Konten Media Partner

Bakar Jaket Almamater UGM saat Demo BBM, Arie Sujito: Malah Geser Fokus Aksi

16 September 2022 17:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Demonstrasi jangan sampai mudah dipecah fokusnya. Mereka sedang memperjuangkan masalah kenaikan BBM, ya fokus dengan isu itu.
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membakar alamamater dalam aksi demo tolak kenaikan BBM di depan Gedung Agung atau Istana Negara Yogyakarta, Kamis (15/9/2022). Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membakar alamamater dalam aksi demo tolak kenaikan BBM di depan Gedung Agung atau Istana Negara Yogyakarta, Kamis (15/9/2022). Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni, Arie Sujito, menyesalkan aksi pembakaran jas almamater yang dilakukan oleh massa aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Malioboro, Kamis (15/9).
ADVERTISEMENT
Arie mengatakan, aksi pembakaran jas almamater tersebut sangat tidak relevan dengan aspirasi yang diusung oleh para mahasiswa melalui demonstrasi yang mereka lakukan. Dia menyebut, aksi membakar jas almamater kampus sama sekali tidak ada hubungannya dengan isu soal kenaikan harga BBM yang sedang mereka perjuangkan.
“Membakar jaket almamater itu sangat tidak relevan, apa hubungannya membakar jaket sama kenaikan BBM,” kata Arie Sujito saat dihubungi Pandangan Jogja @Kumparan, Jumat (16/9).
Selain sebagai identitas bahwa para mahasiswa berasal dari UGM, jas almamater yang dipakai para mahasiswa saat melakukan demonstrasi menurut Arie juga berfungsi untuk melindungi mereka jika saat berunjuk rasa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kerusuhan. Dengan memakai jaket almamater, paling tidak identitas mereka bisa lebih mudah diketahui sehingga tidak akan dianggap sebagai penyusup atau provokator saat terjadi kerusuhan.
ADVERTISEMENT
“Itu menurut saya sesuatu yang aneh. Kalau pakai jaket almamater kan bagian dari identitas supaya dilindungi kok malah dibakar, itu sama saja enggak mau dilindungi,” ujarnya.
Massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak (ARAK) memenuhi Jalan Malioboro. Foto: Widi Erha Pradana
Aksi pembakaran jas almamater tersebut menurut Arie juga telah memicu kemarahan sejumlah alumni dan mahasiswa UGM. Arie khawatir, aksi pembakaran jas almamater ini justru akan menggeser fokus dari isu-isu yang sedang diperjuangkan oleh para mahasiswa yang melakukan unjuk rasa tersebut.
Apalagi, kerap kali massa aksi juga mengeluarkan kata-kata umpatan dan cacian yang kurang sopan. Hal ini menurutnya justru berpotensi untuk merusak simpati publik yang nasibnya sedang mereka perjuangkan.
“Mahasiswa itu sudah dewasa, demonstrasi itu sangat boleh, tapi jangan sampai mudah dipecah fokusnya. Misalnya mereka sedang memperjuangkan masalah kenaikan BBM, ya fokus dengan isu itu,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, pihak rektorat menurut dia tidak akan mengusut masalah pembakaran jas almamater itu lebih jauh lagi.
“Buat apa saya usut? Kan sama saja saya terpancing. Kita juga tidak tahu siapa yang melakukan itu,” kata Arie Sujito.
Sebelumnya, dalam aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM di Jalan Malioboro pada Kamis (15/9), diwarnai aksi pembakaran jas almamater UGM yang diiringi dengan menyanyikan hymne UGM. Aksi pembakaran jas almamater itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap Presiden Joko Widodo sebagai alumni UGM yang kebijakan-kebijakannya dinilai tidak mencerminkan nilai-nilai kerakyatan.
Selain itu, mereka juga menilai UGM tak punya sikap yang tegas dalam membela nasib rakyat kecil di tengah masalah kenaikan harga BBM dan berbagai barang kebutuhan pokok lainnya.
ADVERTISEMENT
“Saya mahasiswa UGM empat tahun menempuh pendidikan di sana dan tidak pernah melihat sikap UGM sebagai kampus yang katanya world class university, kampus nomor satu,” kata salah seorang orator di tengah aksi pembakaran jas almamater tersebut.