Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Maret-April Waktunya Berburu Manggis, Ratunya Buah Tropis
email: [email protected]
7 Maret 2020 14:41 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika durian adalah raja buah, maka ratunya adalah manggis. The queen of tropical fruits, begitu dunia menjulukinya: Ratunya buah tropis.
ADVERTISEMENT
Seperti yang tertera di julukannya, ya, manggis memang termasuk buah tropis yang banyak tersebar di wilayah Asia Tenggara mulai dari Thailand, Malaysia, Myanmar, Sri Lanka, Filipina, dan tentunya Indonesia.
“Sekarang baru mulai musim (manggis), puncaknya nanti akhir bulan depan (April),” kata Ipung, Rabu (4/3).
Ipung adalah salah seorang penjual buah di Pasar Induk Buah dan Sayur Gemah Ripah Gamping, Sleman, Yogyakarta. Sore itu, sekitar empat ton manggis sudah tertata rapi di los miliknya, dipisahkan menjadi tiga kelas berdasarkan ukurannya. Manggis-manggis itu baru saja sampai dari Tasikmalaya, Jawa Barat siang tadi.
Kata Ipung, manggis asal Tasikmalaya merupakan salah satu yang terbaik di Jawa. Sebenarnya dekat-dekat Yogyakarta, yakni di Purworejo, cukup terkenal juga produksi manggisnya. Namun secara kualitas, manggis dari Purworejo masih kalah dibandingkan manggis dari Tasikmalaya.
ADVERTISEMENT
“Soalnya kalau di Tasik kan perkebunan, memang fokus budidaya manggis. Kalau di Purworejo kan cuman di kebun-kebun biasa, enggak diurus sama petaninya,” lanjutnya.
Senada, Umar, penjual manggis lainnya juga mengatakan demikian. Ketika dipegang, manggis asal Tasikmalaya terasa lebih empuk, sedangkan manggis dari Purworejo terasa lebih keras.
“Lebih tahan lama yang dari Tasik juga, rasanya juga lebih manis,” kata Umar.
Warna Merah Hati
Manggis bisa bertahan sekitar dua hari setelah masak agar kualitas rasanya tetap maksimal. Menurut Ipung, tak terlalu sulit untuk memilih manggis dengan kualitas terbaik. Paling mudah, pertama adalah dengan melihat warna kulitnya.
“Jadi warnanya merah hati, kalau udah kehitaman sudah busuk biasanya,” jelas Ipung.
Tapi warna saja belum menjamin kualitas manggis, kita juga perlu meraba dan sedikit menekan permukaan manggis. Manggis yang bagus, kata Ipung, memiliki permukaan kulit yang mulus, tidak keriput apalagi pecah dan bergetah.
ADVERTISEMENT
Getah kekuningan yang biasa menempel di kulit manggis menandakan bagian dalamnya juga bergetah. Getah ini biasanya karena buah manggis sempat jatuh atau tertindih, sehingga mengakibatkan kulitnya sedikit pecah. Selain itu, jika ditekan manggis yang bagus juga terasa empuk.
“Kalau keras, terus warnanya kehitaman, itu biasanya dalemnya udah terlalu matang atau malah busuk, jadi rasanya pahit,” lanjutnya.
Umar mengambil satu buah manggis yang ada di dekatnya. Dia tekan dengan tangannya sampai manggis itu terbelah dan memperlihatkan daging buah yang berwarna putih bersih.
“Kalau yang keras itu, dagingnya jadi kuning karena nempel sama kulitnya, terus rasanya pahit,” kata Umar.
Selalu Ludes dalam Sehari
Ketika memasuki musim panen begini, nyaris setiap hari selalu ada stok manggis baru yang datang ke Pasar Buah Gamping. Sekali angkut, biasanya bisa mencapai empat sampai enam ton, dan hampir selalu habis dalam sehari.
ADVERTISEMENT
Selain untuk memenuhi kebutuhan lokal di DIY, manggis-manggis yang sudah di Pasar Buah Gamping ini juga menyuplai sejumlah daerah di sekitar Yogyakarta seperti Klaten, Solo, Wonogiri, Magelang, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, hingga Purwokerto.
“Cukup besar memang peminatnya kalau manggis,” kata Umar.
Manggis yang datang di los milik Ipung maupun Umar akan disortir lagi menjadi tiga kelas; A, B, dan C. Kelas C adalah manggis yang ukurannya paling kecil, biasanya dijual dengan harga Rp 7.500 per kilogram. Kelas B manggis dengan ukuran sedang, dijual per kilogramnya sekitar Rp 9.000. Sedangkan untuk kelas A adalah manggis-manggis dengan kualitas terbaik dan ukuran paling besar.
“Yang kelas A itu yang market-an, jadi buat supermarket, swalayan gitu. Harganya Rp 12 ribu per kilo,” kata Ipung.
ADVERTISEMENT
Sebisa mungkin, kata Ipung, manggis memang harus sudah terjual semua dalam sehari. Jika sudah dua hari belum terjual, kualitas manggis akan menurun, otomatis harga jualnya pun turun.
Musim hujan begini, menjadi kendala tersendiri bagi para penjual buah, termasuk manggis. Selain pembeli di pedagang eceran sepi, hujan juga cukup menghambat proses distribusi. (Widi Erha Pradana / YK-1)