Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Menghindari Pertempuran Burung Hantu vs Burung Walet, Mengurai Dilema Petani
email: [email protected]
21 Mei 2020 7:20 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Surip tidak menyangka, tiang T dan rubuha atau gupon burung hantu yang dia pasang di sawahnya ternyata benar-benar memberikan dampak yang signifkan. Surip adalah seorang petani di Sukolilo, Pati, dengan sawah sekitar 4.000 meter persegi.
ADVERTISEMENT
Setelah sekitar dua bulan dipasang, ketika malam hari ternyata kerap ditemui burung hantu yang bertengger di tiang T maupun di rubuha yang dibuat Surip. “Sekarang Alhamdulillah tanaman belum ada yang diserang tikus, padahal musim tanam November kemarin 70 persen hancur dimakan tikus,” kata Surip, Rabu (20/5).
Bagi petani, burung hantu memang sudah menjadi sahabat karena bisa mengurangi populasi hama tikus cukup signifikan. Sepasang burung hantu dan anaknya bisa menghabiskan lebih dari 400 tikus dalam sebulan.
Tapi, petani lain yang kebetulan juga menjadi peternak burung sritu wallet justru sangat membenci kehadiran burung hantu. Sebab, burung hantu merupakan salah satu hama utama bagi para peternak walet atau sriti.
Seperti dialami oleh Jalu, seorang petani di Yogyakarta yang juga menjadikan atap rumahnya sebagai sarang burung sriti.
ADVERTISEMENT
“Mereka pembunuh dan perusuh, kalau sudah biasa makan burung sriti atau gereja, enggak mau cari tikus lagi dia (burung hantu),” kata Jalu, saat diminta pandangannya terkait burung hantu di desanya, kemarin.
Seperti simalakama, sebuah dilema di perdesaan, burung hantu dirindukan oleh satu petani dan begitu dibenci oleh petani lain.
Siasat Menghindari Pertempuran
Sebenarnya ada acara untuk menghindari dilema yang dialami oleh komunitas petani terkait kehadiran burung hantu di ekosistem kehidupan mereka. Sayangnya tak banyak yang mengetahuinya sehingga sering menimbulkan friksi antar petani yang berbeda kepentingan.
Ketua Bidang Konservasi Raptor Club Indonesia (RCI), Lim Wen Sim, yang juga seorang inisiator pemanfaatan burung hantu untuk pertanian di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman mengatakan, ada sebab kenapa burung hantu bisa memburu sriti atau wallet.
ADVERTISEMENT
Penyebab pertama menurut Lim, burung hantu muda yang mulai lepas dari induknya belum memiliki sarang sehingga membuatnya mengekspansi bangunan tinggi dan gelap yang menjadi sarang burung sritu atau wallet yang dikelola oleh petani.
“Kalau tahu masalahnya maka akan bisa dicegah bagaimana agar burung hantu muda ini tidak mengekspansi bangunan tinggi yang pada akhirnya memakan sriti atau wallet yang menempati bangunan tinggi itu,” jelas Lim.
Nah, ada cara praktis agar burung hantu tidak berani masuk ke gedung yang menjadi sarang sriti atau walet. Cara pertama adalah memasang lampu dengan daya 10 watt di atas pintu masuk sarang. Lampu harus selalu dinyalakan sejak pukul 7 malam hingga 5 pagi.
“Karena burung hantu takut dengan cahaya terang, dia tidak akan berani masuk ke gedung sarang sriti meskipun pintu sarang cukup lebar,” ungkap Lim.
ADVERTISEMENT
Cara lain bisa dengan menggunakan teknik buka tutup pintu gedung untuk sarang sriti atau walet. Caranya di bagian luar pintu, sekitar 50 cm di atas bibir lubang masuk sarang dipasang rel dengan panjang dua kali dari pintu sriti. Daun pintu dibuat lebih lebar dari lubang pintunya, di sisi kanan dan kirinya dipasang tali sampai ke bawah. Pintu dibuka pukul 5 pagi atau sebelum walet keluar gedung, sementara pukul 8 malam pintu ditutup untuk menghindari burung hantu masuk ke dalam gedung.
“Solusi praktis adalah dengan membuat pintu walet atau sriti buka tutup dan menyediakan sarang buatan ideal untuk burung hantu,” lanjut Lim Wen Sim.
Agar Burung Hantu Mau Tinggal di Sawah
ADVERTISEMENT
Upaya lain agar burung hantu tidak tinggal di atap-atap rumah adalah memastikan semua burung hantu yang telah beranjak dewasa memiliki sarangnya di sawah. Selain tidak mengganggu ekosistem lain seperti burung sriti dan burung wallet, jika burung hantu tinggal di sawah maka serangan tikus sawah bisa dikendalikan.
Selama ini seringkali ada anggapan bahwa burung hantu yang mau menempati sarang yang disediakan petani di tengah sawah adalah dengan membeli anakan burung hantudan langsung menempatkannya di sana dengan cara mengurung beberapa saat agar si burung hantu terbiasa.
Josafat Agung Sulistiyo, pengurus RCI lainnya yang juga ikut membantu petani di Dusun Cancangan mengendalikan hama tikus dengan burung hantu mengatakan ada proses alami yang bisa ditempuh supaya burung hantu liar pun mau tinggal di lahan persawahan.
ADVERTISEMENT
“Tidak perlu anakan beli di pasar, sebab burung hantu ini sebenarnya masih banyak di sekitar kita. Tinggal kita memelihara habitatnya, mengondisikan para petani untuk ikut menjaga, mereka (burung hantu) pasti akan datang,” kata Josafat Agung Sulistiyo.
Sebagai langkah awal, bisa dilakukan pengamatan pergerakan burung hantu di sawah pada malam hari menjelang maghrib. “Dilihat lintasan terbangnya, kalau sudah ketemu, bikin tiang T dari bambu,” lanjutnya.
Tiang T ini ditujukan sebagai tempat burung hantu bertengger ketika berburu tikus. Tiang T perlu dipasang sebanyak mungkin untuk memudahkan burung hantu berburu. Jika mereka sudah terpantau sering berburu di tempat tersebut, barulah rubuha atau rumah burung hantu bisa didirikan.
Penggunaan racun tikus juga harus dicegah, sebab selain membunuh tikus, burung hantu yang memangsa tikus yang terpapar racun juga akan ikut mati. Kebersihan lahan perlu diperhatikan, pematang harus bersih dari berbagai tanaman supaya tikus tidak bisa sembunyi sehingga mudah dideteksi oleh burung hantu.
ADVERTISEMENT
“Kalau ingin dibantu oleh burung hantu Tyto alba ini, Anda juga harus membantu memudahkan mereka dalam proses berburu,” tegas Josafat.
Membuat Rumah Burung Hantu
Josafat juga berbagi tips bagaimana membuat rumah burung hantu atau rubuha. Biasanya, Josafat membuat rubuha dari papan kayu waru dengan ketebalan papan 1,8 mm. Sebenarnya kayu yang digunakan bisa apa saja, meskipun nantinya akan berpengaruh pada umur rubuha.
Untuk ukuran dimensi rubuha bisa dengan panjang 75 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 50 cm. Pintu berukuran 15 cm x 10 cm, dan teras memiliki ukuran 13 cm. “Jangan lupa celah antarpapan didempul, supaya sinar matahari tidak bisa masuk. Hal lain yang perlu diperhatikan juga, sekat di depan pintu masuk, fungsinya juga untuk mencegah sinar matahari masuk,” jelas Josafat.
ADVERTISEMENT
Agar lebih awet, bagian atas rubuha sebaiknya dilapisi karpet talang atau seng talang. Untuk tiang rubuha bisa menggunakan bambu petung atau besi galvalum dengan tinggi 6 meter. Saat dipasang, satu meter tiangnya dicor semen di pematang tempat burung hantu sering melintas.
Pasang juga tiang T dari bambu di sekitar rubuha dan di pematang-pematang sawah. “Fungsinya sebagai sarana anak-anak burung hantu untuk bertengger ketika belajar terbang dan piranti mereka dalam mengamati hama tikus di sawah,” ujar Josafat. (Widi Erha Pradana / YK-1)