Konten dari Pengguna

COVID-19 dan Bayang-bayang Kepunahan Massal Keenam

5 Juni 2020 12:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi kepunahan oleh ESP
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi kepunahan oleh ESP
ADVERTISEMENT
Pada 2015, sebuah tim penelitian mengatakan bahwa kepunahan massal keenam di Bumi sedang berlangsung. Tim yang dipimpin Gerardo Ceballos dari National Autonomous University di Mexico ini menyimpulkan bahwa tingkat kepunahan modern sangat tinggi dan akan terus meningkat. Penelitian terbaru tahun ini juga sampai pada kesimpulan yang tidak kalah suram, tingkat kepunahan mungkin lebih parah daripada yang diperkirakan sebelumnya
ADVERTISEMENT
"Kami dengan yakin dapat menyimpulkan bahwa tingkat kepunahan modern sangat tinggi, meningkat, dan menunjukkan kepunahan massal sedang berlangsung - merupakan keenam dari jenisnya dalam 4,5 miliar tahun sejarah Bumi," tulis tim itu dalam makalah 2015 mereka yang diterbitkan di advances.sciencemag.org.
Studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini, menunjukkan perdagangan satwa liar dan dampak aktivitas manusia lainnya telah memusnahkan ratusan spesies dan mendorong lebih banyak lagi ke ambang kepunahan pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Kepunahan massal keenam yang sedang berlangsung mungkin menjadi ancaman lingkungan paling serius bagi peradaban, karena tidak dapat dipulihkan," tulis para penulis dalam laporan itu. "Ribuan populasi spesies hewan vertebrata yang hampir punah telah hilang dalam satu abad, menunjukkan bahwa kepunahan massal keenam disebabkan oleh manusia dan prosesnya mengalami percepatan."
ADVERTISEMENT
Peneliti memeriksa data pada lebih dari 29.000 spesies amfibi, burung, mamalia dan reptil, dan menemukan bahwa lebih dari 500 spesies di antaranya berada di ambang kepunahan, dengan populasi kurang dari 1.000 individu. Lebih dari setengah spesies tersebut memiliki populasi di bawah 250.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa di seluruh abad kedua puluh, setidaknya 543 spesies vertebrata darat telah punah. Ahli biologi Stanford Paul Ehrlich dan rekan penulis dalam studi ini memperkirakan bahwa jumlah spesies yang hampir sama akan punah hanya dalam dua dekade mendatang saja.
Akibat yang Ditimbulkan
Krisis kepunahan ini menjadi ancaman eksistensial tidak hanya bagi ribuan spesies hewan dan tumbuhan, tetapi juga bagi peradaban manusia secara keseluruhan. Kondisi ini melemahkan kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan vital manusia.
ADVERTISEMENT
Kepunahan ini memiliki efek domino, termasuk ancaman yang semakin intensif pada kesejahteraan manusia. Menurut para peneliti, pandemi saat ini yang merupakan penyakit zoonosis adalah salah satu contoh bagaimana kerusakan alam dapat mempengaruhi kehidupan manusia secara keseluruhan.
“Vaksin untuk COVID-19 adalah habitat alami,” kata Gerardo Ceballos yang merupakan penulis utama studi ini kepada The New York Times. "Pandemi adalah contoh yang bagus tentang betapa buruknya kita memperlakukan alam."
"Ketika manusia memusnahkan populasi dan spesies makhluk lain, ia menggerogoti anggota tubuh, menghancurkan bagian kerja dari sistem pendukung kehidupan kita sendiri," kata Ehrlich.
"Kepunahan menimbulkan kepunahan," tulis penulis penelitian. Karena ancaman ini, mereka menyerukan agar semua spesies dengan populasi di bawah 5.000 terdaftar sebagai sangat terancam punah dalam daftar International Union for Conservation of Nature Red List, sebuah basis data internasional yang digunakan untuk menginformasikan tindakan konservasi dalam skala global.
ADVERTISEMENT
Kenapa Terjadi
Tekanan dari manusia, seperti pertumbuhan populasi, perusakan habitat, perdagangan satwa liar, polusi dan perubahan iklim, secara kritis mengancam ribuan spesies di seluruh dunia. Ekosistem menjadi terganggu, mulai dari terumbu karang hingga hutan dan bahkan gurun. Ketidakseimbangan ekosistem ini membuat alam tidak mampu menyediakan iklim yang stabil, memberikan air tawar, menyerbuki tanaman, dan melindungi manusia dari bencana alam dan penyakit.
Tingkat kepunahan hari ini ratusan atau ribuan kali lebih cepat daripada tingkat yang telah kita lihat selama peristiwa kepunahan sebelumnya. Menurut Ceballos, jika kita tidak merubah cara kita memperlakukan lingkungan secara radikal, maka akan ada semakin banyak spesies yang hilang dari Bumi.
"Konservasi spesies yang terancam punah harus ditingkatkan ke keadaan darurat nasional dan global untuk pemerintah dan lembaga." Kata Ehrlich sebagaimana dimuat oleh phys.org.
ADVERTISEMENT
Hilangnya makhluk langka dapat memiliki efek domino pada spesies lain, menurut para peneliti. Sekitar 84% spesies dengan populasi di bawah 5.000 tinggal di wilayah yang sama dengan spesies dengan jumlah populasi di bawah 1.000. Kondisi ini bisa menciptakan reaksi berantai di mana kepunahan satu spesies dapat mengganggu stabilitas ekosistem, menempatkan spesies lainnya pada risiko kepunahan yang lebih tinggi.
Tierra Curry, seorang ilmuwan senior di Center for Biological Diversity yang tidak terlibat dalam studi baru ini, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa temuan itu menegaskan lagi bahwa manusia tengah berjudi dengan kelangsungan hidup jangka panjang mereka sendiri.
"Kepunahan adalah pilihan politik," kata Curry,“kita berada di persimpangan jalan dimana masa depan kita sendiri dipertaruhkan jika kita tidak beralih dari bahan bakar fosil dan mengakhiri eksploitasi satwa liar, dan pada saat yang sama, tentu saja, mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan. Sementara itu pemerintahan Donald Trump yang bebal telah menghilangkan hampir 100 peraturan lingkungan, termasuk Endangered Species Act. ”
ADVERTISEMENT
Manusia sebagai spesies dengan peradaban tercanggih dari semua spesies di Bumi memang memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk melindungi keberlangsungan kehidupan di planet ini.
"Apa yang kita lakukan untuk menghadapi krisis kepunahan saat ini dalam dua dekade mendatang akan menentukan nasib jutaan spesies," jelas ahli ekologi Gerardo Ceballos. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)