Aku Main Game maka Aku Melawan Corona

Konten dari Pengguna
29 Juni 2020 12:42 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi main game. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi main game. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Seperti jalan menuju roma, jalan untuk lepas dari depresi karena pandemi corona juga ada banyak. Salah satu jalan yang banyak dilakukan untuk mengusir stress dan depresi selama mengisolasi diri selama pandemi adalah dengan bermain game.
ADVERTISEMENT
Akbar Farhatani adalah salah seorang yang banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game selama pandemi. Akbar hanya bermain satu game, yaitu Football Manager (FM) 2019. Keseruan bermain FM 2019 menurutnya tidak tertandingi oleh permainan apapun. Apalagi FM 2019 bisa dimainkan secara luring atau offline, sehingga tidak menghabiskan kuota internet.
“Seru, kita bisa kontrol sebuah klub bola dan pemainnya, interaksi juga dibikin seakan kayak real (nyata),” ujar Akbar, Jumat (26/6).
Ketika sudah menghadap layar laptop dan membuka FM 2019, Akbar bisa bertahan hingga berjam-jam. Waktu terbaiknya ketika bermain FM 2019 adalah pada malam hari, sejak pukul 9 malam sampai pukul 6 pagi.Kebiasaan ini sudah dia mulai sejak bulan Puasa kemarin, karena sejak saat itu dia sangat jarang menggunakan waktu malamnya untuk tidur.
ADVERTISEMENT
“Tapi akhir-akhir ini jam 1 malam baru mulai, main sampai pagi. Siang baru mulai tidur,” lanjutnya.
Akbar kurang suka bermain game-game mobile, sebab menurutnya fungsi ponsel bukan untuk bermain game, melainkan sebagai alat komunikasi. Bahkan meskipun ada FM 2019 versi mobile, dia tetap setia menggunakan versi PC di laptopnya.
Selain itu, game-game mobile di ponsel menurutnya juga kurang nyata. Berbeda dengan FM 2019, dia bisa merasakan menjadi manajer profesional klub sepak bola, dari mulai membangun klub, membeli pemain, menentukan taktik, sampai memenangkan sebuah kejuaraan. Momen paling seru saat bermain FM 19 menurutnya adalah ketika dia mencoba taktik baru dan bisa memenangkan pertandingan.
“Aku ekspresif soalnya, jadi kalau timku bisa jebol gawang lawan ya aku ngomong, kepal tangan, teriak, udah kayak pelatih beneran,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Karena malam hari digunakan untuk bermain FM 2019, jam tidurnya menjadi berubah. Sekarang, waktu tidurnya antara pukul 8 pagi sampai pukul 2 siang. Dua pekan silam, dia sempat masuk angin karena begadang setiap hari.
“Dikerokin aja terus tidur semalaman, besoknya sudah enak lagi,” kata Akbar.
Lebih Manusiawi Ketimbang Kehidupan Nyata
Foto: istimewa
Mengusir kejenuhan selama pandemi dengan bermain game juga dilakukan oleh Fendi Agus. Jika Akbar kurang suka dengan game mobile, lain dengan Fendi. Game yang paling sering dia mainkan adalah Mobile Legend (ML) dan Toram Online. Tak tanggung-tanggung, dalam sehari Fendi bisa memainkan dua game tersebut selama 12 jam, sejak setelah maghrib sampai pukul enam pagi.
“Kalau ML biasanya cuma saat kumpul temen aja. Kalau Toram itu MMORPG (A Massively Multiplayer Online Role-Playing Game), game yang bergenre petualangan tapi terkoneksi dengan player lain secara online,” kata Fendi Agus.
ADVERTISEMENT
Keseruan bermain Toram Online menurutnya karena adanya pembagian tugas tiap pemain. Keberhasilan mengalahkan lawan sangat bergantung pada kekompakan dan kelihaian dalam memerankan peran masing-masing. Berbeda dengan ML yang juga termasuk game petualangan, sering kali tiap pemain tidak mematuhi aturan dan tidak benar-benar menjalankan tugasnya.
“Dan game yang ber-job menurutku lebih manusiawi ketimbang dunia nyata. Karena game MMORPG menawarkan status skill yang kita bisa tentuin sendiri dan tidak bisa penuh semua,” lanjutnya.
Bagi Fendi, permainan ini sangat kontras dengan yang dia alami di kehidupan nyata, dimana setiap orang dituntut untuk serba bisa dan menguasai segala bidang. Orang-orang yang menonjol di dunia nyata biasanya juga akan menyerobot semua pekerjaan orang lain, meskipun itu sebenarnya bukan tugas dia. Akibatnya, ada orang-orang yang merasa kalau di dalam kehidupan dia sama sekali tidak berguna.
ADVERTISEMENT
“Tapi kalau di Toram enggak, enggak ada yang sempurna. Satu sama lain punya tugas yang sama-sama penting,” kata dia menjelaskan.
Apalagi game jenis MMORPG bisa dihentikan sesaat atau di-pause, tidak menuntut pemainnya untuk selalu standby mengendalikannya. Hal ini membuat Fendi lebih fleksibel jika sewaktu-waktu di tengah permainan ada pekerjaan lain yang harus dia kerjakan.
“Kalau Toram itu paling asik pas bikin job dan main bareng temen lawan monster kuat, karena harus pinter-pinter bagi tugas,” ujarnya.
Lebih Baik Anak Main Game daripada Main ke Luar
Foto: Pixabay
Fitri Sumaryatni, seorang ibu yang tinggal di daerah Godean, Sleman, Yogyakarta tidak keberatan jika anaknya yang masih berusia 8 tahun lebih banyak bermain game selama pandemi ini. Hal ini menurutnya lebih baik ketimbang jalan-jalan ke luar rumah di tengah situasi seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
Game-game yang dimainkan Nishrochah Aulia Rosyadi, anak perempuan Fitri adalah game-game offline untuk anak-anak seperti Subway Surfer, Ninja Fruit, Pou, dan sebagainya.
“Saya melarang anak saya nge-game online, saya bilang download game yang enggak online jadi kalau paketan habis tetap bisa ngegame,” kata Fitri Sumaryatni.
Karena masih dalam masa pertumbuhan, Fitri cukup ketat mengawasi anaknya ketika bermain game agar tidak ketagihan dan lupa segalanya. Dia juga mengatur jadwal anaknya, kapan boleh main game, kapan harus belajar, kapan harus bantu-bantu orangtua, dan kapan harus beribadah.
“Anak saya manut sama saya. Pertama HP saya simpan, nanti kalau anak saya sudah belajar pagi hari tinggal bantuin saya bersih-bersih, mandi, makan, baru saya taruh HP di meja. Terus pas main game kalau denger azan saya langsung bilang salat dulu,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selama pandemi ini, Fitri lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Berbeda dengan sebelum pandemi ketika dia harus bekerja setiap hari, sehingga anaknya sering lupa waktu ketika bermain game karena tidak ada yang mengawasi.
“Sekarang saya keluar kerja, saya handle urusan anak. Sekarang ngegame ada waktunya, makannya juga harus sayuran,” ujarnya.
Agar Tidak Dimarahi Orangtua
Foto: istimewa
Akbar dan Fendi punya cara yang sama supaya orangtuanya tidak kesal melihat mereka banyak menghabiskan waktu dengan bermain game. Cara yang mereka lakukan adalah membantu semua pekerjaan rumah, terutama ketika orangtua minta bantuan. Karena kuliah tak kunjung aktif karena pandemi, keduanya kini sedang ada di kampung masing-masing bersama orangtuanya.
Akbar misalnya, di sela dia bermain game, dia harus membantu ibunya juga menyiapkan barang dagangan yang akan dijual pagi hari.
ADVERTISEMENT
“Enggak (dimarahin) sama sekali. Selagi tugas harian rumah kayak bersih-bersih halaman depan, bantuin nyokap siapin dagangan pas malem, atau ngurusin adik-adik selesai sih aman. Enggak pernah dikomen,” kata Akbar.
Cara yang dilakukan Fendi juga sama. Supaya tetap mendapatkan uang jajan untuk beli kuota internet dan tidak mendapat omelan karena main game terus, dia harus selalu siap sedia ketika diminta membantu pekerjaan orangtuanya.
“Bantuin di sawah atau jualan sayur di pasar, biar bisa minta uang buat beli kuota. Jadi kalau ada waktu luang aku pakai buat ngegame, kalau ada kerjaan ya kerja,” kata Fendi.
Di tengah situasi pandemi yang penuh ketidakpastian ini, bermain game menurutnya adalah cara yang paling gampang untuk mengusir kejenuhan. Apalagi pada dasarnya dia memang sudah keranjingan game sejak lama.
ADVERTISEMENT
“Kalau enggak ada game bisa mati depresi mungkin. Apalagi lagi corona, mau main juga enggak bisa, main game justru cara kita melawan corona, selemah-lemahnya melawan corona kan tinggal di rumah saja,” ujar Fendi mantab. (Widi Erha Pradana / YK-1)