Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Scorpions Manggung di Jogjarockarta, Wartawan Harus Nulis Apa ?
email: [email protected]
1 Maret 2020 4:58 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Buset, ini sudah lewat tengah malam dan saya belum tahu harus nulis apa dari jumpa pers konser JogjaRockarta di Hotel Tentrem sore kemarin.
ADVERTISEMENT
Bungah, atiku bungah. Senang, ya senang rasanya bisa liputan pentas musik legenda band rock macam Scorpions dan Whitesnake. Sepanjang jadi wartawan 2 tahun terakhir, pindah 3 kali media, baru kali ini liputan konser besar.
Tapi persoalannya, saya sebenarnya bukan penggila Scorpions. Lahir di akhir 96 membuat saya lebih akrab dengan Greenday dan MCR ketimbang band yang digawangi Klaus Meine dkk itu. Hanya tiga lagu Scorpions yang akrab di telinga saya: Wind Of Change, Always Somewhere, dan Still Loving You. Yang terakhir paling sering saya dengarkan ketika sedang patah hati. Whitesnake, lupa-lupa ingat deh !.
“Aku nggak mau baca yang bisa kubaca di media lain, Wid. Tugasmu jadi wartawan cuma satu, nyenengin aku. Biar pembaca diurus media lain,” terngiang terus perintah bosku, yang biasanya kalau dikirim lewat Whatsapp, ditambah dengan makian,”sampah!,” yang artinya aku harus menulis ulang atau liputan tambahan buat nambah data untuk tulisanku yang barusan kukirim.
ADVERTISEMENT
Yaa, itulah masalah sesungguhnya. Redakturku, bosku itu, meminta dua tulisan dari Jogjarockarta, yang satu soal jumpa pers dan satunya lagi tulisan dari jalannya konser.
Soal jumpa pers dia sudah mewanti-wanti,”jangan cuma nulis omongan siapapun yang ada di depan, penyelenggara ataupun band-nya. Pasti udah ditulis media lain.”
Soal konser lebih jelas lagi perintahnya,”aku nggak mau baca tulisan dengan judul Pentas Scorpions Mengguncang, Memukau, dst, dst.” Yang artinya jelas, suruh mikir lagi, mikir lagi, belajar lagi, belajar lagi, diskusi lagi, lembur lagi, Stress bosss !. Hahaa
Tapi Hasna dan Puput, sepertinya bisa menyelamatkan saya malam ini. Kalau Anda membaca tulisan saya ini, berarti saya sudah tidur nyenyak untuk istirahat menyiapkan amunisi liputan konser besok.
ADVERTISEMENT
Wawasan Musik Wartawan Muda
Jumpa pers kemarin agak kelimpungan. Undangan lewat whatsapp yang saya terima beberapa hari sebelumnya menerangkan bahwa jumpa pers berlangsung di Silol Kafe pukul setengah tiga sore. Saya datang tepat sesuai jadwal tapi ternyata jumpa pers pindah tempat dan tidak ada satupun karyawan Silol yang tahu kemana pindahnya.
Telfon teman, beres, pindah ke Hotel Tentrem. Sampai sana, sudah ramai sekali wartawan dan acara belum dimulai. Syukurlah.
Duduk di belakang wartawan-wartawan senior, saya kira saya yang paling telat datang, tapi ternyata ada yang lebih telat. Dialah Hasna. Mulailah saya tanya-tanya dia, tampaknya bisa jadi tulisan.
Hasna, seperti saya, seorang wartawan muda sebuah media online. Dia cukup tergesa, karena jika sesuai jadwal, konferensi pers seharusnya sudah dimulai sejak sejam yang lalu. Usianya baru 22 tahun, setahun lebih muda daripada saya tapi dia tahu lebih banyak lagu-lagu Scorpions ketimbang saya.
ADVERTISEMENT
“Dulu kan sering diputar di warnet-warnet, jadi beberapa tahu lagunya, apalagi Scorpions kan legend juga,” ujarnya.
Saya mencoba bertanya-tanya pada wartawan yang lebih senior tentang keseruan liputan konser. Tapi 5 wartawan saya tanya, mereka menolak dengan baik-baik. “Biasa nulis orang trus ditulis, wegah mas,” begitu alasan mereka.
Beralih pada wartawan muda lagi saya bertemu Puput.
Puput, wartawan muda dari sebuah media online lainnya, ternyata mirip seperti saya, tak tahu banyak soal Scorpions. Dia juga lebih bisa menikmati musik pop dan jazz, ketimbang musik rock. Tapi karena tuntutan redaksi, mau tak mau dia harus ikut meliput konser itu.
“Apalagi kan ini konser besar, semua media meliput, mau tak mau harus ngeliput juga kan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Baiklah. Senasib.
Mendengarkan Lagu Scorpions Semalaman
Hasna dan Puput, mungkin juga saya, terlihat sangat muda di tengah wartawan-wartawan senior yang tampaknya memang penggemar berat Scorpions.
Kepada saya, Puput mengaku bahwa liputan kali ini cukup berat. Sebab biasanya dia lebih banyak menulis isu-isu politik dan pendidikan ketimbang acara-acara hiburan. Terlebih, dia tak terlalu familiar dengan lagu-lagu band rock fenomenal asal Jerman itu.
“Entar malem harus dengerin semua lagunya (Scorpions) hehe,” ujar Puput terkekeh.
Puput tak punya rencana khusus bagaimana liputannya besok. Katanya, tak jauh beda dengan liputan-liputan konser pada umumnya. Tentang bagaimana suasana konser, lagu apa saja yang dibawakan oleh Scorpions, dan sebagainya.
“Sama ya siapa tahu ada hal-hal untuk yang enggak terduga kan bisa ditulis juga,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Hasna lumayan sering meliput konser musik, meski baru kali ini dia meliput konser musik dengan bintang tamu dari internasional, Scorpions pula. Karena pengalamannya itu, dia tampak lebih siap tentang apa yang akan dia tulis besok.
“Paling lagu yang dinyanyikan, suasana konser, panggung, sound, sama hal-hal pendukung lainnya lah,” ujar dia.
Lalu, bagaimana saya akan menuliskan konser besar ini besok? Itu juga yang saya pikirkan sepanjang konferensi pers berlangsung. Saya jadi nyaris tak memperhatikan isi konferensi pers sama sekali.
Otak saya terus berpikir, bagaimana membuat liputan konser yang senantiasa bisa mengawal kepentingan publik? Ah, belum sampai sana, mungkin dimulai dari pertanyaan kepentingan publik macam apa yang ada di dalam sebuah konser musik, di dalam konser Scorpion? Publik konser musik itu siapa saja?. Dst, dst.
ADVERTISEMENT
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang disukai bos saya. Yang selalu bikin pusing tapi anehnya setiap kali saya capek dan bingung dia selalu bilang,”ini saatnya bersenang-senang Wid. Menyusun pertanyaan ulang apa itu berita, apa itu tulisan, dengan CERIA (pakai huruf besar beneran). Kamu terlalu tegang. Terlalu pingin merubah dunia. Kamu itu siapa? Kita itu siapa? Media besar saja kelimpungan ngadepin Medsos. Sudahlah, cukup bayangin aku pembacamu. Nggak usah bayangin tulisanmu viral atau dibaca presiden atau sastrawan atau jurnalis top.”
Rasanya, menjadi wartawan di tahun 2020 ini adalah hari-hari yang aneh dalam hidup saya. Entahlah. Yang jelas, nanti malam nonton Scorpions!. Bersenang-senang dan persetan sama deadline. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT