Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Cara Panti Wreda Melindungi Lansia dari Pandemi
30 April 2020 6:42 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dari luar, Panti Jompo atau Panti Wreda Perandan Padudan di Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta tampak sangat sunyi, seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Pintu gerbang tertutup rapat, meski tidak dikunci.
ADVERTISEMENT
“Masuk aja mas, diketok pintunya. Ada orangnya kok di dalem,” kata ibu-ibu warung di depan panti.
Benar saja, setelah menekan bel, seorang perempuan membukakan pintu. Dia adalah Rita Winarni, seorang pengasuh di panti wreda itu yang menyambut sdengan sangat ramah. Sebelum masuk, Rita menyemprotkan penyanitasi tangan untuk memastikan kuman dan semua jenis virus di tangan saya musnah.
Dengan jarak tempat duduk lebih dari dua meter dan dibatasi dengan meja panjang, Rita mulai menceritakan situasi terkini di panti wreda yang diasuhnya.
“Sebelumnya memang banyak kegiatan waktu sebelum COVID-19 ya, kebanyakan dari mahasiswa UKDW, UII, IAIN, itu mereka praktik di sini. Dengan keadaan seperti ini, kita setop, tidak menerima kegiatan sama sekali,” ujar Rita, kemarin.
ADVERTISEMENT
Sudah sekitar sebulan pengurus Panti Wreda Perandan Padudan meniadakan kegiatan dari luar. Akses untuk keluar masuk panti juga diperketat. Para lansia yang ada di panti sebisa mungkin tidak melakukan kontak dengan orang dari luar. “Karena lansia kan sangat rentan terkena (virus) ya,” lanjutnya.
Di panti wreda yang berada di bawah naungan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman itu, terdapat 7 lansia. Sebagian besar dari mereka sudah tidak memiliki keluarga. Selain itu, ada 8 lansia lainnya yang diasuh di luar oleh panti wreda ini. Mereka adalah lansia yang masih hidup dengan keluarganya namun dengan perekonomian yang serba kekurangan.
“Cuman kalau ada kegiatan, ada berkat dari gereja misalnya, itu mereka dibagi,” kata Rita.
ADVERTISEMENT
Situasi yang tidak jauh berbeda juga terlihat di Panti Wredha Mulya di Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Di komplek yang cukup luas, suasana siang itu sangat hening. Pintu-pintu rumah tertutup rapat. Hanya ada suara burung dan kendaraan yang lalu lalang di jalan kampung sekitar.
“Jadi sudah sekitar sebulan simbah-simbah di sini kita minta untuk mengisolasi diri sendiri di dalam rumah. Untuk sementara kunjungan keluarga juga sangat kita batasi,” kata Supriono, penjaga Panti Wredha Mulya.
Ada 7 lansia mandiri yang tinggal di Panti Wredha Mulya. Lansia mandiri artinya mereka masih bisa mengurus dirinya sendiri, belum membutuhkan perawat. Kebanyakan mereka juga masih memiliki keluarga, sehingga setiap kebutuhannya masih dicukupi oleh keluarganya masing-masing.
“Dulu kalau siang simbah-simbahnya itu pada saling ketemu, duduk-duduk, ngobrol, ngumpul di teras. Sekarang malah sepi begini,” lanjut Supriono.
ADVERTISEMENT
Memberi Pemahaman Pandemi kepada Lansia
Mengenai situasi hari ini, Supriono mengatakan bahwa para lansia sudah sangat mengerti. Dia terus berkomunikasi dengan para lansia di sana terkait situasi pandemi corona seperti dengan orangtuanya sendiri. Kadang, untuk memantapkan yang dia sampaikan, keluarga para lansia juga ikut memberikan pemahaman kepada mereka tentang apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan di tengah pandemi.
“Sekarang sudah tertib banget. Kalau siang bener-bener ndak keluar rumah kalau memang ndak penting,” kata Supriono.
Di Panti Perandan Padudan, Rita juga mengaku mudah memberikan pemahaman situasi hari ini kepada para lansia yang ada di panti. Setiap hari mereka selalu menyaksikan berita-berita di televisi terkait perkembangan pandemi, sehingga dengan sendirinya mereka sebenarnya sudah bisa memahami.
ADVERTISEMENT
“Kita juga ngasih tahu bahwa penyakit ini itu beda, kalau kontak sama orang kita bisa kena. Terus kalau satu kena, nanti kita semua satu rumah juga kena,” ujar Rita.
Ketika ada tamu, mereka juga tidak boleh membukakan pintu dulu, karena tidak ada yang tahu dari mana saja tamu yang datang itu. Jadi untuk urusan dengan tamu dari luar, semua dipegang oleh Rita.
“Terus cuci tangan terus. Mereka juga berjemur kalau pagi,” lanjutnya.
Demi Lansia Rela tak Menengok Anak Sakit
Di situasi pandemi ini, Rita Winarni benar-benar menjaga para lansia di Panti Wreda Perandan Padudan dari lingkungan luar. Tak hanya membatasi tamu yang berkunjung, Rita juga sudah sangat membatasi dirinya untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Bahkan ketika anaknya yang tinggal di Sleman sedang sakit, dia memilih untuk tidak menjenguknya.
ADVERTISEMENT
“Karena yang saya rawat ini kan lansia semua, kalau saya ke rumah anak nanti malah resiko tertular dari anak kan kita tidak tahu,” kata Rita.
Beberapa lansia yang sebelumnya masih kerap melakukan aktivitas di luar panti, sekarang juga sudah tidak boleh keluar sama sekali. Rita tidak menampik, beberapa dari mereka ada yang mulai jenuh. Jasmi, 76 tahun, salah seorang lansia yang tinggal di Panti Wreda Perandan Padudan sedikit berbagi cerita bagaimana dia mengusir kejenuhan di tengah situasi ini.
“Setiap hari nonton tv, menyulam, bantu-bantu masak juga, buat ngisi waktu,” kata Jasmi sembari memamerkan hasil sulamannya.
“Ini lagi saya suruh istirahat dulu menyulamnya. Soalnya kalau sudah njahit, haduh, dari pagi sampai sore nenek-nenek sudah enggak inget waktu,” sahut Rita.
ADVERTISEMENT
Kendati banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan di tengah pandemi, termasuk untuk beribadah di gereja, namun Rita masih bersyukur karena setiap Minggu masih bisa beribadah bersama para lansia di dalam panti. Sebab, ada pendeta juga yang tinggal di panti sehingga bisa memimpin ibadah.
“Walaupun jaraknya kita jaga, jadi setiap orang ada selisih satu kursi yang dikosongi. Tapi Puji Tuhan kita masih bisa beribadah setiap Minggu,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)