Konten dari Pengguna

ACJJ, Pasukan Penyelamat Ban Bocor dan Motor Mogok di Jalanan Jogja Malam Hari

22 Juli 2020 18:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo ACJJ, Aksi Cepat Jalanan Jogja.
zoom-in-whitePerbesar
Logo ACJJ, Aksi Cepat Jalanan Jogja.
ADVERTISEMENT
Malam sudah larut ketika Agus Rohmadi, 30 tahun, memacu sepeda motornya dari daerah Monjali menuju rumahnya di daerah Kasihan Bantul. Ketika sedang ada di jalur lingkar selatan, tepatnya di sebelah barat simpang empat Dongkelan sepeda motor yang dikendarainya tetiba mogok. Celaka, bahan bakarnya habis. Selarut itu mana ada penjual bensin yang masih buka? Stasiun pengisian bahan bakar juga jaraknya jauh.
ADVERTISEMENT
Mau tidak mau, Agus harus mendorong sepeda motornya di tengah malam Jogja yang sedang dingin-dinginnya sembari berharap ada keajaiban: ada penjual bensin eceran yang masih buka. Namun puluhan meter mendorong sepeda motornya keajaiban yang dia harapkan tak kunjung datang. Malam semakin sepi, dan Agus semakin kepayahan karena selain harus mendorong motor dia juga membawa sebuah sepeda.
“Saya kemudian ingat ada yang pernah posting di grup Facebook Kawakan ICJ (Info Cegatan Jogja) bahwa di jalanan Jogja ada orang yang bisa bantu masalah-masalah seperti ban bocor atau kehabisan BBM,” kata Agus Rohmadi beberapa waktu lalu.
Seorang relawan ACJJ sedang membereskan masalah motor salah seorang pengguna jalan. Foto: Dokumen Kristianto.
Cepat-cepat Agus membuka gawainya, dia buka aplikasi Facebook untuk mencari kembali unggahan yang pernah dia lihat itu. Kali ini semesta berpihak padanya. Agus berhasil menemukan kembali unggahan itu yang ternyata diunggah oleh salah seorang anggota Aksi Cepat Jalanan Jogja (ACJJ). Di unggahan itu, terdapat kontak WhatsApp anggota ACJJ di setiap wilayah. Sesegera mungkin Agus menghubungi salah satu kontak anggota ACJJ yang wilayah kerjanya paling dekat dengan tempat dia kehabisan bensin.
ADVERTISEMENT
“Beberapa saat kemudian datanglah abang-abang berompi memberikan BBM kepada saya secara cuma-cuma,” lanjutnya.
“Alhamdulillah, malam itu saya tertolong,” kata Agus mengucapkan syukur.
Kejadian itu terjadi sekitar sepekan yang lalu. Merasa sangat terbantu, Agus termotivasi untuk melakukan hal serupa. Selang sehari, dia bergabung dengan ACJJ, dan kini dia menjadi Koordinator Tim ACJJ Wilayah Kasihan, Bantul.
Bergerak Melalui Media Sosial
Relawan ACJJ siap mencarikan solusi tanpa pamrih untuk masalah kendaraan di jalan raya Jogja di malam hari. Foto: Dokumen Kristianto.
Kristianto, 35 tahun, Admin dan Koordinator ACJJ menjelaskan bahwa ACJJ merupakan wadah bagi para relawan jalanan dari berbagai komunitas yang ada di Jogja. Mereka bergerak melalui unggahan di media sosial, terutama di grup Facebook ICJ dan IKKJ (Info Kriminalitas dan Kecelakaan Jogjakarta).
“Postingan tersebut biasanya minta tolong untuk hal yang bersifat trouble seperti motor mogok, motor macet, dan bocor ban,” ujar Kristianto.
ADVERTISEMENT
Selain melalui media sosial, ACJJ juga menyediakan kontak koordinator tiap wilayah yang bisa dihubungi apabila sewaktu-waktu ada yang mengalami masalah di jalan. Mereka bekerja khusus pada malam hari, sejak pukul 22.00 WIB, karena itulah waktu-waktu rawan. Saat ini, sudah ada 32 anggota ACJJ yang tersebar di seluruh wilayah DIY dan Magelang, Jawa Tengah.
Beberapa masalah yang paling sering mereka tangani di antaranya motor mogok, kehabisan bensin, ban bocor, hingga penambalan jalan berlubang. Jauh sebelum adanya ACJJ, tepatnya empat tahun silam pada 2016, anggota-anggota mereka sebenarnya sudah mulai bergerak, baik secara independen maupun bersama komunitas masing-masing.
“Di situ kemudian kami saling mengenal, jadi ACJJ hanya sebagai wadah silaturahmi dan mempermudah koordinasi antaranggota,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Niat Ibadah yang Tumbuh dari Pengalaman
Seorang relawan ACJJ sedang membereskan masalah motor salah seorang pengguna jalan. Foto: Dokumen Kristianto
Semua yang dilakukan oleh ACJJ dilandasi atas keinginan untuk beribadah dan saling menolong satu sama lain. Karena itu, mereka tidak pernah memungut biaya apapun atas setiap pertolongan yang mereka berikan.
Semua biaya dalam setiap operasi mereka cukupi dengan cara swadaya. Untuk kebutuhan suku cadang, mereka penuhi dari beberapa anggota yang memiliki usaha bengkel.
“Semisal kopling putus, van belt juga busi kami gratiskan, tidak bayar. Ban bocor, kehabisan bensin, juga gratis. Tapi kalau kerusakannya berat kami dorong motornya sampai ke rumahnya, biar besoknya bisa dibengkelkan,” ujar Kristianto.
“Cuaca apapun kami tetap gas berangkat,” lanjutnya.
Kepedulian ini, tumbuh dari pengalaman yang pernah mereka alami. Misalnya Kristianto, dia pernah merasakan bagaimana beratnya mendorong sepeda motornya berkilo-kilo meter karena bannya bocor pada malam hari.
ADVERTISEMENT
“Itulah yang menggugah hati kami mas, ingin lung-tinulung (tolong menolong) di jalanan,” ujarnya.
Sebagian besar anggota ACJJ adalah orang-orang yang sudah bekerja di berbagai bidang. Misalnya Kistianto yang setiap hari bekerja sebagai satpam. Atau Agus Rohmadi yang menekuni usaha jual beli terpal untuk kolam ikan. Ketika kebanyakan orang memilih beristirahat pada malam hari setelah seharian bekerja, tidak dengan mereka.
“Karena kami pernah mengalami gimana susahnya malem-malem motor mogok, sendirian pula, jadi sebisa mungkin itu ndak terjadi sama orang lain,” kata Agus Rohmadi.
Dibayangi Kejahatan di Jalanan Jogja
Dokumen Kristianto.
Kristianto sadar betul akan bahaya kejahatan jalanan yang mengintai, misalnya kejahatan klitih yang beberapa bulan lalu kembali marak membuat jalanan Jogja begitu mencekam pada malam hari. Beberapa kali ketika sedang operasi mereka juga sempat melihat sekelompok klitih. Dan mereka paham, niat berbuat baik belum tentu bisa menghindarkan mereka dari segala bahaya itu.
ADVERTISEMENT
“Insyaallah doa senjata kami. Tapi kami selalu usahakan minimal tiga orang untuk satu pengondisian, supaya aman dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Kristianto.
Seentara itu untuk melindungi diri dari segala bahaya di jalanan Jogja ketika malam hari, Agus Rohmadi mengaku memiliki bekal bela diri karena sebelumnya sempat menjadi petugas keamanan di bawah naungan Dinas Perhubungan. Dengan bekal pengalaman itu, Agus yakin bisa menjaga dirinya ketika mendapat ancaman dari orang-orang jahat di jalanan, terlebih niatnya melakukan semua ini adalah untuk kebaikan.
“Semoga sumbangsih kecil kami, kepedulian kami, dapat mewujudkan Jogja yang nyaman, aamiin,” ujar Agus. (Widi Erha Pradana / YK-1)