lalu lintas jalan raya menurun hingga 73 persen. Tabrakan fatal antara mobil dengan satwa liar seperti rusa, rusa besar, beruang,, dan singa gunung juga turun hingga 58 persen.
Fraser Shilling, salah seorang direktur University of California, Davis, Road Ecology Center, memperkirakan jika 50 persen lebih sedikit lalu lintas selama setahun, berarti akan menghindarkan 500 juta vertebrata dari kematian akibat terbunuh di jalan raya.
“Ini jelas bukan hal kecil bagi satwa liar,” kata Shilling.
2. Trenggiling, Mamalia Paling Banyka Diperdagangkan Mendapat Dua Perlindungan Utama di China
Juni kemarin, pemerintah Beijing memberikan trenggiling perlindungan tertinggi di bawah hukum satwa liar negara. Aturan ini melarang hampir semua perdagangan domestik dan penggunaan trenggiling.
ADVERTISEMENT
China, sebagai salah satu konsumen sisik trenggiling terbesar, juga menghapus hewan itu dari daftar resmi bahan obat tradisional yang disetujui. Para kelompok kesejahteraan hewan memprediksi, kemungkinan besar hal ini akan mengurangi permintaan sisik trenggiling secara signifikan.
Lebih dari 128 ton sisik dan daging trenggiling dicegat di seluruh dunia tahun lalu, tertinggi sepanjang masa. Hal ini menunjukkan bahwa meski ada larangan global atas perdagangan komersial mamalia bersisik ini, namun permintaan trenggiling sebagai obat tradisional Tiongkok dan daging mewah masih sangat pesat.
Karena itu, perlindungan ketat pemerintah China dinilai menjadi angin segar untuk mengurangi perdagangan trenggiling secara signifikan.
3. Upaya Baru Diluncurkan untuk Memerangi Spesies Invasif
AS telah meningkatkan upaya untuk memblokir impor ilegal salah satu spesies paling invasif di dunia: kepiting sarung tangan China, yang termasuk ke dalam makanan lezat. Pemerintah setempat mengatakan, mereka telah menangkap lebih dari 15 ribu hewan hidup dari berbagai pelabuhan sejak akhir 2019.
ADVERTISEMENT
“Jika kepiting melarikan diri ke alam liar dan berkembang biak, implikasinya akan sangat besar,” kata Eva Lara-Figuerdo dari Dinas Perikanan dan Margasatwa AS.
Kepiting-kepiting itu dapat merusak tepi sungai dengan terowongan-terowongan yang mereka buat. Mereka juga dapat mengganggu keseimbangan rantai makanan dengan menjadi pemangsa satwa liar setempat.
Lebih dari itu, kepiting sarung tangan China juga memiliki kemungkinan untuk menularkan penyakit kepada manusia. Mereka diketahui dapat menularkan parasit yang menyerang paru-paru.
4. Pensiunan Gajah Sirkus Akan Memulai Babak Kehidupan Baru
September kemarin, para konservasionis mengumumkan pensiunan gajah-gajah sirkus dari Ringling Bros dan Barnum & Bailey Ceircus akan dipindahkan ke pusat konservasi seluas 2.500 hektar di Florida tahun depan. White Oak Conservation, yang membeli 35 gajah Asia mengatakan bahwa fasilitas barunya akan menampung koleksi gajah Asia terbesar di belahan barat.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah kesempatan bagi kami untuk membiarkan mereka kembali menjadi gajah dalam situasi yang sedekat mungkin dengan alam liar,” kata Michelle Gadd, pemimpin upaya konservasi satwal liar White Oak.
5. Setan Tasmania Kembali ke Daratan Australia untuk Pertama Kali Setelah Ribuan Tahun
Hewan berkantung ini telah menghilang dari benua Australia sejak 3.000 tahun yang lalu. Hilangnya setan Tasmania atau tasmanian devil, kemungkinan besar akibat pemburu setempat membunuh sebagian besar mamalia besar Australia ini.
Habitat tasmanian devil kemudian hanya dibatasi di negara bagian Tasmania saja. Pembatasan ini menyebabkan populasinya semakin menurun menjadi hanya 25.000 individu pada 1990-an setelah penyebaran kanker wajah yang menular dan mematikan.
Pada Maret dan September kemarin, dua lusin lebih tasmanian devil dibawa ke suaka margasatwa berpagar seluas seribu are di Australia Timur, dan sekarang mereka menjadi liar, menyesuaikan dengan tanah air leluhurnya.
ADVERTISEMENT
“Mereka bebas, mereka ada di luar sana. Sekarang tergantung pada mereka, untuk melakukan apa yangmereka inginkan,” kata Tim Faulkner, presiden organisasi pemulihan spesies AussieArk.
Karena tasmanian devil merupakan pemakan bangkai, mereka memainkan peran penting dalam menjaga ekosistem yang sehat. Para ilmuwan berarap, mereka dapat membantu memulihkan keseimbangan di area yang dirusak oleh spesies invasif seperti kucing liar dan rubah merah.
6. Penguatan Kerja Sama Global Pencegahan Penyelundupan Satwa Liar
Antara September dan Oktober, badan penegakan hukum global dan petugas satwa liar menyita ribuan produk satwa liar sebagai bagian dari Operasi Guntur 2020. Yang termasuk ke dalam barang selundupan tersebut di antaranya sekitar 1.700 trenggiling dan 87 truk kayu. Hewan hidup juga ditemukan, termasuk lebih dari 30 simpanse dan 1.800 reptil.
ADVERTISEMENT
Operasi tersebut dipimpin oleh Interpol dan Organisasi Kepabean Dunia, serta melibatkan lebih dari seratus negara. Tindakan terkoordinasi seperti itu dinilai penting karena banyak produk satwa liar ilegal yang lolos tanpa terdeteksi atau dimanipulasi sebagai produk legal degan izin dan dokumen palsu.
Rebecca Regnery, direktur senior satwa liar di Humane Society International mengatakan bahwa ketika negara-negara bermitra seperti ini, mereka akan dapat mengidentifikasi pelanggar berulang dengan lebih baik dan membandingkan dokumen untuk memastikan validitasnya.
7. Serigala Abu-abu Akan Diperkenalkan Kembali Setelah Punah dari Habitat Aslinya
November kemarin, otoritas Colorado menyetujui keputusan untuk menghadirkan serigala abu-abu kembali di Pegunungan Rocky bagian selatan. Wilayah ini merupakan habitat asli mereka, sekaligus menjadi tempat mereka diburu hingga punah pada 1940-an.
ADVERTISEMENT
Ini adalah pertama kalinya negara bagian memilih untuk memperkenalkan kembali hewan ke dalam ekosistemnya. Departemen Taman dan Satwa Liar Colorado, akan menjadi pengawas proyek yang akan dimulai pada 2022 atau 2023.
Ahli Biologi memperkirakan bahwa Colorado dapat menampung ratusan serigala. Serigala juga dapat membantu mengurangi konsumsi tumbuhan berlebihan dengan memangsa rusa sehingga dapat mengurangi erosi. Sisa-sisa perburuan mereka juga akan menyediakan makanan untuk satwa lain seperti elang dan beruang.
“Memperkenalkan kembali serigala akan memulihkan keseimbangan alam Colorado,” kata Jonathan Proctor, seorang konservasionis di Defenders of Wildlife yang ikut membantu mengesahkan aturan tersebut. (Widi Erha Pradana / YK-1)