Digemari Pasar Ekspor, Bagaimana Memulai Bisnis Porang?

Konten dari Pengguna
4 Januari 2021 15:33 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Umbi porang. Foto: Dokumen Kementan
zoom-in-whitePerbesar
Umbi porang. Foto: Dokumen Kementan
ADVERTISEMENT
Setidaknya dalam setahun terakhir, porang menjadi perbincangan di tengah masyarakat, khususnya mereka yang fokus di dunia bisnis pertanian. Sejak 2016 sampai 2019, tren penjualan porang ke pasar ekspor selalu mengalami kenaikan.
ADVERTISEMENT
Ananti Yekti, Wakil Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta-Magelang, mengatakan kenaikan ekspor porang ke luar negeri mencapai hampir dua kali lipat.
“Artinya di sana menandakan bahwa komoditas porang ini memiliki potensi usaha yang bagus,” ujar Ananti Yekti dalam seminar daring yang diadakan oleh Polbangtan Yogyakarta-Magelang, pekan kemarin.
Berdasarkan data IQFAST Baratan, pada semester pertama tahun ini, ekspor komoditas porang Indonesia sudah mencapai angka 14,8 ribu ton. Angka ini telah melampaui jumlah ekspor semester pertama tahun 2019 dengan jumlah 5,7 ribu ton.
Artinya, jumlah ekspor komoditas porang pada semester pertama tahun ini mengalami peningkatan sebesar 160 persen dibandingkan semester pertama 2019. Adapun tujuan utama ekspor komoditas porang adalah China, Vietnam, Thailand, hingga Jepang.
ADVERTISEMENT
Ananti Yekti berharap tren positif ini dapat terus dipertahankan sehingga mampu memberikan kontribusi yang semakin besar untuk pembangunan pertanian nasional.
“Tren dari porang ini khususnya untuk diekspor itu selalu mengalami kecenderungan naik.Semoga tren positif ini bisa terus berlanjut dan ditingkatkan, sehingga kontribusinya untuk pembangunan pertanian akan semakin besar,” ujarnya.
Memulai Budidaya Porang
Berlian Rezky Wijayanti sudah lima tahun ini menggeluti bisnis budidaya porang di daerah Bantul, Yogyakarta. Menurut dia, melakukan budidaya porang sebenarnya sangat gampang. Yang paling penting, PH tanah yang digunakan untuk menanam porang di antara 5,5 sampai 6,5.
Selain PH, air juga memiliki peran penting untuk perkembangan porang. Porang membutuhkan air dengan intensitas sedang, tidak sampai membuat tanah menjadi becek namun juga jangan sampai tanah kering.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan pembibitan, bisa dilakukan di dalam pot maupun polybag. Yang diperlukan untuk pembibitan di antaranya tanah kering, pupuk kandang fermentasi, sekam bakar, serta daun munggur atau daun kering lain. Sejauh ini, daun munggur adalah yang paling bagus dibandingkan dengan daun kering lain.
“Karena proses pengomposannya itu lebih cepat,” ujar Rezky.
Proses pembibitan dimulai dengan mencampur tanah, sekam bakar, dan pupuk fermentasi. Setelah itu, masukkan daun munggur kering di lapisan paling dasar pot atau polybag. Kemudian tambahkan sekam di atasnya, baru masukkan tanah yang sudah diolah tadi ke lapisan berikutnya.
Kemudian masukkan bibit porang dan di lapisan paling atas tutup lagi dengan tanah. Terakhir, siram dengan air secukupnya.
Untuk penanaman di lahan, pertama perlu dipastikan PH tanah di antara 5,5 sampai 6,5. Jika PH tanah terlalu rendah, dapat ditambahkan kapur pertanian untuk menggemburkan tanah. Jarak tanam antarpohon 25 cm sampai 40 cm.
ADVERTISEMENT
Akan lebih baik jika lahan tersebut diberi peneduh. Pasalnya, pohon porang termasuk tanaman yang tidak kuat dengan terik matahari. Jika langsung terkena matahari setiap hari, daunnya biasanya menguning karena terbakar.
“Tapi tetap masih bisa tumbuh, cuma kurang maksimal,” ujarnya.
Selain penanaman dan perawatan yang sangat mudah, komoditas porang menurut Rezky juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hampir semua bagian dari tanaman porang dapat dijual, mulai dari umbinya, katak, spora, sampai bibit polibagnya.
Bulan ini, menurut dia harga umbi porang mencapai Rp 200 ribu per kilogram, katak Rp 400 ribu per kilogram, bibit polibag antara 5 ribu sampai 6 ribu per bibit tergantung ukuran polybag dan tanaman. Sedangkan untuk spora atau bunganya, harganya bisa mencapai Rp 1,2 juta per kilogram.
ADVERTISEMENT
Permintaan dari pasar ekspor menurut dia juga semakin tinggi. Permintaan porang dari pasar ekspor saat ini menurut dia kebutuhannya mencapai 600 ton per hari.
“Stoknya sendiri belum ada setengahnya. Jadi belum ada 50 persen untuk stok per harinya. Jadi benar-benar masih kurang banget dari petani ke pabriknya,” ujar Rezky.
Analisis Usaha Budidaya Porang
Foto: Dokumen Kementan.
Sebelum memulai bisnis, analisis usaha harus dilakukan. Direktur PT Global Agro Tangguh, perusahaan pertanian yang berbasis di Yogyakarta, Almudi Khurniawan, mengatakan untuk memulai budidaya porang dibutuhkan modal awal sebesar Rp 150 juta, dengan asumsi luas lahan 1 sampai dua hektar.
Secara lebih rinci, modal tersebut dibagi untuk beberapa keperluan. Pertama untuk sewa lahan sebesar Rp 24 juta, kemudian untuk biaya penyediaan bibit Rp 50 juta. Penyediaan bibit ini meliputi pembelian bibit umbi porang dengan target 80 ribu bibit, biaya pengambilan bibit, biaya pemrosesan umbi menjadi bibit, serta biaya cadangan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, untuk biaya persiapan, penanaman, dan panen, memakan dana sebesar Rp 63.600.000, dengan rincian pembuatan bedeng dan pemupukan dasar, penanaman, pemupukan, penyiangan rumput, pengairan, serta pemanenan.
Untuk biaya pembelian pupuk dan obat, dibutuhkan biaya sebesar Rp 12.400.000 yang digunakan untuk membeli pupuk dasar, pupuk fase vegetatif, serta pupuk fase generatif.
“Pemupukan sebaiknya intensif sehingga nanti besaran umbi atau besaran yang diharapkan bisa lebih besar daripada kalau dibiarkan saja,” ujar Almudi.
Hasil panen porang menurut Almudi cukup fantastis. Untuk satu musim tanam, antara enam sampai tujuh bulan, 1 hektar lahan porang dapat menghasilkan Rp 200 juta sampai Rp 700 juta.
“Itu tergantung pada pemeliharaan dan pasar yang ada,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT