Selamat Jalan Gunawan Wiradi, Kompas Perjuangan Reforma Agraria Indonesia

Konten dari Pengguna
1 Desember 2020 18:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunawan Wiradi meninggal dunia di usia 88 tahun pada Senin (30/11). Berpulangnya Gunawan Wiradi adalah sebuah kehilangan besar, terutama bagi para pejuang reforma agraria. Foto: KPA
zoom-in-whitePerbesar
Gunawan Wiradi meninggal dunia di usia 88 tahun pada Senin (30/11). Berpulangnya Gunawan Wiradi adalah sebuah kehilangan besar, terutama bagi para pejuang reforma agraria. Foto: KPA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hingga akhir hidupnya, Gunawan Wiradi masih aktif menyebarkan gagasan tentang reforma agraria. Beberapa bulan kemarin, ketika usianya sudah menginjak 88 tahun, Gunawan Wiradi masih sempat menjadi guru utama di akademi reforma agraria yang diadakan oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Acara itu digelar secara daring dan diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Jadi memang sampai akhir hayatnya, dia terus menyebarluaskan gagasan-gagasan reforma agraria, mendidik orang-orang untuk memahami reforma agraria,” kata Dewan Nasional KPA, Iwan Nurdin, ketika dihubungi, Selasa (1/12).
Gunawan Wiradi menurut Iwan juga tetap aktif memberikan pandangan-pandangan tentang persoalan-persoalan reforma agraria kepada siapapun, baik pemerintah, oposisi, lain sebagainya.
Senin (30/11), Gunawan Wiradi meninggal dunia di usia 88 tahun. Menurut Iwan, berpulangnya Gunawan Wiradi adalah sebuah kehilangan besar, terutama bagi para pejuang reforma agraria.
“Kita seperti kehilangan tempat bertanya, yang selama ini menjadi kompas dalam situasi-situasi yang genting dan penting,” lanjutnya.
Dalam situasi-situasi sosial-politik yang penting dan genting, Gunawan Wiradi menurut Iwan selalu memberikan pencerahan. Dan dengan berpulangnya sosok Gunawan Wiradi, ibarat kehilangan sosok pemandu dalam mewujudkan cita-cita reforma agraria. Gunawan Wiradi adalah sosok teladan yang nyata bagi para pejuang reforma agraria.
ADVERTISEMENT
“Kita kehilangan teladan yang nyata, yang sama antara apa yang dia ucapkan, dia tuliskan, dan dia lakukan,” ujar Iwan Nurdin.
Karya Penting Gunawan Wiradi
Ada ratusan karya yang telah dibuat oleh Gunawan Wiradi tentang reforma agraria. Dari artikel, buku, jurnal, makalah, dan sebagainya. Bagi sejumlah kalangan, karya-karyanya juga banyak menjadi pegangan wajib yang harus dipelajari.
“Kalau kalangan akademisi dan para peneliti, tentu buku yang dianggap sangat penting adalah buku Metodologi Studi Agraria,” kata Iwan Nurdin.
Selain itu, buku penting lain untuk para akademisi dan peneliti ada juga Metodologi Penelitian Agaria dan Metode Penelitian Ilmiah. Bagi kalangan aktivis reforma agraria, ada juga buku yang terkenal dan menjadi buku wajib, yaitu Reforma Agraria, Perjalanan yang Belum Berakhir.
ADVERTISEMENT
“Yang menjelaskan tentang reforma agraria dari masa ke masa dan relevansinya terhadap situasi hari ini,” lanjutnya.
Di dunia internasional, Gunawan Wiradi juga memiliki sejumlah karya hasil kerja samanya dengan sejumlah peneliti penting di bidang reforma agraria, yakni Ben White dan Jan Breman.
“Terkait dengan perubahan masyarakat di pedesaan akibat pembangunan Orde Baru yang dia sebut dengan modernsasi tanpa pembangunan,” ujar Iwan Nurdin.
Ketua Eksekutif Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS), Gunawan, mengggarisbawahi sumbangan Gunawan Wiradi berupa tiga pemikiran besar yang ia persembahkan untuk bangsa ini. Pertama adalah terkait agraria, kedua berupa pemikiran mengenai pembangunan pedesaan, serta perannya dalam sejarah bagaimana Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dirumuskan.
ADVERTISEMENT
Pemikiran-pemikiran Gunawan Wiradi tersebut juga menjadi pedoman penting untuk masyarakat, khususnya para pejuang reforma agraria maupun pembangunan pedesaan.
Gunawan Wiradi juga yang menyambung kembali pemikiran-pemikiran tentang reforma agraria dari masa Sukarno dengan generasi sekarang setelah terputus lama pada masa Orde Baru.
“Seperti kita tahu, kan sesungguhnya gerakan petani ataupun reforma agraria itu kan di era Sukarno terputus sepanjang pemerintahan Orde Baru,” ujar Gunawan.
Sehingga bisa disebut gerakan-gerakan petani maupun gerakan lain yang diinisiasi oleh mahasiswa sekarang ini sebagai gerakan atau model baru yang sama sekali tidak ada hubungan geneologis dari generasi sebelumnya.
“Gunawan Wiradi inilah yang menjembatani gerakan baru ini dengan generasi sebelumnya,” ujarnya.
Penghubung Antar Generasi
Sampai saat ini, reforma agraria menurut Iwan Nurdin memang masih mandek. Tidak ada perkembangan signifikan sejak puluhan tahun silam.
ADVERTISEMENT
“Reforma agraria sekarang itu mandek mas, masih terus diperjuangkan, namun gagasannya itu menjadi diterima,” ujar Iwan Nurdin.
Karena sosok Gunawan Wiradi yang begitu gigih memperjuangkan gagasan reforma agraria, gagasan yang sebelumnya dilarang itu kini sudah dapat diterima di banyak level, dan menjadi sesuatu yang penting.
Selama Orde Baru, semua gagasan tentang reforma agraria dilarang karena dituduh mengarah pada ideologi komunisme. Tapi Gunawan Wiradi tetap gigih untuk membangkitkan kembali studi-studi tentang reforma agraria seperti studi agraria, land reform, pembangunan pedesaan.
“Namun dia bersama rekan-rekannya tetap mendorong suatu pemikiran alternatif tentang redistribusi tanah dan pembangunan pedesaan yang disebut reforma agraria,” ujarnya.
Hasilnya, studi-studi itu menjadi sangat banyak diminati oleh para akademisi dan aktivis. Banyak sekali orang yang berusaha memahami kembali gagasan-gagasan tentang reforma agraria, meskipun di zaman orde baru terlarang.
ADVERTISEMENT
“Sehingga kita tidak lagi mendebatkan, apakah gagasan ini penting atau tidak tetapi naik ke perdebatan bagaimana hal yang paling mungkin untuk melakukan reforma agraria meskipun pemerintah hari ini belum menjalankan itu, atau menjalankannya secara keliru,” ujar Iwan Nurdin.
Gunawan Wiradi adalah sosok yang mengenalkan kembali reforma agraria setelah gagasan itu terputus selama Orde Baru. Tak sekadar itu, dia juga memberikan kritik dan masukan ketika negara mulai mau mengadopsi kebijakan reforma agraria tetapi kebijakan itu tidak tepat.
“Beliau juga mengenalkan metode-metode penelitian agraria maupun penelitian pembangunan pedesaan,” kata Gunawan.
Sumbangsihnya di bidang reforma agraria, menurutnya telah menjadikan gagasan reforma agraria sampai sekarang tetap otentik atau sejati. Meskipun sampai sekarang reforma agraria yang sejati itu belum juga terwujud.
ADVERTISEMENT
“Ukuran paling gampang dilihat kan di dalam Peraturan Presiden tentang Reforma Agraria,” lanjutnya.
Dalam Perpres tersebut, sedikitnya ada tiga hal penting yang menunjukkan cita-cita reforma agraria belum juga terwujud. Pertama, objek reforma agraria yang masih belum banyak dimasukkan seperti batas maksimum penguasaan tanah. Kedua subjek dari reforma agraria atau penerima manfaat dari redistribusi tanah, menurut dia belum bisa mengakomodir subjek-subjek di luar perkebunan dan kehutanan.
“Kemudian lembaga yang menyelenggarakan reforma agraria itu memiliki kelemahan mendasar yaitu tidak langsung di bawah presiden dan tidak membuka ruang yang luas bagi partisipasi masyarakat khususnya gerakan petani,” lanjutnya.
Gunawan Wiradi berhasil membuat isu reforma agraria yang tadinya sekadar menjadi isu jalanan, kemudian dapat diterima juga di kalangan akademisi. Karena diterima di kalangan akademisi, secara otomatis membawa dampak bagaimana kemudian negara mau mengakomodir isu tersebut.
ADVERTISEMENT
Gunawan Wiradi juga berhasil mengubah stigma isu reforma agraria, tidak lagi sebagai pemikiran komunisme tetapi sebagai pemikiran bangsa. Karena saat itu, semua kekuatan politik mendukung adanya reforma agraria sehingga lahirnya UUPA.
“Bisa disebut, Gunawan Wiradi adalah pelopor reforma agraria di Indonesia,” ujar Gunawan. (Widi Erha Pradana / YK-1)