Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ketika Ikan Gurami, Wader, dan Nila jadi Pemusnah Ikan Asli Danau Sentani, Papua
email: [email protected]
22 September 2020 18:58 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat kita menjadi gemuk dan sehat dengan hidangan ikan bakar di meja pakan kita, ternyata mengakibatkan beberapa spesies ikan lain mengalami kepunahan. Apa yang terjadi di danau Sentani, di Papua bisa menjadi cermin, apakah kita akan terus melanjutkan pilihan menu makan kita, atau masih adakah jalan lain?
ADVERTISEMENT
Bagi pemuja keindahan dan keajaiban alam, danau Sentani adalah daftar utama. Tak hanya hamparan air yang berkilau, danau yang terletak di bawah lereng Pegunungan Cagar Alam Cyclops ini juga dihiasi oleh 21 buah pulau kecil.
Dengan luas sekitar 9.630 hektar, danau Sentani merupakan rumah bagi 35 jenis ikan air tawar yang pernah teridentifikasi dan berbagai jenis biota perairan lainnya. Tiga dari ikan yang teridentifikasi merupakan ikan endemik, di antaranya adalah sentani rainbowfish (Chilatherina sentaniensis), red rainbowfish (Glossolepis incisus), serta sentani goby (Glossogobius sentaniensis).
Sayangnya penelitian terbaru yang dilakukan pada September 2020 ini tidak mencatat lagi adanya sentani rainbowfish dan diperkirakan telah punah.
“Jadi salah satu ikan pelangi, yaitu sentani rainbowfish sudah tidak ditemukan lagi di danau Sentani dan kemungkinan punah,” kata Henderite Loisa Ohee, seorang peneliti biodiversitas danau Sentani dari Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua dalam seminar daring yang diadakan oleh Masyarakat Iktiologi akhir pekan pertengahan September kemarin.
ADVERTISEMENT
Kemudian ada tujuh jenis ikan asli yang teridentifikasi yakni Neoarius velutinus, Neosilurus novaeguineae, Oxyeleotris heterodon, Giuris margaritaceus, Glossamia wichmanni, G. beauforti, serta Chilatherina fasciata. Sayangnya, pembaruan pada September 2020 ini, ikan Neosilurus novaeguineae sudah tidak ditemukan lagi di danau Sentani.
Situasi lebih buruk dialami oleh spesies ikan anadromous atau migran, yang sebelumnya tercatat ada tujuh spesies, penelitian terbaru hanya berhasil mengidentifikasi satu jenis yakni Anguilla marmorata saja.
Sementara spesies ikan introduksi dalam penelitian terakhir tercatat ada 12 spesies. Di antaranya adalah Channa striata (ikan gabus), Barbonymus gonionotus (ikan tawes), Systomus orphoides (wader), Osteochilus vittatus (malem), Helostoma temminckii (ikan tambakkan), dan Trichopodus pectoralis (sepat siam).
Kemudian ada juga Osphronemus goramy (ikan gurami), Oreochromis mossambica (mujair), O. nilotica (ikan nila), Amphilophus labiatus (red devil atau nenek moyang ikan lou han), A. citrinellus (ikan Oscar), serta Anabas testudineus (ikan betik). Kendati jumlah spesies yang tercatat lebih sedikit ketimbang sebelumnya, namun populasinya mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
ADVERTISEMENT
“Jumlah ikan introduksi semakin bertambah, bahkan lebih dari 50 persen biomassa ikan di danau Sentani adalah jenis-jenis introduksi,” lanjutnya.
Sebab Danau Sentani Mulai Tak Ramah Bagi Ikan Asli
Danau Sentani menurut Henderite Loisa Ohee menerima tekanan yang cukup besar akibat berbagai aktivitas manusia. Jika dilihat dari udara, akan terlihat bahwa danau Sentani memiliki keindahan yang luar biasa. Namun sebenarnya, danau ini sudah mengalami masalah yang cukup berat.
Masalah pertama yang terjadi di danau Sentani adalah adanya perubahan habitat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan habitat ini, pertama adalah masifnya pembangunan jalan, rumah, restoran, dan gedung-gedung lainnya di sekitar danau dengan penggusuran sejumlah bukit.
“Hasilnya adalah hutan sagu hilang, garis pantainya berubah drastis. Jadi tumbuhan riparian hilang, sampah banyak, kemudian pantai ditimbun. Sehingga hilang sudah daerah bermain, mencari makan, dan daerah bertelur ikan,” ujar Henderite.
ADVERTISEMENT
Misalnya ikan sentani gudgeon atau Oxyeleotris heterodon dan red rainbowfish yang sangat suka bermain di akar-akar sagu dengan warna yang cantik. Jenis ikan tersebut kini sudah sangat sulit ditemui karena adanya pembangunan berbagai jenis infrastruktur termasuk jalan.
Selain itu, pembangunan jembatan dan fasilitas rekreasi serta fasilitas pengambilan air danau untuk air minum juga berimbas pada perubahan habitat.
“Serta terjadi sedimentasi dan pendangkalan karena adanya deforestasi di sepanjang daerah tangkapan air,” lanjutnya.
Selain perubahan habitat, danau Sentani juga mengalami masalah degradasi habitat yang cukup serius. Pertama dikarenakan karena aktivitas pembuangan sampah, bahkan di Kabupaten Jayapura, danau Sentani seolah menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.
Tingginya tingkat erosi juga membuat air danau menjadi keruh. Terakhir adalah meningkatnya jumlah keramba jaring apung (KJA) dan keramba jaring tangkap (KJT) di danau Sentani yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
“Masalah berikutnya adalah masuknya jenis-jenis biota asing baik oleh masyarakat maupun kegiatan restocking oleh pemerintah,” ujarnya.
Masuknya biota asing ini juga disebabkan karena banjir tahun lalu yang membuat ikan-ikan budidaya masyarakat di keramba lepas semua ke perairan danau. Eksploitasi ikan untuk komersial maupun untuk konsumsi secara berlebihan juga menjadi masalah yang cukup serius bagi kelestarian biota asli.
Terlebih, 65 sampai 75 daerah danau ditempati oleh manusia di 24 desa yang tersebar di sepanjang pantai dan pulau-pulau kecil. Masalahnya, limbah-limbah domestik dari perkampungan dan semua aktivitas manusia dibuang langsung ke danau. Akibatnya, kualitas air danau Sentani di beberapa titik sudah mengkhawatirkan.
“Jadi bisa dibayangkan berapa banyak limbah domestik yang masuk ke danau, tidak hanya dari mereka, tapi juga dari restoran, hotel di tepi danau Sentani yang membuang limbahnya ke danau,” ujar Henderite.
ADVERTISEMENT
Upaya Konservasi Danau Sentani
Ada beberapa upaya yang saat ini sudah dilakukan oleh para relawan maupun pemerintah untuk mengkonservasi kawasan danau Sentani. Misalnya memberikan edukasi konservasi dengan harapan bisa meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian ekosistem danau Sentani. Kemudian pembersihan, pengelolaan, dan pemanfaatan sampah. Serta meningkatkan penelitian-penelitian di bidang sosial, budaya, dan ekologi.
“Kami sudah coba bentuk yang namanya Sentani Lake Center untuk melakukan kajian-kajian ekologi, sosial, budaya di danau Sentani,” ujar Henderite.
Henderite juga mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat, misalnya bekerja sama dengan para tokoh adat untuk pengelolaan danau serta pembangunan fasilitas pariwisata di danau dengan melibatkan masyarakat setempat.
Selain itu, pemerintah setempat juga telah membangun Cycloop Center yang salah satunya berfungsi untuk mendukung upaya konservasi danau Sentani. Ada juga Sekolah Adat Sentani, yang bertujuan untuk mendidik anak-anak asli Sentani tentang sosial-budayanya serta nilai-nilai ekologi di danau Sentani.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, menurut Henderite masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan dalam upaya konservasi danau Sentani. Pertama bagaimana meningkatkan kepedulian masyarakat, terutama dalam pengelolaan limbah yang baik sehingga tidak terus menerus mencemari danau.
“Kemudian membangun inisiatif lingkungan berbasis masyarakat,” lanjutnya.
Penelitian terkait biota di danau Sentani, aspek-aspek biologi dan ekologinya juga perlu terus ditingkatkan. Penelitian-penelitian tersebut sangat diperlukan untuk membuat strategi konservasi spesies dan habitat di danau Sentani.
“Termasuk bagaimana bersiasat dengan menu makan kita,” pungkas Henderite Loisa Ohee. (Widi Erha Pradana / YK-1)