Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pertama Kali Sejak 1951, UGM Kuliah Kerja Nyata (KKN) Lewat Udara
email: [email protected]
12 Mei 2020 5:39 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Universitas Gadjah Mada (UGM), sudah dimulai sejak 1951. Dan pada 2020 ini, sejarah mencatat UGM melakukan KKN secara daring untuk pertama kalinya karena adanya pandemi virus corona. Benar, KKN di UGM tahun ini dilaksanakan secara daring atau online. Di Yogya, UGM termasuk salah satu kampus yang pertama mempraktekkan KKN melalui udara atau online.
ADVERTISEMENT
Bagaimana mungkin KKN dilakukan secara daring? Bukankah KKN identik dengan kegiatan mahasiswa terjun dan membaur bersama masyarakat untuk memberdayakan wilayah tersebut? Lantas bagaimana mahasiswa bisa membaur dan memberdayakan masyarakat jika KKN dilakukan secara daring?
Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Irfan Dwidya Prijambada menjelaskan, meski dilaksanakan secara daring bukan berarti tujuan KKN tidak dapat dicapai. Dia juga mengatakan sempat ada kebingungan dari pejabat lokasi penempatan mahasiswa KKN terkait dengan pelaksanaan KKN secara daring.
“Kemarin kan saya mengantar mahasiswa yang KKN di Ponjong di Gunungkiudul, dari 40 mahasiswa yang datang hanya 3 orang untuk mewakili. Pak Camat juga bingung, gimana caranya KKN daring?” kata Irfan di Yogyakarta pekan lalu.
Dengan tema “Peduli COVID” KKN tahun ini bertujuan mengedukasi masyarakat tentang COVID-19. Pasalnya, selama ini masyarakat hanya mendapatkan informasi dari media sosial dan YouTube yang kebenarannya tidak bisa dipertanggung jawabkan. “Informasinya pun bukan yang bergizi, kadang-kadang yang ditenggak racun, karena hoaks,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Misalnya adanya informasi bahwa virus corona dapat terbang di udara. Ada juga yang mengatakan COVID-19 bisa menular lewat kentut serta virus tidak bisa mati meski sudah direbus dalam air yang mendidih. Tiga informasi tersebut menurut Irfan adalah contoh informasi menyesatkan yang sudah berkembang di tengah masyarakat.
“Nah saya ingin menggelontor ke masyarakat dengan informasi yang benar melalui mahasiswa-mahasiswa KKN karena UGM tidak punya kepentingan menipu rakyat,” tegas akademisi bergelar profesor ini.
Membuat Media Informasi Tentang COVID-19
Periode ini, mahasiswa KKN UGM difokuskan untuk menyebarkan informasi-informasi kepada masyarakat untuk melawan informasi-informasi yang menyesatkan. Misalnya tentang bagaimana proses penularan COVID-19, bagaimana mencegahnya, penggunaan masker ketika di luar rumah, serta protokol-protokol yang penting untuk diketahui masyarakat dalam rangka penanganan COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Kemudian misalnya siapa yang rentan? Apa yang harus dilakukan? Orang-orang tua, ada berapa orang tua di situ yang umurnya 60an tahun? Itu yang harus diselamatkan,” kata Irfan.
Atau misalnya penanganan yang harus diberikan kepada pendatang dari Jakarta. Edukasi yang diberikan bukanlah menolak mereka, melainkan tetap menerima namun wajib mematuhi protokol kesehatan yang berlaku misalnya harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari di rumah.
“Nah mahasiswa kan juga bisa ikut memantau perkembangannya, telepon ke ketua satgasnya, demam tidak, suhu tubuhnya gimana, bisa kan?” jelasnya.
Ketika ada warga yang positif, mahasiswa KKN juga dikerahkan untuk memberikan edukasi supaya masyarakat membantunya, alih-alih memberikan stigma negatif. “Jangan dikucilkan, salah apa dia? berbuat tidak senonoh juga tidak,” lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Siapkan Ekonomi Masyarakat Pascapandemi
Di samping memberikan edukasi soal penanganan COVID-19, mahasiswa KKN juga ditugaskan untuk membantu masyarakat mempersiapkan perekonomiannya pascapandemi. Mahasiswa nantinya bisa menanyakan potensi desa tersebut dan bagaimana situasinya sekarang.
“Misalnya di bidang peternakan, tidak bisa jual. Mbok sudah dibumboni (diolah), dijadikan ayam ungkep. Terus dijual dalam bentuk ungkepan,” jelasnya.
Atau misal telur tidak laku, bisa diolah menjadi olahan telur balado, sehingga selain bisa lebih awet, bisa juga meningkatkan nilai jual. “Itu kan bisa disampaikan lewat online juga,” lanjut Irfan.
Nantinya, program-program ini akan dilanjutkan oleh mahasiswa yang KKN di periode berikutnya, sehingga terus berkelanjutan. KKN daring menurut Irfan adalah pilihan paling tepat saat ini. Bagaimanapun KKN merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh, sehingga tidak mungkin dihilangkan kecuali kurikulumnya diubah dulu dan itu menurutnya jauh lebih sulit.
ADVERTISEMENT
Atau pilihan lainnya, tetap menerjunkan mahasiswa KKN seperti biasa, risikonya mereka akan menulari orang satu Indonesia atau sebaliknya mereka yang akan tertular. Hal ini juga akan sangat kontradiktif dengan kampanye physical distancing, alih-alih menahan perpindahan manusia malah menerjunkan ribuan mahasiswa ke seluruh wilayah Indonesia.
“Kalau saya ditanya, tapi kan enggak optimum? Saya bisa balik tanya, memang kuliah kamu optimum? Kalau kuliah boleh tidak optimum, kenapa KKN harus optimum?” ujarnya.
Bagaimana Mahasiswa Mengeksekusi Program
Andre Krislee, peserta KKN daring dari Jurusan Profesi Dokter mengaku sempat kecewa ketika kampus memutuskan kebijakan untuk melaksanakan KKN secara daring. Pasalnya, dia sudah menyusun berbagai rancangan program dan sudah bertemu dengan pemangku daerah setempat. Awalnya dia bingung, pemberdayaan masyarakat seperti apa yang bisa dilakukan secara daring. Namun setelah mendapat pengarahan dari dosen pembimbing dan berdiskusi dengan teman-temannya, ternyata KKN daring tak seburuk yang dia bayangkan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Untuk program KKN online lebih banyak dalam membuat siaran lewat udara atau lewat media internet, seperti poster, video, dan podcast terkait edukasi corona,” ujarnya.
Hal itu membuatnya sempat kewalahan, karena dia tidak pernah menggunakan media kreatif sehingga harus belajar semua dari awal. Kadang, komunikasi dengan teman-temannya juga terhambat karena tidak semua online di saat yang sama, bahkan ada juga yang kesulitan koneksi.
Peserta KKN lainnya dari Fakultas Kehutanan UGM, Aghta Desya, juga mengatakan mereka kerap kesulitan menghubungi masyarakat karena banyak dari mereka yang belum terbiasa menggunakan telepon untuk berkomunikasi.
Bagi dia pribadi, KKN daring ada sisi menyenangkan namun ada yang menyedihkan. Dia merasa senang karena tidak harus menginap dalam waktu lama karena tidak betah tinggal lama-lama di rumah orang.
ADVERTISEMENT
“Namun sedihnya saya tidak sempat memberdayakan masyarakat secara langsung, mengeksplor lebih jauh potensi desa yang dapat kami angkat ke publik, serta tidak sempat melaksanakan program bersama teman-teman satu pondokan yang sangat asyik,” cerita Aghta.
Adapun beberapa program yang dilakukan Aghta selama KKN online di antaranya membuat ingfografis terkait COVID-19 dan bagaimana cara mengisi waktu luang selama di rumah agar tidak bosan dan tetap mendapatkan penghasilan. Dia juga melakukan pemantauan COVID-19 di salah satu padukuhan dan memberikan penyuluhan secara daring seperti penanganan dan pendataan pendatang yang masuk desa, ODP, PDP, positif, sembuh, maupun meninggal dunia.
“Aku juga buat PPT dan video program yang sudah direncanakan sebelumnya untuk dilaksanakan di lokasi KKN. PPT dan video ini kemudian dikirimkan kepada kepala desa dan tokoh masyarakat yang berada di lokasi awal KKN kami,” lanjut Aghta.
ADVERTISEMENT
Namun tidak sepenuhnya KKN dilakukan secara daring. Beberapa mahasiswa tetap terjun ke lapangan sebagai perwakilan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bisa dilakukan secara daring. Risma Sari Septiningrum, mahasiswa Jurusan Geografi Lingkungan misalnya masih sering ke lokasi KKN untuk melakukan program seperti pembagian masker dan hand sanitizer.
“Tapi tetap jaga jarak, pakai masker dan sarung tangan juga. Proporsinya juga masih lebih dominan kegiatan via online,” kata Risma.
Situasi memang sulit, tapi bagi Risma pengabdian tidak bisa dibatasi oleh jarak dan lokasi. “Tetapi ikhlas dan mau mengabdi untuk kebermanfaatan di lingkungan sekitar,” katanya. (Widi Erha Pradana / YK-1)