Konten dari Pengguna

Penting untuk Terus Percaya Talenta Indonesia Bisa Ciptakan Solusi Teknologi

Pandangan Jogja Com
email: pandanganjogja@gmail.com
17 Februari 2020 11:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilistrasi kolaborasi startup teknologi. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilistrasi kolaborasi startup teknologi. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Banyak pendiri startup di bidang teknologi yang semangatnya redup di tengah jalan karena persoalan teknis. Karena mayoritas pendiri startup lahir dari orang-orang teknologi, keahlian mereka terbatas hanya bagaimana membuat produk tanpa dibekali kemampuan menjualnya yang memadai.
ADVERTISEMENT
Padahal, dalam konteks bisnis, justru kemampuan menjual atau memasarkan produk itulah yang utama. Selain kemampuan membuat produk, pemilik startup juga harus menguasai kemampuan membaca segmentasi pasar, business rule, dan semua kemampuan untuk berbisnis.
Direktur Program Inkubasi Amikom Business Park (ABP) Startup Incubator, Arif Akbarul Huda, mengungkapkan lebih jauh masalah lebih mendasar dari ekosistem startup. Yakni, sangat jarang para pendiri startup yang memiliki visi jelas terkait bagaimana mengembangkan bisnisnya ke depan.
“Kemampuan menjual itu hal teknis yang krusial, namun ada masalah yang jauh lebih mendasar, yakni ketika ditanya apa visi perusahaan 10 tahun yang akan datang, enggak sampai. Hanya sedikit yang bisa menjawab dengan jelas,” kata Arif di Jogja pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Pernah beberapa startup yang diinkubasi oleh ABP memiliki kesempatan untuk mendapatkan funding yang lebih besar, sekitar Rp 1 miliar sampai Rp 2 miliar. Tapi ketika ditanya bagaimana visi 10 tahun mereka yang akan datang, mereka masih belum memiliki roadmap yang jelas.
“Jadi itu yang jadi PR, bagaimana agar startup itu punya visi yang long term,” demikian Direktur Learning & Growth ABP Eli Pujastuti menambahkan pengamatan Arif atas kondisi startup di Jogja dan Indonesia pada umumnya.
Teman Tumbuh
Ilustrasi membuat pemetaan masalah. Foto : Pixabay
Dalam skana keterbatasan para founder startup itulah, Amikom Business Park (ABP) didirikan. Dalam kata-kata Arif Akbarul Huda,”ABP hadir untuk melengkapi knowledge-nya temen-temen yang dia pingin bikin startup namun punya banyak keterbatasan. ABP ingin jadi teman tumbuh.”
ADVERTISEMENT
ABP merupakan inkubator startup yang berada di bawah Yayasan Amikom. Meski membawa nama Amikom, namun mereka terbuka untuk umum, artinya semua startup punya peluang untuk bisa mengikuti program inkubasi yang mereka miliki. Dalam program inkubasi inilah setiap pendiri startup akan digembleng habis-habisan supaya kualitas bisnis dan visinya menjadi ideal.
ABP bermula dari adanya program kerja sama antara Amikom dengan Kementerian Kominfo pada 2013 silam yang bernama Inkubator Industri Telematika Yogyakarta (I2TY). Tujuannya tak jauh berbeda, membangun ekosistem startup di Jogja. Namun program itu hanya bertahan sampai 2015. Akhirnya semua sarana yang dihibahkan oleh Kominfo diambil lagi.
“Tapi karena kita concern untuk menumbuhkan ekosistem startup di Jogja, I2TY itu harus tetap dilanjutkan walaupun program dari pemerintah sudah selesai,” ujar Eli.
ADVERTISEMENT
Akhirnya program inkubasi tetap dilanjutkan di bawah Amikom Foundation dengan nama baru, Amikom Business Park (ABP). Setidaknya ada tiga misi utama ABP, yakni sebagai talent pool, ecosystem builder, serta startup incubation.
Sebagai talent pool, ABP akan menyiapkan talent-talent untuk perusahaan startup yang berkualitas. ABP banyak mengadakan event dan berkolaborasi dengan sejumlah pihak supaya bisa menumbuhkan ekosistem startup yang semakin baik.
“Sebagai startup incubation, kami akan membantu startup-startup supaya bisa tumbuh lebih cepat degnan pendampingan yang intensif,” lanjut Eli.
Semua Bisa Join
Direktur Program Inkubasi Amikom Business Park (ABP) Startup Incubator, Arif Akbarul Huda. Foto : Widi Erha Pradana
Sejak awal berdiri, sampai sekarang, ABP sudah menginkubasi hampir 30 startup. Program inkubasi yang mereka sediakan terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan untuk mengembangkan startupnya.
“Tinggal datang langsung ke sini (ABP), cuman ngisi formulir,” kata Arif.
ADVERTISEMENT
Setelah mendaftar, nantinya startup-startup itu akan dikelompokkan berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh tim ABP menggunakan matrik-matrik tertentu. Misalnya sudah sampai mana pembuatan produknya, sudah berapa jumlah penggunanya, timnya sudah lengkap atau belum, dan sebagainya yang akan menjadikan patokan dalam mengelompokkan startup tersebut.
Setelah dipetakan, barulah mereka akan dikumpulkan dalam satu batch inkubasi berdasarkan progresnya masing-masing.
“Nanti kita pisahkan mereka mana yang early stage, mana yang sudah running, karena tiap keriteraia treatment-nya pasti berbeda,” ujar Eli.
Klinik Startup, Tempat Konsultasi Gratis
Direktur Learning & Growth ABP Eli Pujastuti. Foto : Widi Erha Pradana
Salah satu program utama yang dimiliki oleh ABP yaitu klinik startup. Program ini merupakan wadah untuk para startup melakukan konsultasi terkait kendala-kendala yang dia hadapi kepada para pakar yang disediakan oleh ABP.
ADVERTISEMENT
“Jadi kami ada konsultasi gratis, tinggal datang saja ke sini di jam kerja,” kata Eli.
Selain klinik startup, ada juga beberapa program lain seperti talent gathering, startup talk, juga tentu saja program inkubasi. Dalam proses inkubasi ini, para pelaku startup akan digembleng berdasarkan kebutuhan masing-masing. Misal ada startup yang butuh pembinaan dari hal yang paling dasar, ada yang sudah berjalan dan tinggal kurang beberapa hal saja, dan sebagainya, semua pembinaan disesuaikan dengan apa yang mereka butuhkan.
“Dan yang jelas kami punya network. Bagaimanapun kan perjalanan bisnis itu penting banget yang namanya jejaring, relasi,” kata Arif.
Selain memiliki jejaring komunitas dengan para pelaku startup lainnya, ABP juga memiliki media berupa radio, televisi, serta akses ke sejumlah media massa. Hal ini menurut Irul merupakan aset yang sangat penting bagi perkembangan perusahaan-perusahaan startup tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, startup-startup yang telah diinkubasi ini akan dihubungkan dengan investor-investor yang sesuai dengan bidangnya, baik itu hibah maupun angel investor.
“Jadi mana yang ready untuk di-fund, akan kami hubungkan dengan investor,” lanjutnya.
Hingga sekarang, ABP sudah membantu sejumlah startup mendapatkan funding dengan total pendanaan lebih dari 2,5 juta dollar AS atau lebih dari Rp 34 miliar. Beberapa startup yang telah diinkubasi juga sudah ada yang memiliki pendapatan hingga miliaran rupiah.
Tren Ekosistem Startup Jogja Menurun
Sekitar dua sampai tiga tahun lalu, demam startup begitu mewabah menjangkit semua orang. Mereka berlomba-lomba bikin startup, namun satu persatu runtuh, setelah tahu mendirikan startup tidak semudah membalikkan telapak tangan.
“Tahun ini rasanya agak sedikit menurun trennya. Kalau analisis saya, dulu itu sangat ditopang dengan gembar-gembornya pemerintah, sedangkan sekarang isunya agak geser. Startup kurang disinggung lagi,” kata Arif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masyarakat juga tampaknya belum menemukan semangat lagi untuk membangun startup seperti beberapa tahun sebelumnya setelah melihat banyaknya startup yang berguguran. Padahal, kalau berbicara potensi, Jogja memiliki potensi yang sangat besar.
Sebagai kota pelajar dengan jumlah kampus yang banyak, Jogja memiliki banyak potensi dibanding kota-kota lain di Indonesia. Terlebih didukung dengan beragamnya latar belakang ilmu pengetahuan yang ada di Jogja, membuat Jogja tidak pernah kekurangan talenta. Sayangnya, dari sekian banyak kampus di Jogja, hanya beberapa saja yang benar-benar fokus ikut membangun ekosistem startup.
Kendati demikian, kondisi sekarang dinilai tetap masih lebih baik ketimbang awal-awal berdirinya ABP 2015 silam. Saat itu, ekosistem startup benar-benar belum terbangun dengan baik. Masyarakat, bahkan anak-anak muda juga masih asing dengan startup.
ADVERTISEMENT
“Sekarang sudah jauh lebih bagus, dengan adanya komunitas, event-event, co-working space yang dulunya dipandang remeh, sekarang juga sudah semakin banyak,” ujar Eli.
Arif menambahkan, mungkin secara bisnis, potensi pasar di Jogja tidak sebesar di Jakarta atau Bandung. Namun, ada beberapa sektor yang merupakan potensi pasar yang cukup besar, yakni sektor pendidikan dan pariwisata.
“Misal aplikasi hotel atau penginapan, yang berhubungan sama wisata lah. Itu potensinya besar di Jogja. Di tengah semua keterbatasan, penting untuk terus percaya, Jogja dan Indonesia akan punya solusi teknologi yang efisien dan berkelanjutan untuk memecahkan banyak masalah,” pungkas Arif. (Widi Erha Pradana / YK-1)