Tiap Tahun 2000 Paus dan Lumba-lumba Terdampar di Pantai, Bagaimana Bisa?

Konten dari Pengguna
17 Oktober 2020 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi paus terdampar di pantai. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi paus terdampar di pantai. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabar paus atau lumba-lumba yang terdampar di pantai bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Bulan kemarin, 500 paus terdampar di pantai Tasmania, Australia, dan sebagian besar berakhir dengan kematian. Media Jerman DW belum lama ini melaporkan bahwa di seluruh dunia, sekitar 2.000 paus dan lumba-lumba mati karena terdampar setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Paus pilot, paus sperma, paus berparuh, dan lumba-lumba laut dalam adalah mamalia laut yang paling sering terdampar secara massal. Jika mereka terdampar, mereka akan mengalami dehidrasi parah, kepanasan, depresi, lalu mati lemas. Tubuhnya yang sangat berat membuat mereka kesulitan untuk kembali ke kawasan perairan. Terdamparnya paus hingga berujung 2000 kematian adalah cerita yang kompleks yang terkait terganggunya sistem navigasi saat mereka berenang, baik oleh alam maupun aktivitas manusia.
Bagaimana Mereka Melakukan Navigasi?
Seperti burung yang bermigrasi, beberapa spesies paus juga melakukan perjalanan jauh dalam jumlah yang besar setiap tahun. Di musim dingin, mereka bermigrasi dari laut utara yang dingin menuju perairan yang lebih hangat di selatan. Begitu juga sebaliknya, paus dan lumba-lumba di perairan selatan akan pindah ke utara pada musim yang sama. Beberapa bulan kemudian, baru mereka akan mulai melakukan perjalanan pulang.
ADVERTISEMENT
Bagaimana mereka menavigasi perjalanan jauh migrasi mereka?. Paus bergigi kecil seperti lumba-lumba memiliki sonar bawah air yang kuat. Dalam perjalanan, mereka akan memancarkan gelombang suara dalam bentuk bunyi klik. Ketika gelombang suara ini menabrak suatu objek, maka akan dipantulkan kembali sebagai gema ke telinga mereka. Semakin cepat suaranya kembali, artinya mangsa, rintangan, atau pantai semakin dekat. Sonar ini juga yang menjaga supaya paus tersebut tidak terdampar di pantai.
Namun dalam kasus paus balin besar, sonar bawah air yang dimiliki tidak secanggih paus bergigi kecil. Dalam keadaan tertentu, sonar bawah airnya tidak dapat berfungsi dengan baik, terutama jika terdapat teluk yang dangkal atau berbentuk setengah lingkaran, tanggul bawah air berpasir, atau bank lumpur. Jenis pantai dan rintangan ini membuat gaung yang diterima oleh paus menjadi tidak jelas, sehingga sistem peringatan pada paus mengalami kegagalan.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Medan Magnet Bumi
Beberapa jenis paus seperti paus pilot tidak hanya menggunakan sonar bawah air untuk mengorientasikan diri. Seperti burung-burung yang bermigrasi, mereka juga bergantung pada garis medan magnet bumi, karena rute migrasi mereka seringkali paralel dengan garis tersebut. Fluktuasi kecil medan magnet bumi, tampaknya berfungsi seperti semacam peta. Di tengkorak paus pilot juga ditemukan kristal magnet.
Paus bisa dibingungkan oleh gangguan medan geomagnetik di dekat pantai. Medan magnet yang tegak lurus dengan daratan juga diduga menjadi penyebab paus ini terdampar secara massal di wilayah pesisir tertentu.
Setiap tahun, badai matahari dan bintik matahari di tengah aktivitas yang terus meningkat juga menyebabkan perubahan yang cukup signifikan terhadap medan magnet bumi. Pada saat-saat seperti itulah paus-paus yang menggunakan geomagnetisme sebagai navigasi alami seperti paus pilot dan paus sperma tersesat dan terdampar di laut utara.
ADVERTISEMENT
Kesalahan navigasi diyakini sebagai penyebab utama terdamparnya paus dan lumba-lumba. Tetapi, semua alasan itu belum diteliti secara mendalam. Misalnya kaitannya dengan perilaku sosial banyak spesies paus yang berkelana berkelompok dan dipandu oleh seorang pemimpin. Seperti pada kasus paus sperma, dimana seekor jantan memimpin jalan dari Samudra Arktik menuju ke perairan yang lebih hangat. Sebaliknya, jika rombongan orca sedang dalam perjalanan, justru yang memimpin adalah betina dewasa.
Ketika pemimpin itu kehilangan orientasi, karena bingung atau serangan parasit di telinganya, membuatnya tidak dapat mendengar gema dari suara klik yang dikirim. Dan celakanya, rombongan di belakangnya akan mengikutinya ke arah yang salah. Jika pemimpin rombongan terdampar di perairan yang dangkal, anggota kelompoknya akan tetap bersamanya, bahkan ketika itu berarti kematian bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Faktor lain yang membuat mereka terdampar bisa juga karena berlindung dari predator lainnya yang lebih besar sampai ke perairan dangkal. Atau karena mereka berkelana terlalu jauh ke daerah dangkal ketika berburu mangsa.
Ada juga kasus individu paus yang terdampar di pantai setelah sebelumnya terluka karena tabrakan dengan kapal, jaring ikan, atau serangan hiu. Luka itu kemudian menjadi infeksi dan membuatnya sakit.
Aktivitas Manusia yang Memperburuk Situasi
Selain faktor-faktor alami, kebisingan bawah air hasil dari aktivitas manusia juga turut mengganggu navigasi paus dan lumba-lumba sehingga membuatnya disorientasi dan akhirnya terdampar. Misalnya suara dari kapal, pemecah es, aktivitas pengeboran, atau peralatan sonar militer. Para mamalia laut ini akan melarikan diri dari gelombang suara yang kuat dalam keadaan kebingungan.
ADVERTISEMENT
Operasi sonar militer yang menggunakan suara sangat keras memiliki efek yang sangat signifikan. Misalnya setelah manuver NATO, yang mengakibatkan paus berparuh mati terdampar di pantai Siprus, Kepulauan Canary, dan Bahama.
Suara sonar yang kekuatannya lebih dari 200 desibel itu memicu pembentukan gelembung gas di pembuluh darah dan organ mamalia laut, sehingga menghalangi suplai darah dan menyebabkan para mamalia laut itu mati.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan ketika menemukan paus terdampar?
Paus yang terdampar biasanya tidak punya banyak waktu. Mereka harus segera ditolong dengan cara mendinginkan tubuhnya dan menjaganya tetap lembab dengan terus menyiramnya menggunakan air. Bersamaan dengan itu, dorong mereka secepat dan selembut mungkin ke perairan yang lebih dalam agar mereka bisa berenang kembali. (Widi Erha Pradana / YK-1)
ADVERTISEMENT