news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bahaya Beli Obat Hewan di Petshop dan Toko Tani bagi Manusia

Konten Media Partner
25 Januari 2022 16:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kucing
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kucing
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, di Indonesia baru ada satu apotek veteriner atau apotek khusus untuk melayani kesehatan hewan, yakni Apotek Veteriner Gadjah Mada (UGM) yang diresmikan pada 2018 silam. Minimnya fasilitas apotek hewan ini membuat penjualan obat-obat hewan secara bebas seperti di pet shop, poultry shop, toko-toko obat, maupun retail-retail online tanpa kendali dokter hewan.
ADVERTISEMENT
“Nah itu sebenarnya banyak obat yang harus diresepkan oleh dokter hewan, tapi masih banyak pet shop yang menjual secara bebas obat-obat keras seperti antibiotik tanpa resep dokter hewan. Ini bahaya bagi manusia besar, tak hanya bagi hewannya,” demikian kata Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, yang juga Ketua Tim Pembentukan Apotek Veteriner UGM, Agustina Dwi Wijayanti, di Yogyakarta, pekan lalu.
Antibiotik yang diberikan kepada hewan tanpa resep dokter akan membuat masalah antimicrobial resistant (AMR), dimana ada jenis-jenis obat terutama antibiotik sudah tidak mempan lagi untuk mengobati penyakit tertentu.
“Bagi binatang hobi bahayanya ya hewan makin kebal pada obat, pada gilirannya makin sulit diobati sakitnya. Belum kalau kita bicara zoonosis, yakni penyakit dari binatang hobi yang menyeberang ke manusia.” kata Agustina.
Foto: Istimewa
Tak hanya di pet shop, berdasarkan laporan yang diterima oleh Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), obat-obat antibiotik juga banyak dijual di tempat-tempat lain secara bebas, termasuk di toko pertanian. Biasanya pembelinya adalah para peternak, baik peternak unggas, kambing, sapi, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Harusnya obat itu pakai resep dokter tapi mereka beli dan mencampur sendiri. Penggunaan obat hewan ternak yang tanpa resep dokter ini bahaya sekali untuk manusia,” ujarnya.
Karena belum ada apotek hewan atau veteriner, selama ini mereka juga banyak yang membeli obat dari apotek manusia, mengingat sebagian besar obat-obatan yang dipakai oleh manusia sama dengan yang dipakai oleh hewan.
Dalam dunia farmasi, ada jenis antibiotik tertentu yang peredarannya sangat ketat dan harus menggunakan resep dokter. Namun, aturan ini tidak ada dalam dunia pengobatan hewan. Obat-obat penting untuk manusia yang peredarannya sangat terbatas, dalam pengobatan hewan dianggap biasa saja sehingga peredarannya sangat leluasa. Para peternak bisa membelinya dengan mudah dan memberikannya kepada hewan ternak mereka.
ADVERTISEMENT
“Padahal nanti kan (hewan) itu dimakan oleh manusia, artinya manusia secara tidak langsung meskipun sedikit kan akhirnya terkena pengaruh obat yang seharusnya disimpan enggak boleh sembarangan dipakai,” kata Agustina Dwi Wijayanti.
Dalam jangka panjang, hal ini tentu berdampak pada kesehatan manusia, salah satunya terjadinya masalah AMR, sehingga ada obat-obat yang tak mempan lagi untuk mengobati penyakit tertentu. Tak hanya itu, ada juga jenis obat yang jika dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang serius untuk manusia, meskipun dia mengonsumsinya sedikit demi sedikit dari daging ayam, kambing, atau sapi yang dia makan.
“Paling banyak ya bisa menyebabkan cancer,” lanjutnya.
Iustrasi apotek hewan UGM. Foto: Istimewa
Tak sampai di situ, masih ada potensi masalah yang lebih serius. PDHI menurut Agustina juga masih kerap mendapatkan laporan terkait penjualan obat-obatan atau antibiotik kedaluwarsa untuk hewan-hewan ternak. Dan sudah pasti dampaknya akan jauh lebih serius, tak hanya untuk hewan ternak yang mengonsumsinya, tapi juga untuk manusia yang mengonsumsi daging ternak tersebut.
ADVERTISEMENT
Banyaknya masalah kebocoran obat tersebut menunjukkan bahwa keberadaan apotek hewan atau veteriner memang sangat dibutuhkan. Dengan begitu, peresepan obat-obat antibiotik untuk hewan bisa dilakukan dengan lebih tepat sehingga lebih aman baik untuk hewan tersebut maupun untuk manusia.
“Karena ini kaitannya bukan hanya dengan kesehatan hewan, tapi juga dengan kesehatan manusia,” kata Agustina Dwi Wijayanti.
Agustina mendorong perbanyakan apotek hewan di Indonesia sehingga kesehatan hewan dan juga manusia bisa makin terjaga. Pada prinsipnya, apotek hewan atau apotek veteriner ini sama dengan apotek manusia. Bedanya hanya karena apotek ini khusus melakukan pelayanan terkait kesehatan hewan. Selain melayani kebutuhan obat hewan, apotek veteriner ini juga menerima resep dokter hewan, melayani kebutuhan kesehatan, serta alat-alat kesehatan untuk hewan.
ADVERTISEMENT