Konten dari Pengguna

Pohon Kedawung, Raksasa Penguasa Hutan dan Penyembuh Utama Sakit Manusia

22 Agustus 2020 12:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pohon kedawung. Foto: Amazon.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pohon kedawung. Foto: Amazon.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika diminta menyebut tanaman obat paling penting yang kita miliki, kedawung adalah salah satunya. Sayangnya, kedawung disebut-sebut termasuk ke dalam 30 spesies tumbuhan obat langka di Indonesia yang populasinya terus menurun di habitatnya.
ADVERTISEMENT
Biji tanaman kedawung, merupakan komponen penting dalam industri jamu karena memiliki khasiat mencegah dan mengobati berbagai jenis penyakit.
Guru Besar di bidang konservasi tumbuhan obat tropika dari Fakultas Kehutanan IPB, Ervizal AM Zuhud, atau dikenal Prof Amzu, mengatakan zaman dulu masyarakat Jawa sangat akrab dengan tanaman bernama latin Parkia roxburghii ini. Dia masih satu family dengan pohon petai, jadi sebenarnya rasanya akan sangat akrab begitu melihat buahnya. Namun sayang, saat ini, sudah semakin sedikit yang menggunakan kedawung sebagai obat, bahkan yang mengetahuinya saja sedikit.
Ervizal mengatakan, biji kedawung bisa digunakan untuk mengatasi gangguan rasa sakit seperti nyeri haid, nyeri sebelum bersalin, sakit perut, antidiare, kolera, demam nifas, masuk angin, karminatif, borok, kudis, cacingan, sakit pinggang, radang usus, cacar air, hingga sakit jantung.
ADVERTISEMENT
Biji kedawung juga bisa digunakan sebagai obat cuci rambut dengan cara menumbuknya. Tak hanya bijinya, daun kedawung juga bisa digunakan untuk mengobati sakit perut. Bahkan kulit biji kedawung bisa dijadikan sebagai obat kudis.
“Khasiat kedawung yang paling terlihat adalah sebagai antibakteria yang digunakan dalam pengobatan tradisional untuk infeksi dan gangguan perut,” kata Ervizal AM Zuhud, saat dihubungi belum lama ini.
Nyaris seluruh bagian pohon kedawung juga mengandung senyawa fitosterol yang cukup signifikan. Adapun kandungan fitosterol tertinggi terdapat pada bagian tangkai daun dan polongnya. Tingginya kandungan fitosterol yang diketahui dapat menurunkan kolesterol dari makanan ini membuat kedawung baik untuk dikonsumsi.
Raksasa di dalam Hutan
Buah pohon kedawung mriip sekali dengan buah petai. Foto: istimewa.
Pohon kedawung dewasa memiliki batang yang besar, tingginya bahkan bisa mencapai 45 meter. Di Indonesia, pohon kedawung umumnya ditemukan di areal hutan dengan ketinggian hingga 600 mdpl. Karena ukurannya yang besar, pohon kedawung juga kerap disebut-sebut sebagai salah satu raksasa di dalam hutan.
ADVERTISEMENT
Dengan akar dan batangnya yang begitu besar, pohon kedawung juga memegang peran penting di dalam ekosistem seperti menjadi rumah untuk berbagai jenis satwa hingga menahan laju pengikisan tanah di dalam hutan. Kedawung cocok untuk reklamasi tanah yang ditinggalkan dan juga sebagai tanaman agroforestri.
Sekilas, tanaman kedawung sangat mirip dengan petai, dari bunganya, daunnya, sampai buahnya. Selain Indonesia dan kawasan Asia Tenggara, pohon kedawung juga tersebar di kawasan Afrika seperti Senegal dan Gambia. Di sana pun, pohon ini dikenal sebagai tanaman obat yang ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti diare, sakit gigi, rematik, bronkitis, infeksi, luka luar, luka bakar, serta darah tinggi.
Proses Regenerasi yang Lama
Salah satu faktor yang membuat jumlah kedawung semakin sedikit adalah karena rendahnya tingkat perkecambahan dan regenerasi di alam. Menurut Ervizal, proses regenerasi kedawung berlangsung sangat lambat jika tidak ada campur tangan manusia.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan proses perkecambahan, kedawung memerlukan cahaya yang cukup. Dalam hal ini, manusia memegang peran penting dalam menyebarkan biji kedawung. Sebab jika tidak ada bantuan penyebaran, biji kedawung sulit berkecambah karena rendahnya intensitas cahaya yang masuk ke habitatnya.
“Secara alami, proses regenerasi kedawung sudah dipastikan sangat lambat, sehingga diperlukan intervensi manusia dalam upaya konservasi dan pengembang-biakannya,” ujar Ervizal.
Kedawung juga merupakan spesies pohon hutan yang bersifat intoleran atau tidak suka dengan adanya naungan. Hal ini juga yang membuatnya sangat sulit beregenerasi secara alami di hutan tropika primer. Terbukti dari sulitnya dijumpai individu pohon remaja di habitat hutan alam.
Dari penelitian yang telah dilakukan Ervizal tentang populasi kedawung di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), selama satu dekade lebih sejak 1993 sampai 2006, hanya dijumpai tiga individu anakan dan 136 individu pohon dewasa, sementara individu tingkat pancang dan tingkat tiang tidak ada sama sekali.
ADVERTISEMENT
Saat ini, populasi pohon kedawung di kawasan hutan alam taman nasional diperkirakan tidak lebih dari 200 individu yang sebagian besar terdiri atas individu-individu pohon yang sudah berumur tua.
Kedawung hidup soliter dengan sesamanya, tetapi dia akan hidup berdampingan dan menaungi berbagai spesies tumbuhan lain yang lebih rendah darinya. Bahkan ada dugaan bahwa kedawung merupakan spesies yang menjadi konstruksi utama di ekosistem hutan, karena spesies ini merupakan pohon hutan raksasa yang menduduki strata teratas dari tajuk spesies-spesies pohon lainnya dan tersebar mengelompok di habitatnya.
“Jadi bisa dibayangkan betapa pentingnya pohon kedawung ini untuk habitatnya,” lanjut Ervizal.
Selain proses regenerasi yang lama, kerusakan lahan alih fungsi areal hutan menjadi pemukiman dan perkebunan juga turut menjadi penyebab kenapa populasi kedawung terus menurun.
ADVERTISEMENT
Banyaknya manfaat kedawung terutama untuk dunia kesehatan, menurut Ervizal kedawung memiliki peran strategis dan penting bagi pembangunan kesehatan bangsa dan masyarakat. Ervizal bahkan merekomendasikan supaya kedawung diberi julukan sebagai pohon raja obat-obatan.
“Sehingga sangat disayangkan jika semakin sedikit yang tahu, bahkan populasinya terus menurun,” ujarnya. (Widi Erha Pradana / YK-1)