Tak Perlu Pusing Cari Pupuk Kalau Petani Paham Bahan Penyusun Pupuk NPK

Konten dari Pengguna
11 September 2020 20:03 WIB
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Praktisi dan pegiat pertanian organik di Semarang yang merupakan pendiri Tani Ternak Organik Bersinar (T2OB), Sutimin, saat memberikan materi dalam seminar daring yang diadakan oleh PPMT GKY akhir pekan kemarin.
zoom-in-whitePerbesar
Praktisi dan pegiat pertanian organik di Semarang yang merupakan pendiri Tani Ternak Organik Bersinar (T2OB), Sutimin, saat memberikan materi dalam seminar daring yang diadakan oleh PPMT GKY akhir pekan kemarin.
ADVERTISEMENT
Berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah pada 2020 membuat ketersediaan pupuk bersubsidi mulai menipis. Akibatnya, banyak petani yang mulai kesulitan mencari pupuk bersubsidi untuk menunjang pertumbuhan tanamannya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya petani ada pilihan lain, yakni membeli pupuk non subsidi. Tapi untuk mendapatkan pupuk non subsidi, mereka harus merogoh kocek lebih dalam karena selisih harganya bisa mencapai tiga kali lipat lebih mahal. Padahal, dalam dunia pertanian pupuk merupakan komponen yang paling vital.
“Bertani itu sebenarnya dasarnya adalah pupuk, makanan tanaman,” kata seorang praktisi dan pegiat pertanian organik di Semarang yang merupakan pendiri Tani Ternak Organik Bersinar (T2OB), Sutimin, dalam seminar daring yang diadakan oleh PPMT GKY akhir pekan kemarin.
Menurut Sutimin, sebenarnya petani masih punya pilihan lain selain membeli pupuk non subsidi apabila kesulitan mendapat pupuk bersubsidi. Pilihan itu adalah membuat pupuk sendiri secara organik, baik pupuk cair maupun padat. Menurutnya, semua bahan untuk membuat pupuk sudah tersedia di sekitar kita, sehingga mestinya kelangkaan pupuk bersubsidi tidak menjadi persoalan lagi jika semua potensi yang ada bisa dimanfaatkan secara optimal.
ADVERTISEMENT
Bahan pertama yang bisa digunakan untuk membuat pupuk organik adalah bahan-bahan nabati yang berasal dari tanaman di sekitar kita. Syarat tanaman tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan pupuk yang baik adalah mengandung NPK nabati, atau Nitrogen, Phospor, dan Kalium.
“Kenapa harus NPK? Karena mau masuk ke ujung bumi manapun, bahwa makanan tanaman kita hanya berkisar di Nitrogen, Phospor, dan Kalium,” lanjutnya.
Tiga zat ini merupakan komponen utama untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Nitrogen berperan sebagai perangsang pertumbuhan tanaman, phospor untuk perakaran tanaman, serta kalium untuk merangsang pembuahan tanaman.
Tidak hanya bahan baku pupuk, sumber bahan pestisida alami menurut Sutimin sebenarnya juga sudah tersedia di sekitar manusia. Hanya saja selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
ADVERTISEMENT
Tanaman yang Mengandung NPK Nabati
Sutimin memberikan contoh beberapa tanaman yang bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Di antaranya adalah daun pepaya, klirisidi, singkong, binahong, kelor, ketela rambat, kromolina, kacang tanah, serta tanaman afrika. Bagian tanaman yang digunakan untuk membuat pupuk dari semua tanaman itu adalah daunnya, sebab daun tanaman-tanaman tersebut mengandung nitrogen yang cukup dominan.
“Itu semua adalah sumber nitrogen yang sehat untuk tanaman-tanaman kita,” ujar Sutimin.
Sementara itu, bahan-bahan alami yang mengandung phospor dan bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk di antaranya batang dan pelepah pisang, dedaunan kering, serta daun bambu.
“Ada juga jamur-jamur yang menyala yang biasanya hidup di bawah pohon-pohon bambu, itu juga mengandung phospor yang cukup tinggi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain mengandung phospor, batang dan pelepah pisang juga mengandung kalium. Bahan nabati lain yang juga mengandung kalium di antaranya daun nangka, dan sabut kelapa.
“Inilah dasar untuk bertani bahwa pupuk NPK itu ada di lingkungan kita. Di dapur dan pekarangan kita semuanya ada,
Untuk bahan pestisida, petani sebenarnya juga bisa menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Ada tiga ciri tanaman yang bisa dijadikan sebagai pestisida alami, yakni aroma yang kuat, rasa yang kuat, serta memabukkan.
Tanaman dengan aroma yang kuat misalnya pandan wangi, sereh, daun jahe, tembelekan, cendana, binahong, daun jeruk, kenikir, serta daun tapak kuda.
“Rata-rata semua tidak pernah kena ulat atau dimakan serangga. Itulah ciri khas yang bisa kita pakai untuk mengendalikan hama dan penyakit,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sementara tanaman dengan rasa yang kuat misalnya daun pepaya, daun sirsak, daun afrika, daun kamboja, serta cabai. Kemudian untuk kategori daun-daun yang memabukkan di antaranya adalah daun tembakau, akar tuba, gadung, serta kecubung.
Membuat Pupuk NPK Padat Sendiri
Sutimin mencontohkan langsung bagaimana membuat pupuk NPK organik dengan bahan yang sangat mudah ditemukan. Pertama yang perlu disiapkan tentu bahan-bahan yang mengandung nitrogen, phospor, dan kalium, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Bahan-bahan tersebut kemudian dicacah kecil-kecil dan dicampur menjadi satu. Untuk mempercepat proses fermentasi, bahan-bahan tersebut kemudian diberi tambahan cairan yang dibuat dari biang organik atau probiotik padat, air gula, dan air secukupnya.
Cairan tersebut kemudian disiramkan ke bahan-bahan alami yang sudah dicacah hingga kelembapannya mencapai sekitar 30 persen. Cirinya, ketika digenggam kuat adonan tersebut tidak mengeluarkan air, namun ketika genggaman dibuka adonan menjadi menggumpal.
ADVERTISEMENT
“Bahan-bahan yang dicacah sambil disiram terus diaduk-aduk supaya kelembapannya merata,” ujar Sutimin.
Untuk mempercepat pertumbuhan mikroba, semua bahan yang telah dicampur kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan didobel dengan karung beras. Setelah semua bahan dimasukkan, kantong plastik kemudian dibungkus rapat begitu juga dengan karung beras yang menjadi pelapis luar. Bahan-bahan tersebut kemudian didiamkan selama tujuh hari untuk melakukan fase fermentasi.
“Jadi dedaunan dan sampah-sampah kering di sekitar kita, bisa dijadikan pupuk seperti ini. Dan untuk membuat pupuk padat bisa kita lakukan di rumah kita,” ujarnya.
Membuat Pestisida Nabati
Seperti membuat pupuk, membuat pestisida nabati juga bisa dilakukan sendiri di rumah. Yang harus dilakukan pertama tentu menyiapkan bahan-bahannya meliputi bahan-bahan yang memiliki rasa dan aroma kuat serta memabukkan. Bahan-bahan tersebut kemudian ditumbuk hingga cukup halus menjadi satu.
ADVERTISEMENT
“Ramuan ini sama, kita masukkan ke karung dan plastik,” ujar Sutimin.
Supaya pestisida yang dihasilkan juga mengandung NPK, Sutimin mencampur bahan-bahan tersebut dengan ramuan pupuk NPK organik yang sudah dibuat sebelumnya. Ramuan pestisida plus NPK yang sudah dimasukkan ke dalam plastik dan karung tersebut kemudian dimasukkan ke dalam ember dengan ukuran yang menyesuaikan.
Setelah dimasukkan semuanya, cairan perangsang dari air, air gula, dan biang organik, kemudian ditambahkan ke ramuan tersebut untuk mempercepat proses fermentasi.
“Jadi di sini sudah ada N, P, K plus pestisida. Tinggal tunggu tujuh sampai 21 hari, kita sudah punya pestisida plus pupuk NPK dengan biaya yang murah,” lanjutnya.
Membuat Nutrisi dari Limbah Dapur
Praktisi dan pegiat pertanian organik di Semarang yang merupakan pendiri Tani Ternak Organik Bersinar (T2OB), Sutimin, saat memberikan materi dalam seminar daring yang diadakan oleh PPMT GKY akhir pekan kemarin.
Di dapur, limbah-limbah yang biasa dibuang begitu saja jug bisa digunakan untuk membuat nutrisi tanaman. Misalnya limbah air cucian beras, sisa-sisa sayuran, buah, kulit telur, kulit bawang, dan bahan-bahan organik lainnya.
ADVERTISEMENT
Cara membuatnya tidak jauh berbeda dengan pembuatan pupuk dan pestisida. Pertama, limbah cucian beras dimasukkan ke dalam plastik dan karung. Selanjutnya, limbah-limbah lain yang tersedia dimasukkan ke dalam air cucian beras.
“Langsung dimasukkan saja, nanti membusuk sendiri dia. Jadi setiap ada limbah organik, jangan disia-siakan,” ujar Sutimin.
Lagi-lagi untuk mempercepat proses fermentasi, perlu ditambahkan air gula dan biang organik ke dalam ramuan tersebut. Ramuan itu kemudian diikat rapat dan cukup didiamkan selama tujuh sampai 10 hari.
“Jadi kita tidak perlu pusing lagi karena kelangkaan pupuk. Dari limbah-limbah yang ada di dapur dan lingkungan kita, kita sudah bisa membuat pupuk, nutrisi, sekaligus pestisida,” ujar Sutimin. (Widi Erha Pradana / YK-1)