Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Bagaimana NFT Bisa Jadi Mesin Penghasil Uang dan Terus Berlipat?
28 Maret 2022 17:51 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Teknologi Non-Fungible Token (NFT) memungkinkan para seniman atau kreator untuk memiliki pendapatan lebih besar dari karya seni yang dia buat. Sebab, selain menjual karya dalam bentuk fisik, seniman juga bisa menjual karya digitalnya dalam bentuk NFT.
ADVERTISEMENT
Seniman atau creator NFT yang tergabung dalam Sewon NFT Club, salah satu komunitas para creator NFT di Yogyakarta, Rudi Hermawan, menegaskan bahwa NFT bukanlah genre baru dalam dunia seni. Namun, NFT adalah teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh para seniman dalam mendistribusikan atau memasarkan karya seninya.
Melalui NFT, para kreator aset digital untuk membuat karya yang dapat diidentifikasi, dimiliki, serta diperdagangkan secara unik. Di sini, kolektor dan kreator bisa langsung terhubung tanpa melalui perantara apapun serta memungkinkan untuk memberi feedback satu sama lain.
“Jadi ini teknologi yang bisa dimanfaatkan seniman atau kreator untuk mendistribusikan karyanya, bukan mengubah esensi dari seni itu,” kata Rudi Hermawan dalam acara Gathering para kreator NFT di Porta by Ambarukmo, Yogyakarta, Sabtu (26/3).
Teknologi NFT ini juga memberikan manfaat lain untuk para seniman, di antaranya seniman akan selalu mendapatkan royalti dari setiap penjualan selanjutnya oleh kolektor hingga sebesar 20 persen. Berbeda dengan cara konvensional, dimana seniman hanya mendapatkan hasil penjualan saat pertama saja. Namun ketika kolektor selanjutnya menjual karya tersebut, seniman tak lagi mendapatkan royalti dari hasil penjualan itu.
ADVERTISEMENT
“Misal di awal jual Rp 50 juta, ya sudah itu saja yang dia dapat. Enggak ada sustainability-nya,” lanjutnya.
Pengalamannya memanfaatkan NFT untuk mendistribusikan karyanya sejak tahun lalu, Rudi sudah menjual sekitar 25 karya NFT. Dia mematok harga paling murah dari mulai 0,2 Tezos (1 Tezos saat ini sekitar Rp 50 ribu), dan harga tertinggi sekitar 17 Tezos.
“Di kolektor ada beberapa yang sudah dijual sampai lima kali,” ujarnya.
Dengan NFT, sebuah karya juga jelas siapa yang membuat dan sudah dikoleksi oleh siapa saja. Akan ada keterangan tetap siapa saja yang pernah memiliki karya tersebut sehingga sangat transparan. Bahkan, walaupun sebuah karya sudah di-NFT-kan, jika seniman tersebut punya karya dalam bentuk fisik misalnya lukisan, dia tetap bisa menjual karya fisik tersebut.
ADVERTISEMENT
“Sangat bisa, jadi keuntungannya kan jadi berlipat” kata Rudi Hermawan.
Kreator lain yang juga tergabung dalam Sewon NFT Club, Rain Rosidi, mengaminkan bahwa NFT memungkinkan seniman untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari karyanya. Namun, dia mengatakan bahwa NFT tak sebatas untuk menambah pendapatan seorang seniman.
Rain menambahkan, NFT juga membuat aset digital yang sebelumnya tidak punya nilai, sekarang jadi dapat dipertukarkan dan memiliki nilai tertentu. Hal itu karena setelah di-NFT-kan, karya tersebut adalah satu-satunya karya sehingga menjadi langka, meskipun gambarnya sama tapi hanya memiliki satu token.
“Sebelumnya kalau kita mengirim email itu otomatis tergandakan, jadi aset digital itu tidak ada nilainya, dengan NFT ini aset digital menjadi punya nilai,” kata Rain Rosidi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, NFT juga membuat sebuah karya memiliki utility atau alat guna yang bisa dipakai kepada nilai-nilai guna yang lain. Misalnya ada seorang kreator memiliki project yang memberikan kemungkinan setiap orang yang membeli karyanya akan punya kesempatan untuk melakukan sesuatu, misalnya menanam pohon dan sebagainya.
“Karena ada desentralisasi peran, sehingga memungkinka orang-orang yang membeli itu punya suara atas project yang dilakukan,” ujarnya.
* Artikel ini merupakan wujud kerjasama Indo NFT Festiverse dengan Pandangan Jogja