Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
15 Paguyuban Tosan AJI DIY Halal Bihalal dan Sapa Aruh Bersama GKR Mangkubumi
16 Mei 2024 11:38 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sebanyak 15 Paguyuban Tosan Aji di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Paguyuban Tosan Aji DIY melaksanakan Halal Bihalal dan Sapa Aruh bersama GKR Mangkubumi, putri sulung Raja Kraton Jogja yang juga Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, pada Selasa (14/5) malam di Resto dan Galeri Ndalem Poenakawan, Kota Yogya.
ADVERTISEMENT
Selain dihadiri oleh GKR Mangkubumi, para pimpinan dan ratusan peserta dari 15 paguyuban, acara tersebut juga dihadiri oleh para pejabat pemerintahan DIY di antaranya, Sekda DIY, Beny Suharsono, dan Paniradya Pati Kaistimewan Aris Eko Nugroho.
Dalam sambutan dan pidato kebudayaannya, GKR Mangkubumi mengatakan bahwa ia menyambut baik adanya forum komunikasi antar paguyuban tosan aji (senjata pusaka tradisional) di DIY. Sebab forum seperti itu penting untuk menyatukan visi misi dan saling belajar, meneliti, dan sosialisasi mengenai perkembangan kebudayaan tosan aji.
“Kalau bicara tosan aji selama ini yang dikejar yang tua (tosan aji usia tua atau klasik) terus padahal regenerasi ya penting. Bahasane mutrani. (Padahal) kalau kita buat baru sekarang, 50 tahun lagi kan jadi barang kuno juga,” kata Gusti Mangku yang di Kraton Jogja mengemban jabatan sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Parwabudaya.
Kawedanan tersebut bertugas menjaga inti dari kebudayaan Keraton Yogyakarta. Tugasnya terkait merawat mesjid, petilasan, serta makam kagungan Dalem. Juga melestarikan dan mengedukasi masyarakat tentang tradisi seni klasik Jawa.
ADVERTISEMENT
Menurut Gusti Mangkubumi, inovasi itu penting, karta-karya baru bisa lebih menarik bagi generasi hari ini tanpa meninggalkan motif dan tradisi yang ada. Apalagi tosan aji atau keris di Jawa pada perkembangannya bukan lagi sebuah senjata namun sebagai pelengkap saat laki-laki Jawa berpakaian traidisi.
“Laki-laki Jawa belum pakai keris itu artinya belum sunat seperti perempuan Jawa belum sanggulan ya belum jangkep,” terangnya.
Gusti Mangkubumi kembali mengulangi pentingnya inovasi agar regenerasi pendemen dan pembuat keris sekaligus motif dan teknologi keris bisa terus berkembang.
“Dan sekarang eranya hak paten, monggo berkarya dan berinovasi,” kata Gusti Mangku.
Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Tosan Aji DIY, Nurjianto, dalam sambutannya menekankan pentingnya membangun kembali ekosistem bersama dalam relasi budaya Keris yang holistic.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana bahan baku, material, bagaimana Mpu atau pengrajin keris dan pembuat sandangan, bagaimana pengetahuan keris yang kita miliki dan bagaimana membangun ekonomi dan pasar?,” paparnya.
Yang jelas menurut Nurjianto, Keris telah jadi warisan pusaka mahakarya Nusantara yang telah jadi bagian dari Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Keris telah menjadi kebanggaan warisan pusaka dunia yang tak ternilai yang melampaui jamannya.
“Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikannya dan mengenalkan lebih luas ke masyarakat agar misalnya stiga keris sebagai benda klenik, semata mistik, bisa kita geser menjadi percakapan tentang puncak karya seni tempa logam bangsa Indonesia,” kata Nurjianto.
Sekda DIY, Beny Suharsono menggarisbawahi bahwa forum 15 paguyuban ini memiliki peluang luas untuk menjadikan tosan aji tidak hanya menjadi kekuatan pribadi dan ritual tapi menjadi kebanggaan lebih luas di masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Bapak Gubernur juga sudah memerintahkan untuk memberi satu ruang di Jogja Planning Gallery untuk menunjukkan karakter Jogja lewat tosan aji, lewat teman-teman paguyuban tosan aji ini tentunya,” kata Beny.
Acara yang dibuka ba’da Magrib tersebut baru benar-benar usai pada pukul 23.00 malam. Selain diskusi, acara juga berisi bursa keris, dan saling tukar informasi mengenai perkembangan di masing-masing paguyuban.