news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

15 Busana Abdi Dalem Ditampilkan dalam Fashion Show di Keraton Yogyakarta

8 Maret 2025 14:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peragaan busana abdi dalem Keraton Yogyakarta dalam rangka pembukaan pameran temporer ‘Hamong Nagari: Aparatur Nagari Yogyakarta’, Jumat (7/3). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Peragaan busana abdi dalem Keraton Yogyakarta dalam rangka pembukaan pameran temporer ‘Hamong Nagari: Aparatur Nagari Yogyakarta’, Jumat (7/3). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Sebanyak 15 busana abdi dalem dari berbagai masa ditampilkan dalam peragaan busana di Keraton Yogyakarta, Jumat (7/3). Fashion show ini menjadi bagian dari pameran temporer ‘Hamong Nagari: Aparatur Nagari Yogyakarta’, yang digelar dalam rangka memperingati 36 tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
ADVERTISEMENT
Peragaan busana yang berlangsung di Kagungan Dalem Pagelaran Keraton Yogyakarta ini menampilkan berbagai pakaian abdi dalem dari masa ke masa, termasuk busana yang direkonstruksi dari sumber data sejarah. Busana yang diperagakan mencerminkan peran abdi dalem dalam berbagai bidang, seperti agama, logistik, pengasuhan, perjamuan, hingga pengiring para pangeran.
Raja Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Sultan HB X menyampaikan bahwa busana aparatur tak sekadar pakaian, tapi juga simbol dari pengabdian akan tugas mereka. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para abdi dalem yang sudah banyak berkontribusi dalam berjalannya Keraton Yogyakarta.
"Ajining diri ono ing lathi, ajining raga ana ing busana (harga diri seseorang ditentukan oleh ucapannya, sedangkan penampilan fisiknya ditentukan oleh cara berbusananya)," ujar Sultan HB X.
"Dalam hal ini, eksistensi Keraton, termanifestasi pula dari cara aparatnya dalam membawa diri atau 'among raga', sekaligus 'among rasa' dalam menghayati tugasnya. Untuk kesemua itu, secara khusus, saya mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan, kepada setiap aparatur nagari yang telah membantu saya sampai dengan saat ini," ujarnya.
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, GKR Bendara. Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Dalam kesempatan yang sama, Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, GKR Bendara, mengatakan bahwa dalam proses membangun kerajaannya pasca perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I membentuk kelompok-kelompok aparatur negara sebagai kelengkapan dari pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Pembentukan kelompok aparatur negara ini bukan sekadar persoalan pemerintahan, tapi juga menjadi representasi dari lembaga-lembaga penyokong kedaulatan secara adat, pemerintahan, militer, hingga aspek spiritual simbolis.
"Di samping aparatur militer, kelembagaan lain seperti lembaga peradilan, pertanahan, hingga urusan pajak dan perekonomian tercatat begitu detail meski belum sekompleks saat ini. Pasca Perang Jawa pada pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII, keterbukaan ekonomi di DIY membawa angin segar pada pembangunan. Konsekuensinya adalah terjadi pembentukan lembaga baru untuk mengatur tata pemerintahan yang semakin rumit," ungkapnya.
Peragaan busana abdi dalem Keraton Yogyakarta dalam rangka pembukaan pameran temporer ‘Hamong Nagari: Aparatur Nagari Yogyakarta’, Jumat (7/3). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Ia menjelaskan bahwa sejak Sri Sultan Hamengku Buwono VII hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX, tepatnya sebelum Jepang masuk Indonesia, setidaknya terdapat 113 kelompok Aparatur Nagari Ngayogyakarta. Hingga pasca kemerdekaan tepatnya usai Agresi Militer Belanda II, menjadi titik balik Aparatur Nagari Ngayogyakarta sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
"Sejarah tersebut diwujudkan dalam pameran Hamong Nagari: Aparatur Nagari Ngayogyakarta ini. Pameran ini mampu membawa siapapun yang menyaksikan larut dalam informasi yang kompleks tentang tatanan pemerintah di Yogyakarta dan wastra dari kelembagaan tersebut," imbuhnya.
Pengunjung menyaksikan peragaan busana di Keraton Yogyakarta, Jumat (7/3). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Carik Kawedanan Radyakartyasa Keraton Yogyakarta, Nyi R.Ry. Noorsundari, mengatakan bahwa Peragaan busana Aparatur Nagari Ngayogyakarta ini dilakukan oleh 74 abdi dalem yang dibagi menjadi 15 kelompok. Peragaan busana ini diiringi oleh iringan acapella dari Yogyakarta Royal Choir.
Salah satu yang ditampilkan ialah busana Prajurit Langen Kusuma, atau kesatuan prajurit perempuan. Ada pula peragaan busana abdi dalem untuk urusan keagamaan atau spiritual yakni kanca kaji.
Kemudian, abdi dalem Palawija, atau abdi dalem khusus yang para anggotanya memiliki kelainan fisik. Meski demikian, mereka menjadi kesayangan dan pendamping Sultan dalam menghadiri acara-acara besar, sebagai wujud kepedulian dan kesetaraan. Ada pula abdi dalem Emban, bertugas sebagai pengasuh putra-putri raja, dengan ciri khas memakai kain motif parang rusak atau kawung yang tersampir di bahu kanan.
Keluarga Keraton Yogyakarta saat menghadiri peragaan busana abdi dalem di Kagungan Dalem Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jumat (7/3). Foto: Arif UT/Pandangan Jogja
Menurutnya, antusiasme masyarakat dalam menyaksikan peragaan busana ini cukup tinggi, baik dari kalangan anak muda maupun yang lebih tua.
ADVERTISEMENT
”Dari data kami ada sekitar 1.000 orang yang menonton peragaan busana ini,” ujarnya.
Busana-busana abdi dalem ini nantinya juga akan dipamerkan dalam pameran temporer Hamong Nagari: Aparatur Nagari Yogyakarta mulai 8 Maret hingga 17 Agustus 2025 di Kompleks Kedhaton Kraton Jogja. Kunjungan berlangsung dari pukul 08.30 hingga 14.00 WIB.