Sulitnya Memulai Budidaya Gabus, Ikan yang Setia dengan Satu Pasangan

Konten dari Pengguna
27 Januari 2021 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sepasang ikan gabus di kolam Sukidjo. Foto: Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Sepasang ikan gabus di kolam Sukidjo. Foto: Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Budidaya ikan gabus atau Channa striata punya kesulitan tersendiri dibandingkan dengan budidaya jenis ikan-ikan lainnya. Perlu kesabaran untuk menemukan metoda yang tepat.
ADVERTISEMENT
Sukidjo, 79 tahun, senior pembudidaya ikan gabus di Minggir, Sleman, Yogyakarta, harus mempelajari ikan ini selama lima tahun dulu sebelum menemukan metode yang tepat untuk berbudidaya gabus.
Ia mengakui, hal yang paling sulit dalam budidaya gabus adalah proses penjodohan induk jantan dan betina. Salah satu yang membuat proses penjodohan sulit adalah sulitnya mengetahui jenis kelamin gabus, sebab ciri-ciri antara gabus dan jantan nyaris identik.“Susah sekali membedakannya, jenis kelaminnya itu cuman titik kecil, dari bentuk tubuh juga hampir sama persis,” ujar Mbah Kidjo, sapaan akrab Sukidjo ketika ditemui di kediamannya, Rabu (20/1).
Perbedaannya, urogenital jantan berbentuk titik dua, sedangkan betina titik tiga. Namun karena ukurannya yang sangat kecil, membuat membedakannya juga menjadi sangat sulit. Butuh ketelitian dan kecermatan ekstra hingga bisa membedakan mana induk jantan dan betina. Kesulitan inilah yang kerap membuat proses pemilihan indukan tidak berhasil.“Kalau belum paham, lah tobat, susah itu,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ketika sudah menemukan indukan jantan dan betina yang sudah waktunya dipijah, bukan berarti masalah sudah selesai. Pasalnya, ikan gabus tidak akan kawin dengan sembarang pasangan seperti ikan-ikan lainnya.Ikan gabus adalah jenis ikan yang setia pada pasangannya, jika pasangan yang dipilih tidak cocok, keduanya malah bisa saling serang. Bahkan sampai sekarang, Mbah Kidjo belum menemukan cara yang paten, bagaimana menjodohkan sepasang gabus supaya mau kawin.“Yang pasti dipilih yang ukurannya tidak terlalu berbeda jauh, yang imbang lah. Sisanya ya sudah, pakai insting,” ujarnya.
Baru setelah berhasil menjodohkan gabus dengan pasangan yang cocok, proses pemijahan bisa berlangsung. Indukan usia satu tahun biasanya sudah siap untuk dipijah. Ikan gabus akan tetap produktif hingga usia tiga tahun, jika lingkungannya mendukung, indukan ikan gabus bisa bertelur hingga dua kali dalam sebulan dan menghasilkan benih hingga 3.000 ekor.Ketika usianya sudah semakin tua, intensitas bertelurnya akan menurun. Namun sekali bertelur, jumlah benih yang dihasilkan jauh lebih banyak, bisa mencapai 15.000 telur.“Dia itu seperti burung merpati, pasangan. Kalau enggak sama pasangannya, enggak mau dia, atau salah satu dihajar sampai mati,” kata Mbah Kidjo.
ADVERTISEMENT
Memulai Budidaya Gabus
Sukidjo. Foto: Widi Erha Pradana.
Untuk memulai budidaya gabus, minimal mesti memiliki tiga buah kolam. Satu kolam digunakan untuk sepasang indukan, kolam kedua untuk proses pemijahan, dan kolam terakhir untuk proses penyortiran.
Untuk pakan, Mbah Kidjo membedakannya berdasarkan usia. Setelah diasuh selama lima hari oleh induk jantan, benih akan diambil dan dipindahkan ke kolam berbeda. Benih tersebut kemudian diberi pakan kutu air selama lima hari.
Setelah lima hari diberi pakan kutu air, kemudian pakan diganti dengan cacing sutera selama lima hari juga. Setelah lima hari, pakan diganti lagi dengan gel untuk melatih ikan memakan pelet. Baru setelah usia sekitar satu bulan, jika sudah bisa makan pelet, pakan akan diganti dengan pelet.“Yang rawan itu perpindahan pakan dari cacing sutera ke pelet itu, harus telaten, karena dasarnya kan ikan gabus ini predator,” ujar Mbah Kidjo.
Benih siap dijual. Foto: Widi Erha Pradana.
Usia satu atau dua bulan, benih sudah bisa dijual. Saat ini, harga di pasaran untuk ukuran 3 sampai 4 cm mencapai seribu rupiah per ekor. Sedangkan jika mau dijual ukuran konsumsi, panen bisa dilakukan setelah ikan mencapai usia minimal tujuh bulan dengan harga saat ini di kisaran Rp 60 ribu sampai Rp 80 ribu per kilogram.“Kalau jual benih labanya memang kecil, tapi perputaran uangnya kan lebih cepat, modalnya lebih cepat baliknya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pasar ikan gabus masih sangat terbuka lebar. Selain dijadikan sebagai bahan baku albumin, konsumsi ikan gabus untuk kuliner juga meningkat. Seperti ikan-ikan lainnya, ikan gabus juga bisa diolah menjadi berbagai jenis olahan masakan mulai dari digoreng, pepes, bakar, mangut, dan sebagainya.
Selain rasanya yang khas dan gurih, meningkatnya tren makanan sehat di tengah masyarakat menurut Mbah Kidjo juga menjadi salah satu faktor kenapa tingkat konsumsi gabus semakin meningkat.“Alhamdulillah karena sering makan ikan gabus saya masih sehat dan jarang sakit, orang-orang ngiranya usia saya masih 60-an tahun, padahal saya sudah mau 80 tahun,” kata Mbah Kidjo.
Penyakit yang Belum Teridentifikasi dan Cara Menanganinya
Sigit Heru Purnomo. Foto: Widi Erha Pradana.
Pembudidaya gabus lain, Sigit Heru Purnomo, 50 tahun, juga mengakui bahwa budidaya gabus memiliki kesulitan tersendiri dibandingkan budidaya jenis ikan lainnya. Dia juga butuh waktu lama untuk mempelajari karakteristik perilaku gabus, cara berkembang biaknya, hingga pola hidupnya dari ketika baru menetas sampai dewasa.
ADVERTISEMENT
Meski ikan gabus terlihat garang sebagai predator, namun ketika sudah terserang penyakit dia tak akan bisa selamat dalam waktu dua atau tiga hari jika tidak langsung ditangani. Sayangnya, saat ini penyakit pada gabus menurut Sigit belum dapat diidentifikasi jenisnya dan bagaimana mengobatinya.“Karena ini baru awal pembudidayaan, jadi penyakitnya itu kemungkinan dari pemerintah saja belum tahu ini penyakit apa dan bagaimana mengobatinya,” ujar Sigit.
Yang bisa dilakukan oleh petani gabus seperti Sigit saat ini adalah mencegah jangan sampai ikan-ikannya terserang penyakit. Kuncinya menurut dia ada pada air yang bersih, jika air mulai terlihat keruh maka harus segera diganti.
Selain itu, kedalaman kolam juga jangan terlalu dalam, apalagi untuk kolam benih. Pasalnya jika terlalu dalam, sinar matahari tidak akan sampai ke dasar kolam sehingga akan memicu pertumbuhan jamur atau bakteri yang dapat menyerang ikan.“Kalau airnya dangkal, otomatis sinar matahari akan masuk dan dia akan membunuh jamur tadi secara alami dan bakteri juga akan terbunuh,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Mengingat cara budidaya yang cukup sulit, untuk memulai budidaya gabus menurut Sigit tidak cukup hanya punya modal dan kolam saja. Tapi pembudidaya juga harus memiliki minat, ketelatenan, dan ketekunan.“Jadi enggak cuman ikut-ikutan, kalau cuma ikut-ikutan enggak akan bertahan,” kata Sigit. (Widi Erha Pradana / YK-1)