Alasan Kenapa Semua Orang Sehat Harus Memakai Masker di Tengah Pandemi Corona

Konten dari Pengguna
1 April 2020 14:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi pengamanan pribadi saat pandemi virus corona. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi pengamanan pribadi saat pandemi virus corona. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pernah menegur seorang wartawan yang mengenakan masker ketika mewancarainya. Menurut Terawan, hanya orang sakit yang boleh mengenakan masker, orang sehat tidak perlu.
ADVERTISEMENT
“Masker (mahal)? Salahmu sendiri, kok, beli, ya. Enggak usah (pakai). Masker untuk yang sakit,” kata Terawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pertengahan Februari silam dikutip dari Kumparan.
Namun belakangan, ketika mendampingi Menhan Prabowo Subianto menerima bantuan alat kesehatan dari China di Bandara Halim Perdana Kusuma pekan kemarin, Terawan tampak mengenakan masker lengkap dengan sarung tangan.
Orang sehat tak perlu pakai masker bukan hanya Terawan yang mengatakan, otoritas kesehatan di sejumlah negara lain termasuk AS bahkan tidak membolehkan masyarakatnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan ketersediaan masker untuk para petugas kesehatan. Bagi orang sehat, masker juga dinilai tidak perlu, karena dianggap tak efektif untuk mencegah penularan COVID-19.
Tidak Ada Bukti Ilmiah
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, Profesor dari Institut for System Biology, Washington, Sui Huang, mengatakan tidak ada ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa masker yang dikenakan oleh masyarakat tidak efektif mencegah penularan penyakit. Menurutnya, masker bedah sederhana atau masker buatan sendiri dapat menekan proses transmisi virus.
“Temuan biologis terbaru tentang virus SARS-Cov-2 masuk ke jaringan manusia melalui droplet, menunjukkan bahwa mekanisme transmisi utama tidak melalui aerosol halus tetapi tetesan besar, dan dengan demikian, menjamin pemakaian masker bedah oleh semua orang,” tulis Sui Huang dalam Medium.
Centre for Disease Controls (CDC) menyatakan bahwa masker bedah menawarkan perlindungan yang jauh lebih sedikit daripada masker respirator N95. CDC merekomendasikan bahwa orang sehat tidak boleh memakai masker sama sekali, hanya yang sakit. Namun pedoman ini tidak berakar pada rasional ilmiah, melainkan bermula dari kebutuhan untuk menyelamatkan masker bagi para profesional kesehatan mengingat stoknya yang sangat terbatas.
ADVERTISEMENT
Memang, masker bedah dan masker respirator N95 yang tidak dipakai tidak benar tidak akan memberikan perlindungan yang sempurna. Namun jika tujuannya adalah menekan penyebaran virus, pemikiran hitam dan putih menurut Huang harus dihilangkan.
“Kami tidak dapat lagi mengklaim bahwa masker “tidak efektif”. Kita tidak bisa membiarkan yang sempurna menjadi musuh orang baik,” ujarnya.
Bagaimana jika perlindungan parsial yang diberikan oleh masker bedah yang bocor atau bahkan buatan sendiri dapat mengurangi kemungkinan penularan dengan hasil sama seperti menjaga jarak dan tidak menyentuh wajah? Bagaimanapun ini dapat menekan proses penyebaran virus.
Dalam pernyataannya, CDC juga tidak memberikan bukti ilmiah jika masker yang dikenakan oleh masyarakat tidak efektif untuk mencegah penularan COVID-19. Huang yang fokus pada segi mekanistik dengan mempertimbangkan balistik droplet dan temuan penelitian terbaru tentang biologi penularan virus SARS-CoV-2, menyimpulkan bahwa setiap penghalang fisik seperti masker, secara substansial dapat mengurangi penyebaran virus.
ADVERTISEMENT
“Jika kita segera menyerah pada tekanan untuk melonggarkan kuncian dan memungkinkan interaksi sosial yang terbatas untuk menghidupkan kembali perekonomian, maka masker harus memiliki peran dan dapat memfasilitasi pendekatan jalan tengah,” kata Huang.
Ada tiga alasan yang dipakai oleh Huang atas pernyataannya ini; alasan logis, mekanisme transmisi, serta biologi.
Alasan Logis
Huang tidak menampik bahwa masker bedah biasa maupun respirator N95 tidak memberikan perlindungan yang sempurna. Tapi perlindungan yang tidak sempurna itu bukan berarti sama sekali tidak berguna. Sama halnya dengan gelas yang berisi setengah, bukan berarti dia kosong.
“Saya dengan senang hati menerima segelas air yang diisi hingga 60% ketika saya haus. Tidak adanya bukti (perlindungan) bukanlah bukti ketidakhadiran,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya pesan resmi bahwa masker bedah tidak efektif untuk mencegah penularan COVID-19 mungkin telah mengirim pesan yang salah, bahwa mereka sama sekali tidak berguna. Padahal, menurut Huang, perlindungan parsial yang diberikan oleh masker dapat membantu melandaikan kurva pada kasus COVID-19 seperti yang tengah diperjuangkan seluruh negara saat ini.
“Pada prinsipnya, seseorang dapat menghitung tingkat Y dari pelandaian kurva yang memberikan perlindungan parsial sebesar X % seperti yang diberikan oleh masker,” ujarnya.
Alasan Mekanik
Bagaimana virus yang menyebabkan penyakit di udara dibawa oleh droplet dari orang ke orang adalah masalah yang rumit dan tidak jelas. Tetesan atau droplet secara kasar dapat dibagi dalam dua kategori besar berdasarkan ukuran, yakni dibawah diameter 10 mikrometer dan lebih besar dari 10 mikrometer.
ADVERTISEMENT
Huang menyebut droplet di bawah 10 mikrometer dengan aerosol, karena partikel ini sangat ringan untuk dapat melayang di udara. Respirator N95, dirancang untuk menahan aerosol ini dengan menyaring 95 persen tetesan yang lebih kecil dari 0,3 mikrometer.
Sementara tetesan yang lebih besar dari 10 mikrometer cukup mudah ditahan, tetesan ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang. Tetesan inilah yang biasanya keluar saat seseorang bersin atau batuk.
Yang akan masuk sampai ke sel-sel alveolar, dimana pertukaran gas terjadi. Sementara tetesan besar akan tertahan di hidung dan tenggorokan, serta di saluran udara atas paru-paru, trachea, dan bronkia besar.
“Masuk akal bahwa tetesan besar dapat dihentikan oleh penghalang fisik apa pun, seperti masker bedah atau debu yang lebih sederhana,” ujar Huang.
ADVERTISEMENT
Masker N95, dapat menyaring lebih dari 99 persen partikel dan mengurangi beban aerosol hingga 100 kali lipat. Sementara masker bedah, dapat menurunkan jumlah tetesan aerosol sebesar empat kali lipat dibandingkan dengan udara di luarnya.
Alasan Biologis
Virus SARS-Cov-2, seperti virus lainnya, harus merapat ke sel manusia menggunakan prinsip kunci-kunci, dimana virus menghadirkan kunci dan sel kunci yang melengkapi kunci untuk memasuki sel dan mereplikasi.
Untuk virus SARS-Cov-2, protein permukaan virus “Spike protein S” adalah “kunci” dan itu harus pas dengan protein “kunci” yang diekspresikan pada permukaan sel inang. Protein kunci seluler yang digunakan virus SARS-CoV-2 adalah protein ACE2.
Enzim permukaan sel ini biasanya memiliki fungsi pelindung jantung-paru. ACE2 diekspresikan pada level yang lebih tinggi pada lansia, pada orang dengan gagal jantung kronis atau dengan hipertensi arteri paru atau sistemik.
ADVERTISEMENT
Anehnya, ekspresi ACE2 di paru-paru sangat rendah, terbatas pada beberapa molekul per sel dalam sel alveolar atau sel AT2 jauh di dalam paru-paru. Tetapi sebuah makalah yang baru saja diterbitkan oleh konsorsium Human Cell Atlas (HCA) melaporkan bahwa ACE2 sangat diekspresikan dalam beberapa jenis sel hidung bagian dalam.
Ekspresi hidung protein ACE2 menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 menginfeksi sel-sel ini. Kita juga dapat menyimpulkan bahwa penularan virus SARS-CoV-2 akan terjadi sebagian besar melalui batuk besar atau droplet bersin. Jelas rute transmisi ini dapat secara efektif diblokir oleh penghalang fisik sederhana.
“Oleh karena itu, masker bedah, mungkin bahkan topeng ski, bandana atau syal, mungkin lebih memberikan perlindungan daripada yang digambarkan oleh pejabat pemerintah dalam rekomendasi awal mereka terhadap pemakaian masker oleh masyarakat pada umumnya,” tulis Huang.
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang praktis dan sosial, masker bedah atau buatan sendiri, bagaimanapun dapat memberikan dampak positif, yakni melandaikan kurfa kasus COVID-19. Dan yang penting, menggunakan masker beddah tidak akan menghilangkan masker respirator N95 yang sangat berharga untuk petugas kesehatan.
Huang menyesalkan pernyataan para pejabat pemerintah yang menstigma penggunaan masker. Mungkin jika hal ini tidak dilakukan, masker dapat berkontribusi menekan kasus COVID-19 yang kini meningkat tajam.
“Sekarang ada dasar ilmiah yang kuat untuk mengakhiri histeria anti-masker bedah para pejabat dan mulai merekomendasikan atau bahkan mengamanatkan penggunaan masker secara luas seperti di negara-negara Asia,” tegas Huang. (Widi Erha Pradana / YK-1)