Masuk Puncak Musim, Saatnya Berburu Alpukat Mentega Terbaik

Konten dari Pengguna
16 Januari 2021 12:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi alpukat mentega. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alpukat mentega. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Januari adalah waktu yang paling tepat untuk berburu alpukat. Menurut para pedagang di Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan, Yogyakarta, setidaknya sampai bulan depan stok alpukat sedang banyak-banyaknya.
ADVERTISEMENT
Salah satu pedagang di Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan yang menjual alpukat, Danang Purwanto, 36 tahun, membocorkan bagaimana memilih alpukat mentega terbaik.
Cara paling gampang adalah dengan melihat warna kulitnya. Alpukat yang sudah matang, memiliki warna kulit hijau keunguan yang halus. Jika warna alpukat masih hijau, artinya alpukat itu belum masak dan harus diperam dulu sebelum dikonsumsi.
“Kalau warnanya udah ungu tapi kusam, terus ditekan pakai tangan itu lembek, itu sudah kelewat matang,” ujarnya Rabu (13/1).
Alpukat dengan kematangan yang pas, ketika ditekan akan terasa empuk, tidak keras dan tidak lembek atau benyek. Tapi hati-hati ketika menekan alpukat, pakailah telapak tangan, sebab jika hanya ditekan dengan satu jari saja berpotensi sekali merusak daging buah.
ADVERTISEMENT
Ketika dibelah, alpukat mentega dengan kematangan sempurna memiliki daging berwarna kuning tua yang lembut dan bersih. Jika alpukat terlalu matang, maka akan terlihat banyak serat berwarna hitam di permukaan dagingnya.
“Terus bijinya itu gampang copot. Makanya bisa juga ngeceknya sambil dikocok-kocok, kalau terasa ada bunyi atau biji yang goyang di dalamnya berarti udah masak itu,” ujar Danang yang hari itu masih ada sekitar 20 peti alpukat yang baru datang dari Kendal malam harinya.
Kudus Penghasil Alpukat Terbaik
Wawan, salah seorang pedagang alpukat di Pasar Giwangan, Yogya. Foto: Widi Erha Pradana.
Salah seorang pedagang lain, Wawan, membocorkan alpukat mentega dari daerah mana yang terbaik. Dia, menjual alpukat dari Gunungkidul, Kendal, Boyolali, atau Kudus. Daerah terakhir ini menurut dia adalah penghasil alpukat dengan kualitas terbaik.
ADVERTISEMENT
“Paling bagus dari Kudus, Muria. Soalnya mentega asli. Gunungkidul juga ada mentega asli, tapi yang terbaik tetap Kudus,” ujar Wawan di sela merapikan peti-peti buah di losnya, Rabu (13/1).
Alpukat Kudus menurutnya memang sudah terkenal dengan kualitasnya yang bagus. Karena itu, biasanya alpukat-alpukat dari Kudus ini dijual di swalayan atau supermarket. Selain itu, ukuran alpukat asal Kudus menurutnya juga bisa dua kali sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan daerah lain.
“Jadi ukurannya besar, kulitnya itu halus banget,” ujarnya.
Tapi bagi Wawan, sebenarnya tidak terlalu penting dari mana alpukat berasal. Yang paling penting adalah jenisnya mentega, karena itu yang paling banyak digemari konsumen.
Alpukat mentega memiliki daging buah yang lebih tebal dibandingkan dengan alpukat biasa. Selain itu teksturnya juga lebih lembut dengan rasa yang khas. Alpukat mentega, memiliki rasa yang lebih manis dan sedikit rasa gurih.
ADVERTISEMENT
“Makanya banyak juga yang langsung dimakan, enggak harus dijus dulu,” ujarnya.
Harga Stabil
Ilistrasi alpukat mentega. Foto: Widi Erha Pradana.
Meski memasuki musim panen puncak, namun harga alpukat cenderung masih bagus. Tak seperti kebanyakan buah musiman yang harganya akan langsung anjlok ketika puncak musim, harga alpukat bisa dibilang relatif stabil. Penurunan harga pasti ada, tapi tidak terlalu parah.
Untuk alpukat mentega dengan ukuran besar, harga per peti atau sekitar 50 kilogram berada di kisaran Rp 12 ribu sampai Rp 13 ribu per kilogram. Sedangkan alpukat untuk ukuran paling kecil, masih di kisaran harga Rp 7 ribu.
Ada juga alpukat kualitas super, Wawan menjualnya Rp 17 ribu per kilogram. Dan harga ini akan semakin tinggi ketika puncak musim alpukat telah berakhir karena secara otomatis stok juga akan berkurang.
ADVERTISEMENT
“Kalau alpukat memang stabil, turunnya tidak terlalu lah. Sebenarnya lebih menguntungkan, cuma kan musiman. Jadi enggak bisa jual setiap saat,” ujar Wawan.
Pada musim penghujan seperti sekarang, menurutnya agak sulit menjual alpukat. Pasalnya, pasar utama alpukat adalah penjual-penjual jus. Ketika warung jus sepi, otomatis pedagang yang mengambil alpukat ke tempatnya juga berkurang. Beruntung alpukat bukan termasuk buah yang cepat busuk, sehingga lima hari sampai satu minggu tak terjual pun masih aman.
Tapi ketika musim cuaca sedang terik, penjualan alpukat lebih cepat berkali-kali lipat.
“Kalau panas itu cepat. Kemarin panas tiga hari itu, 30 peti habis kok sehari. Cuaca ngaruh banget kalau alpukat, soalnya buat jus kan,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT