Konten Media Partner

Aksi ‘Jogja Memanggil’: Teatrikal ‘Makan’ Neon, Bakar-bakar, Terobos Pembatas

20 Februari 2025 18:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Massa sempat membakar 3 water barrier yang menjadi pembatas Gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Massa sempat membakar 3 water barrier yang menjadi pembatas Gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Massa ‘Jogja Memanggil’ mulai membubarkan diri sekitar pukul 17.30, Kamis (20/2). Sebelumnya mereka mulai berkumpul di Parkir Abu Bakar Ali sekitar pukul 10.00 pagi. Mereka melakukan aksi selama kurang lebih 7,5 jam. Aksi tersebut didominasi oleh mahasiswa dari kampus di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Massa aksi berjalan dari Parkiran Abu Bakar Ali. Sebelumnya aksi tersebut direncanakan hingga Titik Nol, namun berakhir di Gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta. Selama aksi, ada sejumlah peristiwa. Berikut sederet peristiwa dalam aksi ‘Jogja Memanggil’.
Teatrikal 'makan' neon oleh peserta aksi. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Aksi Teatrikal ‘Makan’ Neon
Di tengah aksi, massa sempat melakukan teatrikal di depan Pasar Sore Malioboro. Aksi teatrikal ini berupa memecahkan lampu neon menggunakan mulut.
Aksi ini dilakukan oleh 2 orang dari ISI Yogyakarta yang merupakan simbol penolakan program Makan Bergizi Gratis. Ada lebih dari 1 neon yang dipecahkan.
Bakar Water Barrier dan Botol Plastik
Tak hanya melakukan aksi teatrikal, massa juga sempat membakar 3 water barrier yang menjadi pembatas Gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta. Selain water barrier, sampah botol air mineral, dan plastik pun turut dibakar.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini terjadi di depan Gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta. Api juga sempat mengenai sejumlah individu yang hendak mendokumentasikan peristiwa tersebut karena salah satu massa menuangkan bahan bakar.
Atas hal tersebut, satu orang sempat bersitegang dengan orang yang menuangkan bahan bakar itu, namun berakhir damai. Akibat aksi pembakaran ini, asap hitam membumbung tinggi dan terkadang menyebar karena tertiup angin.
Mobil massa aksi menerobos pembatas di depan Istana Kepresidenan Yogyakarta. Foto: Resti Damayanti/Pandangna Jogja
Terobos Pembatas Istana Kepresidenan Yogyakarta
Sejumlah peristiwa lain juga terjadi selama aksi. Usai membakar water barrier, mobil massa aksi juga menerobos pembatas yang mestinya tak bisa dilalui oleh kendaraan.
Pembatas yang terdiri dari sejumlah bollard dan rantai ini dirobohkan sehingga mobil dapat memasuki area tersebut. Saat berhasil menerobos pembatas, massa juga bernyanyi “Buka, buka, buka pintunya.. buka pintunya sekarang juga” sambil menuju pagar Istana Kepresidenan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Setelah menerobos, mereka juga memajang sebuah poster besar bertuliskan ‘Rakyat Marah, Rakyat Berdaulat’ dengan gambar karikatur Presiden Prabowo dan Mantan Presiden Joko Widodo.
Massa aksi melakukan orasi. Foto: Resti Damayanti/Pandangan Jogja
Orasi di 3 Lokasi Strategis: DPRD DIY hingga Gedung Istana Kepresidenan Yogyakarta
Saat perjalanan dari Parkiran Abu Bakar Ali menuju Istana Kepresidenan Yogyakarta, massa aksi sempat berhenti di tiga tempat strategis untuk melakukan orasi, yakni depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY, depan bangunan Teras Malioboro Ketandan, dan depan Istana Kepresidenan.
Orasi tak hanya diisi oleh mahasiswa, namun ada juga perwakilan eks Pedagang Kaki Lima (PKL) Teras Malioboro 2, dan pekerja migrasi.
Orasi paling lama digelar di Istana Kepresidenan Yogyakarta. Di titik tersebut, rentetan peristiwa seperti pembakaran water barrier dan penerobosan pembatas berlangsung.
ADVERTISEMENT
Diketahui, massa yang diwakili oleh Ismanov, menyatakan sikap bahwa tidak ada tuntutan dalam aksi kali ini, melainkan bentuk perlawanan terhadap kondisi yang mereka anggap sebagai bentuk ketidakadilan dalam pemerintahan saat ini.
"Jogja Memanggil tidak ada poin-poin tuntutan untuk pemerintah hari ini karena Jogja Memanggil memiliki poin perlawanan," kata Ismanov, Kamis (20/2).
Dalam aksinya, massa membawa tiga poin utama sebagai bentuk perlawanan. Pertama, mereka menuntut agar pasangan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, segera diturunkan dari jabatannya. Poin kedua adalah pembubaran Kabinet Merah Putih yang dianggap dipenuhi oleh menteri-menteri yang merusak lingkungan dan demokrasi. Poin ketiga yang disuarakan adalah membangun demokrasi kerakyatan, sebuah konsep yang menurut mereka seharusnya diterapkan di Indonesia.
ADVERTISEMENT