Aktivis 98 Inisiator Pisowanan Agung Yogya 20 Mei 1998 Gelar Konsolidasi Akbar

Konten Media Partner
18 Mei 2022 18:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peristiwa 20 Mei 1998 di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Tampak Sri Sultan HB X berdampingan dengan Sri Paduka Pakualam VIII serta Korlap Widihasto di hadapan ribuan massa. Foto: Dok. Widihasto Wasana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Peristiwa 20 Mei 1998 di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Tampak Sri Sultan HB X berdampingan dengan Sri Paduka Pakualam VIII serta Korlap Widihasto di hadapan ribuan massa. Foto: Dok. Widihasto Wasana Putra
ADVERTISEMENT
Bulan Mei selalu dikenang kaum aktivis mahasiswa Indonesia sebagai momentum bersejarah menumbangkan Soeharto yang memimpin rezim Orde Baru selama 32 tahun. Gerakan mahasiswa yang massif bergerak simultan sejak akhir 80-an menemukan puncaknya ketika badai krisis moneter 1997 menghantam dunia termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sendi-sendi ekonomi yang rapuh, penuh dengan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme ditopang kekuasaan politik anti demokrasi dan otoriter memicu perlawanan meluas mahasiswa dan rakyat. Unjuk rasa ketidakpuasan kepada rezim orde baru dan khususnya atas sosok Soeharto makin meluas. Kerusuhan pun pecah dimana-mana.
Di Yogyakarta, mahasiswa dan rakyat menggelar Aksi Damai Sejuta Massa atau Pisowanan Agung 20 Mei 1998 di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Massa mahasiswa dari seluruh kampus melakukan long march menuju Kraton. Di hadapan massa aksi Sri Sultan HB X dan Paku Alam VIII membacakan maklumat yang mendukung gerakan reformasi.
Lantaran desakan yang makin tak terbendung tanggal 21 Mei 1998 pagi hari jam 10.00 Soeharto menyatakan mundur dari kursi Presiden. Keputusan Soeharto lengser disambut gegap gempita rakyat. Mundurnya Soeharto menentramkan rakyat.
ADVERTISEMENT
Setelah melalui rangkaian proses politik, amanat reformasi yang utamanya adalah pelembagaan demokrasi seiring waktu mampu membawa Indonesia semakin baik.
Kini hampir seperempat abad gerakan reformasi 1998 yang meruntuhkan rezim Soeharto berlalu, dinilai amanat dan cita-cita reformasi diakui belum sepenuhnya tercapai. Berbagai persoalan bangsa seperti korupsi, besarnya kesenjangan ekonomi, tingginya hutang luar negeri, ditambah ancaman intoleransi belum sepenuhnya dapat teratasi.
Demokratisasi politik dengan hadirnya sistem multi partai termasuk pembatasan kekuasaan Presiden memang telah terwujud. Namun demokrasi baru sebatas demokrasi prosedural. Masih jauh dari nilai-nilai demokrasi substansial. Politik uang dari kelompok-kelompok oligarkis masih mengangkangi pelaksanaan pemilihan umum.
Sementara, di alam reformasi ini, isu-isu kepentingan rakyat kecil, seperti ketercukupan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan serta upah kerap terkalahkan oleh agenda-agenda pragmatisme politik kekuasaan.
Sultan Hamengku Buwono X bergabung dengan rakyat menuntut Soeharto turun pada peristiwa Pisowanan Agung 20. Foto: Athonk Sapto Raharjo
Menyikapi keprihatinan itu, aktivis gerakan mahasiswa 1998 bakal menggelar syawalan akbar sekaligus konsolidasi nasional di Yogyakarta. Acara akan di gelar Minggu 22 Mei 2022 pukul 10.00 WIB di Ballroom Rich Hotel.
ADVERTISEMENT
Ketua panitia Syafaat Noor Rohman dalam rilis yang diterima redaksi Rabu (17/5) petang ini, menjelaskan bahwa syawalan ini sekaligus merupakan ajang konsolidasi simpul-simpul aktivis gerakan mahasiswa 1998 yang telah menyebar di banyak bidang.
Di mana saat ini para demonstran tersebut sudah ada yang jadi politisi, pengusaha, ulama, profesional, seniman, dosen, jurnalis, founder media, founder startup teknologi, dan lain sebagainya. Harapannya tiap-tiap individu tetap setia dan konsisten pada visi politik kerakyatan sebagaimana dulu ketika masih menjadi aktivis jalanan.
Menurut alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, syawalan dan konsolidasi akbar ini akan dihadiri perwakilan aktivis dari berbagai kota seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Tasikmalaya, Garut, Cirebon, Semarang, Purwokerto, Solo, Malang, Blitar, Surabaya, Lamongan dan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Di Yogya ada gerakan yang kemudian jadi peristiwa Pisowanan Agung 1998 yang dalam acara ini, demonstrannya, selaku panitia teknis saja. Kalau peserta ya semua demonstran 1998 dari berbagai daerah yang kala itu rutin berkonsolidasi untuk melawan rezim Soeharto," jelas Syafaat.
Poster resmi "Ngumbar Demonstran." Foto: Istimewa
Tokoh-tokoh aktivis yang telah memastikan hadir antara lain Yahya, Muhaji (Surabaya), Badrus Zaman (Sidoarjo), Lodzi (Malang), Mustain (Pasuruan), Wahab (Gresik), Yayak Zakiyah (Jombang), Kaniran (Kediri), Kinan (Blitar), Toto, Aziz, Kuat (Solo), Dimyati (Salatiga), Ellen, Eta (Semarang), Beny (Kendal), Ryan (Pekalongan), Bucek (Pandeglang), Denny (Serang), Rifky (Cirebon), Dekri (Pekanbaru), Nudin Lazaido (Palu),
Savic Aleha, Ulung Beka Hapasara, Hengki Irawan, Farhan Effendi, (Jakarta), Agus Malmo (Tangerang), Wisnu Agung, Widihasto, Athonk Sapto Raharjo, Gunawan, Hendro Plered (Yogyakarta) dan masih banyak lainnya.
ADVERTISEMENT
“Bagi demonstran 98 yang kami banggakan kami harap ramai-ramai datang, dengan terlebih dahulu mendaftar melalui link www.demonstran.com/daftar. Biar soal teknis seperti makan minumnya bisa disiapkan. Ini soalnya murni bantingan, swadaya karena ingin berbagi kabar dan berbagi energi perubahan. Kami membuka open donation,” papar Syafaat.
Syafaat menerangkan, syawalan dan konsolidasi ini mengambil tema "Ngumbar Demonstran." Ngumbar punya arti membiarkan bebas lepas. Sedang Demonstran memiliki arti orang yang mengekspresikan suara hati dan tuntutannya.
Sehingga kemudian "Ngumbar Demonstran" dapat dimaknai sebagai dukungan bagi tiap individu untuk berkembang dan bertanggungjawab atas tugas kebangsaan yang dipilihnya dengan tetap berpijak pada konsensus Nasional Pancasila dalam bingkai NKRI.
Acara dimeriahkan dengan ajang mimbar bebas, musikalisasi puisi, penampilan Roy Jeconiah, group musik rockabillly John and The Jail Story, Garuda Samsara dan Orasi Kebangsaan Gus Muwafiq.
ADVERTISEMENT
* Konten ini merupakawan wujud kerjasama Pandangan Jogja dengan "Ngumbar Demonstran."