Konten Media Partner

Atlet Han Academy Jogja jelang MMA One Pride: Berlatih Tiap Hari selama 5 Bulan

8 Oktober 2024 15:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dari kiri ke kanan: Rian, Sendy, Sangun (kapten), dan Hafiz, tim yang dikirim Han Academy Jogja ke Road to MMA One Pride di GOR UNY pada 11-12 Oktober 2024. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
zoom-in-whitePerbesar
Dari kiri ke kanan: Rian, Sendy, Sangun (kapten), dan Hafiz, tim yang dikirim Han Academy Jogja ke Road to MMA One Pride di GOR UNY pada 11-12 Oktober 2024. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
ADVERTISEMENT
Han Academy Jogja bakal mengirimkan 3 atlet mixed martial arts (MMA) atau seni bela diri campuran untuk ajang Road to MMA One Pride di GOR Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada 11-12 Oktober mendatang. Salah satu atletnya mengakui sudah mempersiapkan diri selama 5 bulan, dan terus berlatih setiap hari.
ADVERTISEMENT
Dia adalah Sendy Satria Ramadhani asal Kuningan, Jawa Barat, yang saat ini berusia 19 tahun. Sejak di bangku sekolah dasar, dia mulai menampakkan ketertarikan pada dunia bela diri, khususnya taekwondo.
“Dari kelas tiga SD, saya sudah latihan taekwondo sampai kelas tiga SMP. Setelah itu baru masuk ke dunia MMA. Untuk One Pride, insyaallah matang banget karena saya latihan setiap hari, sudah lima bulan,” kata Sendy saat ditemui Pandangan Jogja, Sabtu (5/10).
Suasana latihan MMA di Han Academy Jogja. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
Sendy mengaku kalau semasa sekolah dia seringkali berkelahi dengan teman sebayanya. Melalui latihan MMA, dirinya menjadi berubah menjadi disiplin dan hormat pada orang lain. Maka dari itu, dia terus hadir setiap hari agar mendapatkan ruang aman untuk melepaskan energinya.
ADVERTISEMENT
Selain Sendy, ada juga Hafiz yang merupakan mahasiswa baru di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Berbeda dengan Sendy, Hafiz memulai karirnya dari disiplin bela diri silat.
Suasana latihan MMA di Han Academy Jogja. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
Mulanya, Hafiz agak kesulitan dalam beradaptasi dengan disiplin MMA. Alasannya, pertandingan silat tidak memperbolehkan menyerang bagian kepala lawan, berbanding dengan MMA yang malah target utamanya adalah area kepala.
“Awalnya kan di silat gak boleh ngincer kepala, nah kalau di sini (MMA) malah nyerangnya kepala kan? Ya, deg-degan pasti ada sih, karena ini pertama kali ikut pertandingan MMA. Aku kenalan dengan MMA dari atlet internasional, Aziz Salim, yang juara di boxing Asian Games. Dari situ, aku tertarik,” kata Hafiz.
“Target saya TKO sih menang, karena saya nggak mau dipukul. Kalau bisa, sebisa mungkin saya yang memukul,” lanjutnya.
Latihan atlet Han Academy, Rian dan Hafiz bersama kapten mereka, Sangun. Foto: Muhammad Hafiq/Pandangan Jogja
Terakhir, ada Rian yang sudah tiga tahun menggeluti bidang combat sport MMA. Dirinya kini menginjak usia 25 tahun, dan berasal dari Aceh. Sama halnya dengan Sendy, dia merantau ke Jogja karena keluarganya memilih untuk bekerja di Jogja.
ADVERTISEMENT
Rian sempat diremehkan banyak orang terkait rutinitasnya berlatih MMA, padahal menurutnya berlatih bela diri seperti MMA dapat menghindari ledakan energi pada tempat yang salah.
“Daripada kita di nakal di jalan, mending di sini kan diwadahi. Semenjak di sini (di Han Academy) makin ada perubahan, menang juara tiga, juara dua, satu. Makanya dari experience itu menambah confidence,” kata Rian.