Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Aktif di BEM Tak Penting bagi Industri Digital Yogya Saat Rekrut Karyawan
16 November 2023 10:31 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Salah seorang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), RAN, ditetapkan tersangka kasus penyebaran informasi bohong atau hoaks oleh Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
ADVERTISEMENT
RAN menyebarkan fitnah bahwa salah seorang pengurus BEM FMIPA UNY telah melakukan kekerasan seksual. Motifnya, ia sakit hati lantaran tak diterima saat daftar BEM FMIPA UNY.
Seberapa penting sebenarnya pengalaman aktif di BEM bagi dunia kerja, sampai ada mahasiswa yang nekat melakukan tindakan kriminal karena gagal masuk BEM?
Ketua Umum Asosiasi Digital Kreatif (ADITIF), Saga Iqranegara, mengatakan bahwa pengalaman aktif di BEM sebenarnya tak terlalu penting bagi industri digital dalam merekrut karyawan.
“Sebagai industri atau pemberi kerja sebetulnya tidak ada nilai tambah dari pengalaman aktif di BEM,” kata Saga saat dihubungi pada Rabu (15/11).
Yang paling penting bagi industri justru pengalaman kerja yang relevan dengan posisi yang dibuka atau dibutuhkan perusahaan.
ADVERTISEMENT
“Hal pertama yang dicari adalah pengalaman kerja yang relate dengan posisi yang dibuka,” lanjutnya.
Terkadang memang pengalaman aktif di BEM berguna untuk membangun relasi atau networking untuk perusahaan.
“Tapi ini berlaku di semua organisasi ya, tidak cuma BEM,” kata dia.
Karena lebih mementingkan pengalaman kerja yang relevan, maka menurut Saga pengalaman magang atau menggarap projek tertentu lebih penting dari pengalaman aktif di BEM.
Melalui pengalaman magang, misalnya melalui program Kampus Merdeka, industri bisa tahu keahlian yang dimiliki oleh calon karyawan, dan masalah-masalah apa yang pernah di selesaikan.
“Pengalaman magang seperti Kampus Merdeka atau proyek itu lebih jadi pertimbangan industri. Pengalaman organisasi tidak jadi pertimbangan,” kata Saga Iqranegara.